| 261 Views

Kemarin Kita Masih Bersama Satu Visi Dan Misi, Tapi Kini Kau Bersama Yang Lain

Oleh : Sumarini

Belum hilang dari ingatan kita kemarin saat Pilpres yang terselenggara beberapa bulan yang lalu, dimana setiap mereka masing-masing punya Orang orang yang dijagokan dalam rangka untuk bisa dipilih sebagai presiden lengkap dengan wakilnya. Saat itu dengan didukung partai yang mengusung mereka, dengan langkah pasti demi meraih kekuasaan terus saja bersama Ambisi nya tadi tanpa perduli dengan segala macam halangan yang datang dari berbagai arah, baik itu dari pihak lawan sekalipun.

Kekuasaan yang menjadi tujuan utama jelas akan  membuat para pelaku akan berbuat dan melakukan apapun demi tujuannya itu. Di sistem ini merupakan suatu hal yang wajar ketika seseorang ataupun sekelompok orang yang mereka bersama sama menghalalkan segala cara demi meraih apa yang mereka inginkan. Berkoalisi meski berbeda cara pandang, menyatukan ide ide yang seakan-akan mereka satu pemikiran, visi dan misi yang samapun mereka sampaikan. Ini semua dilakukan dengan pertimbangan menang. Meski figur yang dimunculkan hanya sebatas meraih kemenangan,  oleh sebab itu jelas  politik uang menjadi keniscayaan yang memang nyata mesti ada demi tercapainya ambisi mereka.

Ikatan kebersamaan yang mereka lakukan, hanya  sebatas untuk meraih kemenangan. Bertemu dan bersama melakukan segala cara. Sistem Demokrasi telah menciptakan perangai buruk yang hanya punya kepentingan pribadi semata, berangkat dari kepentingan pribadi dan kelompok saja hingga mereka maju untuk jadi penguasa dinegri ini, kekuasaan hari ini dijadikan alat untuk menguasai seluruh aset yang dimiliki oleh negara, Jadi rakyat bukanlah tujuan utama.

Rakyat Hanya Semata-mata dijadikan sebagai alat untuk mencari suara demi meraih kemenangan mereka, rakyat hanya lelah dengan segala bentuk pemilihan presiden lah!! Pileg juga, bahkan yang berikut yaitu Pilkada yang serentak akan dilaksanakan beberapa bulan kedepan. Namun sayangnya kelelahan ini tak dibayar dengan imbalan yang setimpal, hak yang semestinya sebagai warga negara mendapat pengayoman nyatanya hanya ada berupa janji janji semu belaka. Sungguh mereka hanya berebut kekuasaan bukan ingin jadi pemimpin yang seharusnya perduli dan amanah pada rakyatnya.

Rakyat Di Sistem Demokrasi bukanlah merupakan hal yang utama. Kembali pada persoalan Pilkada yang serentak akan dilaksanakan beberapa bulan kedepan ini justru punya cerita baru, kalau kemarin saat Pilpres kemenangan telah dicapai dan yang kalah mau tidak mau mesti menerima dengan lapang dada. Walau kecurangan ada Disana sini sebab mereka memang sama sama pake kecurangan dan itu bukan suatu yang mengherankan, jadi wajarlah ketika mereka ribut sedikit dan tak lama kemudian diam.

Kini Calon pilkada mulai bermunculan, sejumlah nama berikut wakil yang ditunjuk mulai kembali di gembar-gembor kan, yang kalah pada pemilihan presiden kemarin juga ada yang gak ketinggalan ikut kembali mencalonkan diri untuk pemilihan gubernur nantinya namun sayangnya sudah beda pendukung, yang kemarin  teman sekarang malah sebaliknya jadi lawan, yang dulu bersama Saat Ini justru pindah kelain hati, sungguh disistem ini tak didapati teman sejati yang ada hanya permainan politik dengan mereka sebagai pemeran utama nya. Begitulah carut-marut nya Demokrasi dalam rangka menentukan seorang pemimpin baik itu untuk pemilihan presiden nya maupun kepala daerah. Kemarin masih bersama dalam visi dan misi nya namun sekarang kau dengan yang lain dan ini sudah menjadi satu hal yang wajar dan biasa.

Mencari teman baru dan pendukung yang siap mengusung merupakan hal yang mesti dilakukan demi bisa maju untuk bersaing dalam rangka pemilihan kepala daerah nantinya. Lelah rasanya melihat apa yang terus mereka lakukan demi hanya satu tujuan yaitu jadi penguasa dinegri ini, baik ditingkat pusat maupun daerah, sama sama demi mendapatkan posisi ini apapun akan dilakukan. Kesibukan mereka bukan lagi memikirkan nasib rakyat dinegri ini tapi justru sibuk dengan urusan dan kepentingan pribadi mereka, kawan menjadi lawan, dan sebaliknya yang kemarin berdebat sebab beda pendapat kini justru merapat sangat dekat. Apalagi jika bukan karena untuk dapat pembagian kekuasaan. Kelakuan yang benar-benar sudah tak punya harga diri, dan inilah watak yang terlahir dari sistem Demokrasi kapitalisme yang sudah menciptakan perangai yang jauh dari Akhlak terpuji. Dan akibat dari semua ini rakyat tak lagi menjadi tujuan utama yang mestinya terayomi.

Islam terkait pemimpin jelas adalah mencontohkan bagaimana kebaikan dari seorang  pemimpin yang seharusnya, Amanah adalah suatu hal yang mesti ada pada diri seorang pemimpin yang merupakan satu syarat diantara syarat2 yang wajib ada bagi seorang pemimpin dalam Islam. Bukan orang orang sembarangan, setidaknya mesti punya kapabilitas dan juga integritas yang tinggi,  mengurus rakyat dengan sungguh-sungguh, sebab ini merupakan tanggung jawab yang nantinya akan dimintai pertanggung jawaban Oleh Allah SWT dan rasul-nya. 

Kini pemimpin yang seperti  digambarkan oleh Islam memang belum ada, yang dibutuhkan saat ini adalah kesadaran dari umat untuk segera bangkit dari kebodohan yang terus menerus di susupkan oleh sistem ini dan merasuki fikiran kita. Kita sudah terlalu jauh dari apa yang Allah perintahkan yaitu berjuang untuk mengembalikan kehidupan Islam kembali demi tegaknya syariat, Allah tetap menunggu untuk kita kembali ke pada aturan-aturan yang telah ditetapkan nya, tinggalkan hal yang tiada manfaatnya, kembali pada satu tujuan utama hidup kita yaitu menggapai ridho Allah dengan berislam secara kaffah, menyatukan ikatan Aqidah kita yang sudah terpecah belah, dan hanya boleh sibuk ketika itu terkait membela agamanya Allah. Selain dari itu maka tinggalkan...

Wallahu A'lam Bishawab 


Share this article via

99 Shares

0 Comment