| 40 Views
Kecelakaan Maut Beruntun Akibat Sistem Sekuler

Oleh : Umi Silvi
Masalah mengenai kecelakaan di berbagai tempat sudah menjadi hal yang biasa di sekitar kita. Bahkan masyarakat juga menganggap bahwa hal ini pasti disebabkan karena kesalahan individu tanpa meninjau lebih jauh. perlu diketahui bahwa masalah ini merupakan masalah yang harus ditelusuri lebih dalam serta bagaimana solusi tuntas yang sesungguhnya,s ebab ini merupakan persoalan keselamatan dan nyawa manusia yang sangat berharga dalam islam. Lalu sebenarnya akar dari permasalahan ini apa? Dan bagaimanakah solusi yang hakiki? Mari kita ulas berikut ini:
Dikutip dari jakarta, berisatu.com (05/02/25) wakil ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad angkat bicara mengenai kecelakaan dahsyat yang baru-baru ini terjadi di gerbang ciawi, bogor. Kecelakaan tersebut menewaskan delapan orang dan 11 lainnya mengalami luka berat dan juga ringan. Dasco mengatakan bahwa persoalan ini harus menjadi pelajaran penting bagi masyarakat baik individu ataupun perusahaan, serta yang paling penting bagi instansi pemerintah terkait untuk melakukan pemeriksaan kendaraan secara berkala.
Untuk mengurangi angka kecelakaan, Dasco juga menyarankan supaya menghilangkan sistem tap manual di pintu tol agar pembayaran dilakukan tanpa menghentikan kendaraan. Teknologi ini sudah dilakukan di beberapa negara. Kemudian, aparat kepolisian juga dihimbau untuk memperketat pengawasan terhadap pemimpin kendaraan dengan memberikan sanksi sesuai undang-undang pada pemilik kendaraan yang lalai untuk melakukan pengecekan berkala, jelas Dasco.
Pada dasarnya, setiap musibah yang terjadi adalah datang dari Allah Swt. Meskipun demikian, bukan berarti manusia itu cukup menerima itu tanpa berfikir sebab musababnya. Kecelakaan bertubi-tubi yang sering terjadi dijalan tol itu akibat dari kelalaian manusia, juga sistem yang diterapkan. Keduanya saling berkolerasi hingga mengakibatkan terjadinya carut marut tata kelola transportasi yang mengakibatkan kecelakaan maut dijalan tol. Secara person adalah tentang kapabilitas seorang sopir. Sedangkan secara sistemnya adalah tentang mekanisme pengaturan kendaraan di jalan tol dan aturan pemberian SIM pada seseorang.
Di samping itu, lemahnya penegakan hukum, kurang optimalnya pengawasan hingga lemahnya regulasi keselamatan juga berimbas pada nasib rakyat. Bukti bahwa negara hanya sebagai regulator saja. Kecelakaan berulang sudah seharusnya menjadi titik kritis bagi pemerintah untuk segera berbenah dalam hal tata kelola transportasi, khususnya transportasi darat.
Masalah berulangnya kecelakan, terutama di jalan tol merupakan masalah person dan sistemik. Seperti berita di atas, bahwa pemberian SIM kepda para pengemudi dengan seleksi yang belum memenuhi kriterianya, bisa berdampak sangat membahayakan. Juga pengecekan berkala terhadap angkutan umum terlebih angkutan berat yang terkadang lalai dilakukan, kurangnya jam istirahat supir, dan memberikan jam kerja diluar kapasitas supir bisa menyebabkan kecelakaan dikarenakan dupir ketika berkendara dalam keadaan mengantuk. Juga tentag meanisme aturan-aturan orang yang berkendara di jalan tol, seharusnya pemerintah lebih jeli lagi untuk menerapkan peraturan yang layak bagi masyarakat demi kemaslahatan bersama.
Dapat ditilik dari semua kecelakaan yang beruntun, semua itu adalah bukti otentik atas lemahnya jaminan keselamatn transportasi dan mitigasi dalam sistem kapitalisme. Tidak hanya itu, pemerintahan dalam sistem kapitalisme juga tidak mengoptimalkan pengawasan terhadap jaminan keselamatn dari negara. sehingga masalah ini tidak terselesaikan, berkepanjangan, dan melahap banyak korban. Seolah-olah jiwa manusia hidup tidaklah berharga. Lebih parah lagi, negara dalam sistem kapitalisme hanya dijadikan sebagai fasilitator bagi orang-orang yang memiliki kapital. Juga menjadi operator dan tunduk bagi keselamatan penguasa.
Masalah berulangnya kecelakan, terutama di jalan tol merupakan masalah person dan sistemik. Seperti berita di atas, bahwa pemberian SIM kepda para pengemudi dengan seleksi yang belum memenuhi kriterianya, bisa berdampak sangat membahayakan. Juga pengecekan berkala terhadap angkutan umum terlebih angkutan berat yang terkadang lalai dilakukan, kurangnya jam istirahat supir, dan memberikan jam kerja diluar kapasitas supir bisa menyebabkan kecelakaan dikarenakan dupir ketika berkendara dalam keadaan mengantuk. Juga tentag meanisme aturan-aturan orang yang berkendara di jalan tol, seharusnya pemerintah lebih jeli lagi untuk menerapkan peraturan yang layak bagi masyarakat demi kemaslahatan bersama.
Dapat ditilik dari semua kecelakaan yang beruntun, semua itu adalah bukti otentik atas lemahnya jaminan keselamatn transportasi dan mitigasi dalam sistem kapitalisme. Tidak hanya itu, pemerintahan dalam sistem kapitalisme juga tidak mengoptimalkan pengawasan terhadap jaminan keselamatn dari negara. sehingga masalah ini tidak terselesaikan, berkepanjangan, dan melahap banyak korban. Seolah-olah jiwa manusia hidup tidaklah berharga. Lebih parah lagi, negara dalam sistem kapitalisme hanya dijadikan sebagai fasilitator bagi orang-orang yang memiliki kapital. Juga menjadi operator dan tunduk bagi keselamatan penguasa.
Rasanya mustahil pemerintah berhasil menyelesaikan masalah transportasi jika masih terkungkung dalam belenggu sistem kapitalisme sekuler. Karena setiap proyek pembangunan infrastruktur dalam sistem kapitalisme hanyalah sebagai lahan bisnis yang menggiurkan. Ketika pandangannya hanya keuntungan, maka semua aktifitas seperti perbaikan jalan menjadi tidak maksimal. Lahan korupsi juga terbukti lebar ketika turun anggaran untuk perbaikan jalan. Perbaikan terkesan asal-asalan sehingga sangat mudah rusak kembali. Kemudian, kendaraan seharusnya dilakukan pengecekan secara berkala agar kondisi kendaraan selalu dalam kondisi aman dan layak jalan.
Di sisi lain, gaji sopir yang tidak sesuai dengan lamanya jam kerja akan membuat sopir akan berusaha mengirit bahan bakar dengan cara mematikan mesin ketika berada di jalan yang menurun. Akibatnya sangat berbahaya bagi orang lain dan dirinya sendiri karena bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan kalau tiba-tiba rem blong. Fakta seperti itu memang pernah terjadi. Begitulah ketika sistem rusak dan merusak masih di adopsi di negeri ini. Rakyat tidak diurus dengan benar, namun hanya dijadikan lahan bisnis bagi negara.
Padahal Islam punya aturan yang shahih, datang dari Allah SWT sebagai solusi yang tepat. Islam memandang bahwa jalan adalah sebuah keutuhan manusia yang harus di perhatikan dengan baik. Jalan membutuhkan perhatian yang serius dari seorang pemimpin sebagai pengurus urusan rakyat berdasarkan sabda Rasul SAW yang diriwayatkan Bukhari ,“Pemimpin adalah raa’in dan penanggung jawab urusan rakyatnya”.
Oleh karena itu, sudah seharusnya untuk melakukan perbaikan jalan maupun kendaraannya. Misalnya dengan pengecekan secara berkala agar kendaraan selalu dalam keadaan baik dan layak jalan. Begitupun dengan pengemudi kendaraan yang harus memenuhi syarat untuk bisa berkendara dengan aman, bekerja sesuai aturan dengan upah yang sesuai. Karena seorang pengemudi, terutama sopir angkutan umum itu membawa banyak orang yang harus dijaga keselamatannya. Sebuah tanggung jawab yang besar bagi sopir itu sendiri.
Dalam Islam, hubungan antara rakyat dengan pemimpin adalah hubungan yang berlandaskan akidah Islam, bukan hubungan sebagai penjual dan pembeli. Maka, semua pelayanan, perbaikan jalan maupun kebijakan aturan yang dibuat semata-mata hanya untuk kesejahteraan rakyat. Begitu juga dengan sanksi jika terjadi pelanggaran-pelanggaran akan ditindak tegas sesuai aturan Islam. Dengan aturan Islam yang kaffah, kemungkinan terjadinya berbagai insiden dijalan tol maupun di jalan umum lainnya bisa diminimalisir.
Semua itu bisa terwujud ketika Islam dipakai untuk mengatur kehidupan dalam sebuah institusi negara khilafah Islamiyyah. Sistem yang pernah gemilang pada masanya bisa menjadi pelajaran bahwa kaum muslim harus bangkit dari keterpurukannya.
Wallahu a’lam bishawab.