| 92 Views

Ironi Hari Guru, Persoalan Guru Dan kualitas Siswa Masih Diabaikan

Oleh : Kiki Puspita

25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasiaonal. Guru merupakan sosok yang sangat berjasa bagi siapapun. Tanpa guru yang mengajari kita mungkin kita tidak akan mengerti apa-apa. Bukan hanya sekedar mengajari menulis, membaca, dan berhitung, namun lebih dari itu, guru memiliki peran kedua setelah keluarga dalam membentuk anak muridnya untuk menatap dan menjalani kehidupan dengan sangat baik.

Guru memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan. Namun hari ini ada banyak persoalan yang terjadi pada guru. Mulai dari gaji tidak layak, propesi guru yang banyak direndahkan, dianggap sebagai pekerja, hingga maraknya kriminalisasi, bahkan guru tidak memiliki jaminan perlindungan.

Kasus Sejumlah murid laki-laki SMK swasta di Kendal berguyon contohnya,mereka menyerang gurunya dan aksi mereka juga di videokan bahkan di viralkan di media sosial. Dalam video yang diunggah oleh akun Facebook Eris Riswandi, terlihat seorang guru paruh baya diserang olah sejumlah murid laki-laki. Mereka beraksi dengan mendorong dan menendang guru laki-laki, yang kemudian diketahui bernama Joko Susilo. Joko sempat melakukan perlawanan, namun karena serangan yang datang bertubi-tubi membuatnya kewalahan.

Di sisi lain, guru hari ini juga banyak yang melakukan perbuatan kontraproduktif terhadap profesinya. Di antaranya guru menjadi pelaku bullying, kekerasan fisik dan seksual, hingga terlibat judol. Semua hal ini akar dari penyebabnya tidak lain dan tidak bukan karena sistem yang rusak. Guru pun ikut menjadi korban. 
Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada pelaksanaan tugasnya dalam mendidik murid-muridnya. Ditamba sistem pendidikan hari ini yang mengadopsi asas sekularisasi dan nilai liberal yang tidak sesuai dengan jati diri siswa sebagai kaum muslim, akibatnya lahirlah generasi yang berkepribadian liberal.

Dari sistem sekuler ini guru juga terbebani kebijakan adminitrasi yang banyak dan rumit dengan sertifikasi sehingga menguras waktu dan perhatian.Tata kehidupan sekuler juga mempengarui jati diri guru sehingga guru kehilangan propit pendidikan.

Karut-marut persoalan seputar guru tersebut merupakan pesoalan yang sistematis oleh karena itu kita butuh solusi sistematis juga untuk menyelesaikannya , yaitu sitem Islam. Sistem pendidikan Islam mampu menghasilkan guru yang berkualitas, berkepribadian Islam, memiliki kemampuan terbaik, dan mampu mendidik muridnya dengan baik.

Dari sisi sikap, Islam memerintahkan murid untuk takzim kepada guru dengan menunjukkan akhlak mulia dan adab yang luhur. Tidak hanya murid, negara juga memuliakan guru dengan memosisikannya sebagai pendidik yang harus dimuliakan. Negara menghargai jasa para guru dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada generasi penerus umat dengan memberikan gaji yang tinggi.

Dr. Rudhaifullah Yahya Az-Zahrani di dalam kitab An-Nafaqat wa Idaratuha fid Daulatil Abbasiyyah menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, gaji tahunan rata-rata untuk pendidik umum mencapai 2.000 dinar. Sedangkan gaji untuk periwayat hadis dan ahli fikih mencapai 4.000 dinar.

Dengan harga emas murni yang saat ini mencapai sekitar Rp 1.500.000 per gram dan berat satu dinar sama dengan 4,25 gram emas, gaji guru saat itu mencapai Rp 12,75 miliar per tahun. Sedangkan pengajar Al-Qur’an dan hadis mencapai Rp 25,5 miliar per tahun.

Az-Zahrani juga menyebutkan bahwa makin tinggi tingkat keilmuan seorang ulama, gajinya makin besar. Imam Al-Waqidi, ulama ahli Al-Qur’an dan hadis paling populer pada masanya, mendapatkan gaji tahunan mencapai 40.000 dinar atau setara Rp 255 miliar.

Dalam Islam, guru bukan sekadar pengajar, tetapi juga pendidik generasi umat Islam. Corak peradaban Islam ditentukan oleh para guru. Oleh karenanya, para guru haruslah orang-orang yang bertakwa, berakhlak mulia, memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni, disiplin, profesional, dan memiliki kemampuan mendidik. Negara akan menguji para calon guru sebelum mereka dinyatakan layak mengajar.

Semua mekanisme ini akan mewujudkan profil guru sebagai pendidik generasi umat Islam. Sebagai hasilnya, umat Islam akan menjadi pemimpin dalam ketinggian ilmu pengetahuan dan kemuliaan akhlak. Itulah sebabnya, ketika dahulu peradaban Islam tegak, banyak orang-orang asing bahkan dari kalangan bangsawan yang ikut bersekolah di Daulah Islam. Mereka ingin mencicipi pendidikan yang terbaik pada zamannya.

Waalahua'alam bissowab.


Share this article via

31 Shares

0 Comment