| 29 Views

Idul Fitri Tanpa Syariah dan Khilafah Yang Ada Kesedihan

Oleh : Ummu Aqilla
Aktivis Dakwah

Momen perayaan Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025 M yang seharusnya penuh kebahagiaan, kini masih bercampur dengan kesedihan mendalam bagi umat Islam.

Hal ini diungkapkan oleh Mubalik lubuk pakam ustadz wamdi dalam khotbahnya yang bertema Idul Fitri: Momentum Perubahan dari Kegelapan Kapitalisme-Sekuler Menuju Cahaya Islam, yang digelar di area perumahan sekip lubuk pakam pada hari ahad(30/3/2025).

Kebahagiaan ini masih bercampur dengan kesedihan yang menyayat hati,” ujarnya.

Di hadapan tak kurang dari ratusan jama’ah yang hadir, dalam khotbahnya, Ustadz wandi menyoroti berbagai permasalahan yang melanda negeri dan dunia Islam secara umum.

Berturut-turut, ini adalah tahun kedua warga Gaza tidak bisa merayakan Idul Fitri seperti layaknya Muslim di bagian dunia lain.

Terhitung, 900 warga Palestina di Gaza terbunuh sejak gencatan senjata Israel dengan Hamas yang dilanggar Israel 11 hari lalu dan tetap melanjutkan serangan. Serangan itu tetap dilakukan di saat warga Palestina menggelar shalat Id, terdengar suara tembakan dalam video yang diposting Pusat Informasi Palestina. Setiap 45 menit, seorang anak di Gaza terbunuh, terhitung rata-rata 30 anak terbunuh setiap hari selama 535 hari. (www.tempo.co 30/03/2025).

Idul Fitri adalah saat umat Islam bergembira karena telah berhasil menjalankan ibadah pada bulan Ramadan yang mulia dan banyak kebaikan, serta bertemu dengan bulan Syawal.

Sayangnya, hari ini kebahagiaan tersebut belum dirasakan oleh semua umat Islam di berbagai penjuru dunia, terutama di Palestina dan beberapa wilayah lainnya. Mereka harus berhadapan dengan penjajah yang kejam dan semakin brutal, tak mengenal belas kasihan, bahkan terusir dari tanah kelahiran, terkatung-katung di lautan, dan banyak lagi situasi serta kondisi yang sangat memprihatinkan.

Realitas ini menunjukkan bahwa kebahagiaan umat belumlah sempurna, karena sebagian umat Islam, khususnya di Palestina, berada dalam kesengsaraan bahkan terancam nyawanya, jauh sejak sebelum bulan Ramadhan tiba, selama bulan Ramadhan, hingga bulan Syawal.

Belum lagi di tanah air kita sendiri! Aneka kezaliman makin menusuk hati. Ragam sumber daya alam (SDA) dieksploitasi. Bukan untuk kepentingan rakyat yang merintih setiap hari, tetapi untuk dinikmati oleh segelintir oligarki,” ungkapnya.

Jutaan hektar hutan pun, dibabat. Semata-mata demi kepentingan sesaat. Itu pun, sebut Abu Nadzira, bukan untuk kemaslahatan rakyat, tetapi untuk menambah pundi-pundi kekayaan para konglomerat.

Selain itu, ia juga menyinggung kasus mega korupsi yang terus merajalela, utang negara yang semakin membengkak, serta berbagai kebijakan yang dinilainya membebani rakyat.

Aneka pajak makin membebani. Tanah rakyat begitu mudah dirampas oleh oligarki. Angka pengangguran makin menjadi-jadi. Kemiskinan makin menyesakkan dada,” lanjutnya.

Ia juga menyoroti dekadensi moral yang semakin mengkhawatirkan dengan maraknya kasus pinjaman dan judi online (pinjol dan judol), serta meningkatnya tindak kriminalitas seperti perzinaan, pemerkosaan, LGBT, narkoba, hingga pembunuhan.

Hukum makin tumpul ke atas, tetapi makin tajam ke bawah. Akibatnya, keadilan makin jauh dari harapan,” imbuhnya.

Beginilah kalau dunia masih mengadopsi sistem kafitalis sekuler yang itu diemban oleh negri- negri muslim yang kerusakan dan kehancuran akan tampak dimana- mana mengutip Al-Qur’an Surat Ar-Ruum ayat 41, ustadz wandi lantas menegaskan bahwa semua kerusakan ini terjadi akibat ulah manusia yang melupakan aturan Tuhan.

Tak hanya itu, Ia juga menyatakan, di tengah gema takbir Idul Fitri hari ini, kaum Muslimin masih menyaksikan penderitaan saudara-saudara seiman yang makin mengiris hati.

Mulai dari Myanmar, Xinjiang, Yaman, India hingga Palestina. Darah umat Islam pun terus ditumpahkan. Bahkan Bulan Ramadhan kaum zionis Yahudi justru semakin beringas melakukan pembantaian,” geramnya.

Dengan retoris, ia lantas mempertanyakan, “Apakah keadaan ini akan kita biarkan sampai merusak semua sendi kehidupan, termasuk menghancurkan keluarga kita?”

Caranya tidak lain dengan bersegera menerapkan hukum-hukum Al-Qur’an. Cukuplah firman Allah Surat Al-Maidah ayat 50 yang menjadi alasan,

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوْقِنُوْنَ

Apakah sistem hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik hukumnya dibandingkan dengan (hukum) Allah bagi kaum yang yakin?”

Hal ini juga akan menghantarkan pada kesadaran bahwa sistem sekuler sudah diambang kehancuran karena kerusakan yang amat nyata akibat sistem sekuler kapitalisme. Situasi ini akan mendorong umat untuk mencari alternatif sistem yang lain, dan pilihan satu-satunya hanya sistem Islam.

Umat Islam diwajibkan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang utama, dan sebagai sumber hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan, serta sebagai solusi bagi setiap permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan. Hal inilah yang menuntut penerapan syariat Islam secara menyeluruh dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, penerapan Islam secara komprehensif ini tidak dapat terwujud tanpa adanya institusi negara Islam yakni Khilafah. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang berlandaskan pada petunjuk Nabi Muhammad SAW untuk menegakkan hukum-hukum Allah SWT di muka bumi. Al-Qur’an sudah seharusnya menjadi landasan hidup setiap individu, masyarakat, hingga negara.

Untuk mewujudkan hal ini diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Dalam upaya ini dakwah yang dipelopori oleh kelompok dakwah ideologis sangat penting keberadaannya. Karena merekalah yang membangun kesadaran umat akan pentingnya menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan dan negara yaitu dengan tegaknya  daulah khilafah.


Share this article via

48 Shares

0 Comment