| 255 Views
Kaum Muslim, Dunia dan Cara Merespon Tragedi Genosida Palestina

Oleh: Tati Sunarti, S.S
Sejak Thaufan Al-Aqsa yang terjadi tanggal 7 Oktober tahun 2023, ini berarti sudah satu tahun lebih genosida terhadap penduduk muslim Gaza jilid ke sekian telah dilancarkan oleh z*onis Isra3l laknatullah alaihim hingga detik ini. Sebetulnya merunut pada sejarah, aksi teror dan genosida terhadap warga Palestina terjadi sejak tahun 1948 silam.
Bentuk tindak teror terkeji nampak dan menjadi tontonan dunia. Hal ini menggambarkan betapa z*onis Isra3l tidak memilki nurani secuil pun. Warga sipil yang menjadi korban atas agresi militer ini adalah perempuan dan anak-anak dengan angka korban tertinggi.
Apa kabar respon dunia terutama seluruh muslim di dunia? Segala rupa bantuan yang bisa diberikam untuk meringankan penderitaan warga Gaza, Palestina, sudah dilakukan oleh dunia. Tidak hanya negara dengan mayoritas muslim, bahkan non muslim pun turut andil. Salah satunya berupa pengiriman bantuan kemanusiaan seperti logistik, sandang, pangan dan pengadaan fasilitas kesehatan.
Selain itu, tragedi genosida atas warga Gaza menggerakkan dunia untuk melakukan aksi boikot pada produk-produk barang dan jasa yang berasal dari perusahaan yang diduga terafiliasi mendukung Isra3l. Boikot bahkan pernah dilakukan beberapa negara di dunia tahun 2018 lalu. Aksi ini dinilai cukup ampuh untuk melemahkan ekonomi Isra3l saat itu.
Thaufan Al-Aqsa telah berhasil menggugah kesadaran dunia. Gaza juga telah berhasil membelah keberpihakan dunia menjadi dua bagian. Satu yang mendukung kemerdekaan Palestina, kedua tentu yang mendukung eksistensi z*onis Isra3l sebagai negara "legal" dan diakui dunia.
Setelah boikot, dukungan dunia tidak berhenti. Gerakan blockout terhadap publik figur, seperti artis dan aktor papan ayas dunia, Hollywood. Kemudian, aksi bela Palestina dilakukan oleh kalangan akademisi universitas-universitas di seluruh dunia. Ini menunjukkan kepedulian dunia akan Palestina.
Bagaimana dengan para pemimpin negara-negara di dunia? Banyak dari mereka memberikan protes keras terhadap Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk menghentikan agresi militer z*onis Isra3l. PBB sebagai organisasi internasional dianggap sebagai polisi dunia, nyata kalah oleh hak peto Amerika untuk tetap membiarkan agresi militer itu dilakukan dalam rangka membela diri atas serangan 7 Oktober oleh Hamas.
Langkah lain pun tetap dilakukan di forum dunia lainnya. Seperti Pidato Presiden di Pertemuan Organisasi Kerjasama D-8 di Kairo. Orang nomor satu di Indonesia ini menyatakan membela Palestina dan mengajak negeri muslim untuk bersatu (rmol.id, 22/12/2024).
Namun dari sekian aksi yang nampak, berupa bentuk respon dunia atas tragedi memilukan yang terjadi di Palestina, pembelaan terhadap Palestina yang dinilai paling konkrit adalah dengan mengirimkan pasukan untuk menghentikan Isra3l dan kekejiannya.
Bukan tanpa alasan, pasukan militer yang membela merekalah yang dibutuhkan Palestina. Karena dengannya mampu menyelesaikan masalah yang mengakar.
Sebetulnya tidak boleh ada opsi solusi dua negara atau negosiasi/perjanjian damai. Mengapa? Karena sejauh ini sudah terbukti bukan solusi hakiki. Umat Islam harus berjuang untuk memahamkan umat tentang solusi hakiki persoalan Palestina ini, yaitu dengan bersatunya kaum muslimin dunia dibawah satu komando militer.
Bukankah Rasulullah mengingatkan pada muslim satu dengan yang lainnya adalah bersaudara?
"Sesama muslim adalah saudara, tidak boleh saling mendzalimi, mencibir atau merendahkan. Ketakwaan itu sesungguhnya di sini," sambil menunjuk dada dan diucapkannya tiga kali. (Rasul melanjutkan): "Seseorang sudah cukup jahat ketika ia sudah menghina sesama saudara muslim. Setiap muslim adalah haram dinodai jiwanya, hartanya dan kehormatannya."
(HR Imam Muslim)
Wallahu'alam