| 60 Views

Ilusi Kesejahteraan Masyarakat di Sistem Kapitalis

Oleh: Ai Siti Khadijah
Aktivis Muslimah

Kondisi masyarakat saat ini jauh dari yang namanya sejahtera, hingga mendorong terjadinya tindakan-tindakan nekat, seperti seorang ibu menjual bayi demi mendapatkan uang yang jumlahnya tidak seberapa. Ini bisa terjadi ketika manusia hilang akal dan merasa tak bersalah setelah  melakukan hal yang sadis seperti itu.

Miris jaman sekarang ini, karena himpitan ekonomi seorang ibu di Medan menjual bayi yang baru di lahirkan, sang ibu ss(27) menjual bayinya melalui mt(55) kepada yu (56)dan nj (40) seharga 20 juta di jalan Kuningan, kecamatan Medan Area kota Medan, Sumatra Utara. 

Kasus yang sama juga terjadi pada februari lalu, seorang ibu di tembora, jakarta Barat juga menjual bayinya, t(35) menjual bayinya seharga 4 juta kepada AN (33) dan istri nya EM (30). Alasan t menjual bayinya adalah karena kesulitan ekonomi. 

Pada bulan Agustus 2023 juga seorang ibu tega menjual bayinya yang masih berumur lima bulan, bayi perempuan di jual sang ibu dengan harga 11 juta melalui media sosial.

Sungguh ironis, karena himpitan ekonomi sebagian ibu telah kehilangan akal sehat dan naluri keibuannya, hingga mereka tega menjual bayi yang di kandungnya demi mendapatkan sejumlah uang. Seharusnya, bayi itu di rawat dengan kasih sayang, karena merupakan buah hati yang telah bersemayam di rahimnya selama sembilan bulan, setelah lahir malah menjualnya tampa ada rasa kasihan maupun kekhawatiran.

Kondisi ekonomi yang sulit menjadi alasan para ibu itu tega menjual bayinya. Diantaranya bisa jadi karena keluarganya sama-sama miskin atau bersikap individualis. Sehingga sibuk memikirkan urusan masing-masing karena itu tidak ada dukungan dari siapapun. Para ibu itu pun gelap mata dan nekat menjual bayinya.

Di jaman sekarang, sistem ekonomi kapitalisme tentu menjadikan negara abai terhadap rakyatnya, negara berlepas tangan dari peran mengurusi warganya. Para penguasa malah sibuk memperkaya dirinya sendiri, keluarga dan kroninya, mereka begitu ambisius menuver politik demi kekuasaannya. Akibatnya mereka abai terhadap kesejahteraan rakyatnya.

Saat ini biaya hidup makin sulit, harga barang kebutuhan pokok melambung tinggi dan terus naik. begitu juga kebutuhan dasar publik, seperti pendidikan, kesehatan, transfortasi, BBM, listrik dan gas hingga rakyat kesulitan membelinya. Karena, pemerintah mematok harga mahal.

Belum pungutan pajak penghasilan yang tidak seberapa ada PPh, PDN, PBB, pajak air dan lainnya. Belum potongan BPJS, jkk dan jkm ditambah lagi iuran tampera. Akibatnya penghasilan rakyat makin kecil dan tidak cukup untuk menghidupi keluarga.

Alhasil, kondisi masyarakat yang tidak sejahtera ini bisa mendorong terjadinya tindakan tindakan nekat seperti sebagian ibu yang menjual bayinya. Ketika manusia kelaparan apapun caranya akan ia tempuh agar bisa makan meski harus melakukan hal-hal gila.

Output pendidikan sekuler hanya bisa berpikir apa yang bisa menjadi keuntungan materi sebagai tujuan amal perbuatan. Tanpa peduli halal haram asalkan memberi keuntungan secara materi, Mereka juga abai akan kesadaran pada hari penghisaban yaitu saat manusia mempertanggunjawabkan seluruh perbuatannya dihadapan sang Khaliq Allah SWT,. serta azab yang pedih

Solusi Islam

Dalam sistem Islam tidak akan terjadi kasus ibu menjual bayinya. Karena, Islam menetapkan peran negara sebagai raa'in yaitu pengurus urusan rakyat menjadi kewajiban negara untuk mewujudkannya.

Rasulullah saw. bersabda, “Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya.” (HR Bukhari).

Dengan posisi negara sebagai ra’in ini, penguasa akan menjamin kesejahteraan tiap-tiap rakyat. Negara (Khilafah) akan menerapkan politik ekonomi Islam yaitu jaminan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan). Negara juga mewujudkan kemampuan rakyat untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier.

Khilafah memastikan tiap-tiap laki-laki dewasa yang sehat bekerja untuk menafkahi diri dan keluarganya. Dengan nafkah yang cukup dan jaminan negara, perempuan tidak wajib bekerja dan tidak dalam kondisi terpaksa bekerja. Perempuan bisa fokus menjadi istri dan ibu yang mengurusi anak-anaknya tanpa pusing memikirkan nafkah, biaya pendidikan, kesehatan, dan lainnya.

Jika perempuan tersebut tidak memiliki suami, nafkahnya dipenuhi oleh walinya. Jika walinya dan kerabatnya tidak ada atau tidak mampu, kewajiban nafkah jatuh ke negara. Khilafah akan memberikan santunan bagi para janda dan duafa. Masyarakat juga akan memberikan bantuan kepada kalangan duafa karena sistem Islam mewujudkan masyarakat yang memiliki kepekaan sosial tinggi dan gemar tolong-menolong.

Khilafah bahkan mendorong para ibu untuk memiliki anak. Khilafah akan mensubsidi bahkan menggratiskan layanan kesehatan, termasuk untuk ibu hamil, melahirkan, dan menyusui. Dengan demikian, orang tua tidak stres memikirkan biaya periksa kehamilan, persalinan, dan pengobatan anak

Dengan dukungan sistem Islam yaitu suami, wali, kerabat, masyarakat, dan negara Khilafah, para ibu akan berada dalam kondisi lingkungan yang kondusif untuk menjaga, mengurus, dan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang. Selain itu, Khilafah juga menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang akan menghasilkan output SDM berkepribadian Islam.

Dengan demikian, masyarakat terbentuk dari individu-individu yang bertakwa. Dibawah penerapan sistem Islam kaffah, tidak menutup kemungkinan ada segelintir orang yang berniat jahat. Untuk itu, negara akan melakukan pengawasan dan menjamin keamanan warganya, termasuk bayi dan anak-anak agar tidak menjadi korban kejahatan.

Demikianlah, penerapan Islam kaffah oleh Khilafah akan membuat fungsi keluarga menjadi optimal. Ayah berperan menjadi pemimpin keluarga. Ibu sebagai pengatur urusan rumah tangga. Keduanya mendidik anak-anak dengan baik berdasarkan syariat Islam. Dengan demikian, anak terjaga keamanannya, tidak ditelantarkan atau diperjualbelikan. Wallahualam bissawab.


Share this article via

70 Shares

0 Comment