| 326 Views

Harga Gula Naik, Buruknya Tata Kelola Niaga

Oleh : Eva Ummu Naira

Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Harga gula pasir terus naik dan stok gula pasir kian langka, terpantau di beberapa daerah kenaikan harga kebutuhan pangan terus terjadi setelah hari raya Idul Fitri, seperti yang terjadi di wilayah Tangerang Selatan (Tangsel) harga gula pasir mengalami kenaikan, kenaikan harga ini juga diiringi dengan kelangkaan gula pasir di pasaran. 

Sejumlah toko ritel di wilayah Tangsel, salah satunya di Kecamatan Ciputat mengalami kelangkaan stok gula pasir. Salah satunya di Kecamatan Ciputat. Menurut penjaga toko ritel, kelangkaan gula pasir terjadi sejak dua hari yang lalu karena pihak distributor belum mengirim. Namun, berbeda dengan toko kelontong atau agen sembako, stok gula pasir ada tapi harganya meroket di eceran dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini terjadi beberapa hari setelah Idulfitri (Beritasatu.com, 21/4/2024).

Menanggapi naiknya gula di pasaran, Kepala Badan Pangan Nasional (BAPANAS) Arief Prasetyo Adi kepada awak media di kantor BAPANAS, Jakarta, Kamis (18/4) mengatakan kenaikan dilakukan lantaran adanya permintaan dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) terhadap harga acuan pembelian (HAP) bahan-bahan pokok seperti beras dan gula. Namun, kenaikan harga gula itu hanya bersifat sementara. Harga gula jadi Rp 17.500 per kilogram sampai 31 Mei. Arief meyakinkan ketersediaan gula di pasaran tak akan langka dengan kebijakan (ada relaksasi).

Dan Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey memang pernah meminta perubahan harga eceran tertinggi gula. Itu katanya perlu dilakukan agar peritel dapat terus menyediakan bahan pokok guna mencegah kekosongan atau kelangkaan di gerai-gerai ritel modern (Cirebonberita. com, 20/4/2024). 

Inilah yang terjadi dalam sistem kapitalis, harga-harga kebutuhan pokok bisa dengan mudahnya naik drastis dan mengalami kelangkaan. Fenomena permainan harga sangat kontras terjadi akibat tata kelola perniagaan yang buruk. Peluang keran impor pun terbuka lebar. Lagi dan lagi para pengusaha besar dapat mengeruk keuntungan besar dan menentukan harga gula, sedangkan rakyat kecil semakin sulit ekonominya. 

Dalam sistem kapitalis sekuler ini peran negara hanya sebatas pembuat regulator dan memuluskan keinginan korporasi besar apalagi bisnis gula sangat strategis dan dibutuhkan semua masyarakat. Solusi yang dikeluarkan tak menyentuh akar permasalahnnya, membuka pintu impor masuk seluas-luasnya, seiring itu para petani gula tak tersentuh penanganan yang tepat dan dampak keuntungan bagi mereka tak dirasakan. 

Namun, lain halnya dengan sistem Islam. Islam sebagai agama yang sempurna memiliki pandangan yang menyeluruh dan komprehensif dan untuk pengaturan ekonomi pun Islam mengaturnya. Gula sebagai kebutuhan pokok pangan adalah komoditi strategis yang dibutuhkan seluruh masyarakat, karenanya pemerintahan Islam akan menjaga ketersediaan gula di dalam negeri baik untuk skala rumah tangga sampai skala industri. 

Pelaksanaan aspek hulu dan hilir pun akan berjalan dengan baik, yakni dari mulai pengelolaan pertanian tebu sampai pembangunan pabrik gula terpantau dalam sistem Islam. Maka pasokan gula dalam negeri akan terjamin, dan industri gula akan berjalan baik tanpa impor dari negara lain. 

Inilah peran pentingnya negara. Negara berperan dalam mengurusi urusan rakyatnya karena semua perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak, Rasulullah SAW bersabda, “Imam/khalifah adalah pengurus dan bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya (HR. Muslim dan Ahmad). 

Maka, dengan penerapan sistem Islam kaffah sajalah solusi permasalahan naik dan langkanya  kebutuhan pokok akan terselesaikan.[]


Share this article via

100 Shares

0 Comment