| 15 Views
Jihad dan Khilafah Solusi Tuntas Kelaparan Gaza

Oleh : Rini
Gaza berada di ambang kelaparan setelah lebih dari 18 bulan invasi militer Israel yang telah menewaskan lebih dari 51.000 warga Palestina, situasi kali ini di Gaza adalah yang terburuk yang pernah ada. Kepala kemanusiaan PBB Tom Fletcher memperingatkan bahwa 14.000 bayi di Gaza bisa meninggal pada Rabu 21 Mei 2025 jika mereka tidak menerima nutrisi dan perawatan yang mendesak. Kendati Lima truk bantuan telah diizinkan masuk Israel, namun, Fletcher menggambarkan situasi itu sebagai "bencana" dan aliran bantuan saat ini sebagai "setetes air di lautan." (www.tempo.co, 21/05/2025)
Dengan merinci jumlah kematian selama pengepungan selama 80 hari, Kantor tersebut melaporkan 58 kematian disebabkan oleh kekurangan gizi, dan 242 lainnya karena kekurangan makanan dan obat-obatan, sebagian besar di antara para lansia. Selain itu, 26 pasien ginjal meninggal karena kurangnya nutrisi dan perawatan kesehatan yang tepat (www.tempo.co, 21/05/2025)
Seperti diketahui bahwa dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah memperketat blokade terhadap Jalur Gaza. Masuknya bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar dibatasi secara ketat. Akibatnya, warga Gaza kini hanya bisa makan satu kali setiap dua hari, dan sekitar 50.000 anak-anak mengalami malnutrisi akut. Seolah merancang keadaan ini, Israel Sejak awal Maret 2025, menutup hampir semua jalur Gaza dan menyebabkan lebih dari 83% bantuan pangan yang dibutuhkan gagal mencapai wilayah tersebut (www.alinea.id, 24/05/2025)
Kondisi kelaparan paksa yang dilakukan Israel terhadap penduduk Gaza merupakan kejahatan perang. 2,1 juta orang di Jalur Gaza kini berada dalam risiko kritis jika blokade Israel berlanjut.
Kecaman bertubi tak menghentikan Genosida
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menuntut Israel mematuhi hukum humaniter internasional dengan mengizinkan pengiriman bantuan, dan mengungkapkan bahwa hanya 50 truk bantuan yang memasuki Gaza baru-baru ini meskipun 400 truk siap dikirim di perlintasan perbatasan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terus mendesak Israel untuk menghentikan serangannya yang semakin serampangan di Gaza. PBB mengatakan bahwa Israel harus menghadapi konsekuensi berat atas kejahatan kemanusiaan yang terjadi di jalur gaza. Namun secara lantang Israel telah menentang hukum internasional berkali-kali. Imbasnya penderitaan warga sipil Palestina makin berat dan maksimal.
Satu per satu pemimpin dunia secara silih berganti menggemakan kecaman keras kepada Israel dan desakan supaya peperangan dihentikan segera. Gelombang kecaman budayawan dan aktivis gerakan masyarakat sipil di berbagai negara semakin menguat menentang kekejaman Israel di Jalur Gaza.
Namun apakah dengan segala upaya yang dilakukan genosida di Gaza berakhir? Sayangnya tidak. Kecaman dan kutukan tak membuat Israel bergeming, buktinya hingga saat ini penjajahan terus berlanjut. Israel tetap tidak menunjukkan itikad baiknya untuk mengakhiri perang lewat diplomasi. Israel serasa menjadi sosok yang kuat dan makin menunjukan kebengisannya. Hal ini terjadi karena penyebab utama dari konflik ini tak kunjung tersentuh.
Salah Solusi
Kemerdekaan Palestina telah menjadi salah satu isu politik dan kemanusiaan yang paling kontroversial namun sangat perlu untuk dituntaskan. Perlu diingat bahwa yang terjadi antara Zion*s Yahudi dan Palestina bukan hanya sekedar konflik tapi bentuk penjajahan (imperialisme). Kisah panjang penjajahan Israel dan perlawanan Palestina sudah merentang lama. Bahkan diantara solusi yang diberikan hanyalah solusi menyesatkan bahkan merugikan kemerdekaan tanah Palestina.
Tanah Palestina adalah bagian dari Negeri Syam yang telah ditaklukkan pasukan kaum muslim sejak masa Khalifah Umar bin Khaththab. Status Tanah Palestina adalah tanah kharajiyah dan tetap merupakan tanah kharajiyah hingga Kiamat. Artinya tanah Plaestidari segi zatnya, Tanah Palestina adalah milik kaum muslim selamanya. Kepemilikan seluruh kaum muslim di sini adalah atas fisik tanahnya. Adapun manfaatnya dimiliki oleh penduduknya. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mencabut hak dari pemiliknya (penduduk setempat), bahkan Khalifah sekalipun.
Gaza tidak membutuhkan solusi instan yang dikemas indah dengan menggalang solidaritas. Solidaritas untuk Gaza seharusnya diarahkan untuk menyelesaikan akar masalah, yakni mengakhiri penjajahan Zion*s Yahudi. Beribu perundingan yang tidak kunjung usai, sedangkan rakyak Gaza butuh penyelesaian yang pasti.
Menggalang Solidaritas Jihad Umat
Sungguh. Islam adalah satu-satunya solusi untuk menghapuskan imperialisme termasuk yang terjadi di tanah Gaza. Tanpa butuh gagasan Solidaritas Internasional, Islam akan menggiring seluruh negeri-negeri untuk membela tanah Gaza dengan semua upaya. Namun sayangnya, negeri-negeri muslim saat ini terpecah-pecah dan apatis dengan kondisi umat lainnya.
Gaza adalah bagian dari umat. Bantuan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya memang mereka butuhkan, tetapi yang paling mendesak untuk mereka adalah pembebasan tanah Palestina dari penjajahan Zion*s. Kesemuanya membutuhkan kesatuan pemikiran untuk bersatu menolong saudara muslim di Gaza, yakni pengiriman bantuan militer untuk melawan Zion*s dalam hal ini Jihad.
Jihad dan Khilafah adalah solusi paripurna bagi Palestina yang harus terus disuarakan. Tugas utama saat ini bagi umat muslim adalah mengupayakan pembebasan Palestina dari penjajahan dan penderitaan.
Jihad dapat dimaknai sebagai “qital” atau “perang”, sebagaimana firman Allah, “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.”(QS At-Taubah: 29).
Jihad ada dua macam, yakni ofensif dan defensif. Jihad ofensif adalah jihad yang bersifat menyerang, serta menaklukkan negeri-negeri yang menolak diterapkannya sistem Islam. Jihad Ofensif harus dipimpin atau diperintahkan oleh khalifah (kepala negara Khilafah). Jika belum tegak kekhalifahan Islam seperti saat ini, jihad ofensif tidak dapat dilaksanakan.
Sedangkan jihad defensif dilakukan saat kaum muslim di suatu wilayah mendapat ancaman musuh, serta berhasil menguasai tanah mereka. Dalam kondisi ini hukum jihad adalah fardu ain bagi penduduk di wilayah itu, sebagaimana yang terjadi di Palestina dan Gaza. Maka wajib hukumnya bagi kaum muslim Palestina menegakkan jihad defensif. Apabila mereka tidak mampu, menjadi fardu kifayah bagi kaum muslim yang lainnya untuk membantu, mulai dari wilayah yang terdekat sampai kemudian yang lebih jauh.
Dengan adanya dukungan penuh dari Amerika Serikat kepada Israel, menjadikan rakyat Gaza saat ini tidak mampu untuk melakukan jihad defensif. Hal ini menjadi alasan besar bahwa bukan hanya rakyat Gaza yang wajib berjihad melawan Zion*s, melainkan kaum muslim seluruhnya. Maka menggalang solidaritas negeri-negeri muslim untuk melakukan jihad menjadi hal yang perlu dan wajib terlebih kepada penguasa negeri-negeri muslim.
Semua ini mampu terwujud jika umat bersatu dalam kepemimpinan politik Islam. Hendaknya kaum muslim bisa menyambungkan narasi perjuangan Palestina dengan wacana Khilafah yang saat ini ditakuti oleh Barat menjadi sebuah tawaran. Bukan dengan solidaritas internasional saja yang terus dikemukakan. Aksi kemanusiaan atau pembelaan masih kurang berefek terhadap penindasan sehingga dibutuhkan tawaran solusi Islam sebagai pemecah masalah.
Jihad untuk membebaskan Palestina dari penjajah Zion*s adalah kewajiban negara. Sudah menjadi tugas negara untuk memimpin jihad tersebut, tidak bisa oleh individu. Di sinilah "PR” kita hari ini adalah untuk mewujudkan kembali tegaknya Daulah Khilafah dan kita harus menjadi bagian dari perjuangan itu. Bukankah membela sesama saudaranya sesama muslim adalah kewajiban atau fardu ain? Maka Seharusnya seluruh umat Islam itu bersatu di bawah satu kepemimpinan, yaitu Khalifah.
Kita harus banyak membangun narasi, yakni narasi-narasi yang menjelaskan bahwa Palestina adalah tanahnya umat Islam dan harus kembali kepada umat Islam. Juga menjelaskan bahwa Palestina hanya bisa merdeka dengan jihad dan Khilafah.
Wallahu a'lam.