| 5 Views
Kapitalisme Melenyapkan Rasa Kemanusiaan

Oleh : Muflihatul Chusnia
Derita rakyat Gaza terus bergulir, Zionis terus melakukan serangan yang semakin brutal seperti setan. Bagaimana tidak mereka menembaki warga Gaza yang tengah berkumpul menunggu bantuan kemanusiaan, di wilayah barat Rafah, jalur Gaza selatan. Laporan dari Media Arab "Al Jazeera" dari kejadian tersebut sedikitnya ada 19 rakyat Gaza tewas. BERITA SATU. (Senin, 3/6/2025).
Tiap waktu kondisi warga Gaza menegangkan, nyawa jadi taruhan. Tak ada tempat yang aman. Makanan pun mereka kesulitan, sungguh sangat memprihatinkan. Dimana orang-orang muslim? Dimana saudara-saudaraku? Terutama untuk para pemimpin negara muslim terdekat. Namun tenyata mereka adalah para penghianat.
Bahkan di moment hari raya pun, Zionis terus membunuh warga Gaza secara perlahan dengan cara memblokir bantuan kemanusiaan. Yang mengakibatkan rakyat Palestina kelaparan. Zionis laknatullah memang seperti setan yang tak punya rasa kemanusiaan.
Situasi Gaza sangat mencekam, darah dan daging manusia berserakan, akibat serangan bom yang brutal. Hingga di tempat pengungsian pun mereka bakar, suara hiruk pikuk penuh dengan tangisan dan jeritan para korban. Begitu sangat memilukan. Tak adakah para pemimpin muslim yang sadar?
Padahal semua umat manusia pasti memiliki rasa kemanusiaan, memiliki hati nurani atas apa yang terjadi di Palestina. Pembantaian dan pemblokiran bantuan terus dilakukan. Tindakan genosida pun masih jadi tontonan, hingga gencatan senjata yang selalu diabaikan. Itulah yang memicu orang-orang non muslim ikut menyuarakan pembebasan terhadap rakyat Palestina.
Aksi bela Palestina terus di lakukan diberbagai wilayah dunia termasuk Indonesia. Meskipun aspirasinya berbeda, lebih pada ke rasa kemanusiaan. Anehnya para pemimpin negara muslim tidak memilikinya. Rasa kemanusiaan hilang dan lenyap akibat pemahaman kapitalisme yang mengagungkan nilai materi. Hati dan mata mereka buta, meskipun aksi genosida terpampang nyata.
Belasungkawa mereka hanya sebatas retorika semata. Kekuatan mereka hanya menggalang dana, bantuan logistik dan boikot. Serta ajakan melangitkan do'a. Seakan ada batas sampai tak berdaya. Tampak jelas rasa ketakutan mereka pada negeri adidaya, rasa rakusnya mereka terhadap kekuasaan. Mereka faham akan konsekuensinya jika membantu rakyat Palestina.
Semakin jelas dan nyata bahwa kekuasaan mereka di legitimasi oleh negeri adidaya. Itulah mengapa mereka menjadi pemimpin negara tapi tak berdaya. Menjadi manusia tapi tak punya hati nurani. Jadi wajar diantara mereka tak ada yang muncul sebagai kesatria.
Maka dari itu tak cukup hanya menuntut para pemimpin dunia untuk menghentikan aksi genosida di Palestina. Umat juga harus berupaya untuk mewujudkan kepemimpinan yang sohih yaitu yang berlandaskan Islam. Dengan cara membaiat seorang khalifah yang berfungi sebagai pengatur dan penjaga untuk menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Karena satu-satunya solusi masalah Palestina hanya dengan jihad. Mengangkat senjata untuk mengusir penjajah dari bumi Palestina.
Dan seruan jihad akan terwujud jika digaungkan oleh negara. Maksudnya negara Islam yaitu Khilafah. Negara yang akan menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Karena itu merupakan janji Allah bahwa suatu saat khilafah pasti akan tegak. Dengan cara meniti jalan dakwah bersama jamaah yang benar-benar ikhlas karena Allah Ta'ala.
Wallahu 'alam bishowab