| 282 Views
Kelaparan Terus Terjadi, di Mana Peran Negara?

Oleh: Yani Astuti
Ibu Rumah Tangga
Indonesia dikenal memiliki sumber kekayaan alam yang begitu luas. Sayangnya, meski memiliki sumber kekayaan alam yang luas rakyat negeri ini masih kekurangan lapangan kerja. Faktanya masih banyak yang merasakan kelaparan, penderitaan, dan jauh dari kata sejahtera. Ibarat ayam mati di lumbung padi. Kapan rakyat di negeri ini sejahtera?
Menurut (GHI) Global Hanger Index, angka kelaparan di Indonesia dikatakan sudah berkurang dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, tingkatnya masih tergolong tinggi dibandingkan negara tetangga se-ASEAN.
Salah satu wilayah yang mengalami kelaparan akut adalah di Kabupaten Yahukimo. Kasus kelaparan yang terjadi di wilayah tersebut, menyebabkan 24 orang meninggal dunia yang diakibatkan warga gagal panen dan kekeringan.
Dikutip dari detik news, Menko PMK Muhadjir effendy mengatakan kasus kelaparan terus terjadi tiap tahun hanya berpindah saja, tetapi kasusnya yang sama. Sekarang bagaimana supaya mendapatkan penyelesaian yang permanen atas bencana tersebut agar tidak terjadi berulang-ulang di wilayah itu.
Kasus kelaparan juga bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi terjadi juga di 59 negara lainnya. Dari banyaknya negara tersebut tercatat sebanyak 282 juta orang mengalami kelaparan akut. Dikutip melalui website FAO pada Sabtu (4-5-2024), dikatakan oleh Sekretaris Jenderal PBB, untuk mengatasi penyebab kerawanan pangan dan kekurangan gizi sangatlah penting. Oleh karenanya, krisis ini membutuhkan tanggapan segera.
Penyebab Kelaparan dan Penanggulangan
Bencana kelaparan pada wilayah Yahukimo terjadi karena adanya embun salju yang menyebabkan dampak buruk pada tanaman, sehingga warga tidak bisa memanen hasil pertaniannya. Selain itu kelaparan di wilayah tersebut, membuat warga kehilangan sumber makanan. Untuk mengatasi kelaparan di Kabupaten Yahukimo, pemerintah akan memberikan bantuan jangka pendek berupa bantuan beras. Selain itu, ada juga bantuan berupa perbaikan jalan darat dan udara untuk mendarat agar dapat mengirim bantuan, serta pembangunan gudang logistik. Pemerintah juga menyiapkan bantuan jangka panjang agar stok pangan di daerah tersebut tetap aman sepanjang tahun. Bantuan tersebut berupa bibit umbi-umbian.
Penyebab Krisis Pangan
Terjadinya kesenjangan kesejahteraan di dalam negeri sampai mengalami krisis pangan, disebabkan SDA yang tidak dikelola oleh negara sendiri. SDA hanya dinikmati oleh orang-orang yang punya kepentingan, yaitu para oligarki dan penguasa, tetapi tidak untuk rakyat. Tidak di jaminnya lapangan kerja dan upah yang rendah, membuat rakyat dipaksa mencari kerja di negeri kaya hanya untuk sesuap nasi.
Tidak sepantasnya wilayah yang memiliki hasil tambang terbesar tetapi, masih hidup dalam kemiskinan, seperti Papua di Kabupaten Yahukimo. Usaha yang dilakukan pemerintah dengan memberikan bantuan, belumlah menyelesaikan masalah. Karena dilihat dari perkembangan yang terjadi, malah tiap tahun bencana kelaparan terus terjadi.
Masyarakat Yahukimo sesungguhnya membutuhkan penanganan yang serius untuk mengatasi krisis pangan. Namun, lagi-lagi pemerintah hanya akan bergerak jika sudah terjadi korban. Alih-alih mendapatkan bantuan, justru terkadang salah sasaran menyalurkannya.
Sistem yang salah akan mendapatkan penerapan yang salah pula. Krisis pangan yang terjadi di Indonesia tidak akan tuntas jika yang diterapkan masih sistem kapitalisme. Sistem ekonomi kapitalisme, hanya berbicara bagaimana kekayaan itu bisa menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Kapitalisme tidak lagi menjamin kesejahteraan rakyat, melainkan menyejahterakan penguasa dan antek-anteknya.
Islam Berantas Bencana Kelaparan
Dalam Islam pengelolaan yang paling mendasar, yaitu soal hak kepemilikan karena dalam Islam haram hukumnya negara memberikan kepemilikan umum kepada swasta dan asing. Apabila negara memberikan kepada swasta dan asing, mustahil rakyat akan mendapatkan kesejahteraan karena negara tidak akan mungkin berprinsip melayani rakyatnya. Namun, saat ini yang terjadi justru negara memberikan SDA kepada swasta dan asing.
Negara Islam akan mengelola SDA dengan sebaik-baiknya agar kebutuhan rakyatnya terpenuhi, seperti pendidikan, kesehatan, listrik, air, dll. Masyarakat pun bisa mendapatkan lapangan kerja dengan mudah tanpa harus bersusah payah mencarinya. Dengan begitu kelaparan tidak lagi dirasakan pada setiap manusia.
Jika kita lihat hari ini seorang pemimpin dalam sistem kapitalisme meniadakan kesejahteraan dan tidak lagi memenuhi kewajibannya sebagai pemimpin. Bahkan telah diperingatkan dalam firman Allah, "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya, (QS. Al-A'raf [7]: 96).
Hal ini berbanding jauh dengan pemimpin dalam Islam yang selalu memikirkan nasib rakyatnya. Sebagaimana pada kisah Khalifah Umar bin Khattab ra., bahwasannya pada saat itu khalifah sangat memberikan perhatian kepada rakyatnya. Beliau mendatangi setiap rumah satu persatu dan memastikan tidak ada yang merasakan kelaparan. Bahkan, pada saat rakyatnya diterpa kelaparan, Khalifah Umar justru menahan lapar. Menjadi contoh betapa sejahteranya rakyat di masa kepemimpinan Islam masih berjaya.
Wallahualam bissawab