| 44 Views
#KaburAjaDulu: Dilema Kompleksnya Problematika Negeri

Oleh : Siska Pratiwi
Mengutip laman berita CNN Indonesia (7/2/2025), media sosial X (Twitter) dihebohkan dengan tren #KaburAjaDulu. Kemunculan tagar (#) tersebut erat kaitannya dengan #PeringatanDarurat yang kembali muncul dan menandakan bahwa negeri ini tengah menghadapi berbagai permasalahan multisektoral yang serius, diantaranya:
- Negara tidak dapat menjamin terpenuhinya pendidikan & kesehatan yang layak. Salah satu faktanya, pendidikan dan kesehatan justru tidak termasuk program prioritas utama dalam Rancangan Anggaran Kementerian Keuangan dibandingkan dengan program MBG (Makan Bergizi Gratis) dan perumahan.
- Kebijakan MBG yang terkesan "memaksa" di tengah kondisi keuangan negara yang memerlukan efisiensi anggaran, justru memunculkan berbagai masalah dalam pelaksanaannya
- Kebijakan efisiensi anggaran di berbagai kementerian, juga berpotensi menimbulkan efek domino, dimana pelayanan kementerian terkait menjadi terhambat dan peluang gelombang PHK dapat terjadi di mana saja
- Kebijakan distribusi gas LPG 3kg yang terkesan sebagai "kebijakan eksperimental" hingga memakan korban
- Dan ketiadaan jaminan kualitas hidup lainnya
Dilansir dari Kompas.com (5/2/2025), kemunculan #KaburAjaDulu dibarengi dengan ajakan pindah ke negara lain untuk mencari beasiswa pendidikan ataupun pekerjaan yang diharapkan lebih menjanjikan kesejahteraan. Singkatnya, #KaburAjaDulu telah menjadi ekspresi kekecewaan rakyat Indonesia, sekaligus wujud kepedulian akan nasib negeri ini kedepan.
Namun, benarkah #KaburAjaDulu jadi solusi atas kondisi yang serba menghimpit di negeri ini?
Nyatanya, #KaburAjaDulu terbilang identik dengan fenomena Brain Drain, dimana negeri ini akan kehilangan banyak sekali potensi intelektual. Akibatnya, akan semakin melanggengkan "absolut power" para oligarki kedepannya.
Jika kita mau membuka mata, semrawutnya kondisi negeri ini, sejatinya buah dari penerapan sistem kapitalis-demokrasi. Sistem ini, meniscayakan perkawinan kepentingan para pemangku jabatan dan pemilik modal. Sehingga, peraturan dan kebijakan kerap kali di design sesuai kebutuhan kapitalis, bukan kebutuhan & kepentingan rakyatnya.
Maka, bertahan atau justru #KaburAjaDulu, tidak akan memberi perubahan berarti, sementara sistem yang berjalan dan mengatur hajat pemerintahan masih sistem yang sama. Justru yang terjadi, semakin kentaranya ketidakadilan, ketimpangan, dan kezaliman yang dilakukan oleh penguasa.
Oleh karenanya, sudah saatnya tiap lini masyarakat yang masih memiliki kepedulian atas nasib negeri ini kedepan, menyuarakan "beyond" dari apa yang terlihat. Yakni akar masalah negeri ini sesungguhnya, penerapan sistem kapitalis-demokrasi, dan menyuarakan tegaknya pemerintahan Islam. Maka, kesejahteraan yang didamba, tidak hanya akan terwujud di Indonesia, melainkan bagi umat di seluruh dunia.