| 198 Views
Harga Beras Makin Mahal, Apakah Petani Untung?

Oleh : Dewi Yuliani
Ironi negeri agraris harga beras mahal pendapatan petani kecil. Harga beras tinggi karena biaya produksi tinggi. Hal ini disebabkan oleh sektor pertanian yang sudah dikuasai oligarki dari hulu hingga hilir.
Sementara negara tidak memberikan bantuan kepada petani, sehingga petani harus mandiri. Terlebih mereka yang hanya memiliki sedikit modal.
Di sisi lain, negara sedang melakukan pembatasan impor beras sehingga ketersediaan beras juga lebih sedikit, sehingga membuat harga makin mahal. Apalagi adanya ritel-ritel yang menguasai bisnis beras yang dapat memainkan harga.
Di kutip dari NUSA DUA, KOMPAS.com - Bank Dunia mengungkapkan bahwa harga beras di Indonesia 20 persen lebih mahal daripada harga beras di pasar global, bahkan saat ini harga beras dalam negeri konsisten tertinggi di kawasan ASEAN.
Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk menilai, tingginya harga beras ini terjadi karena beberapa hal, yaitu seperti kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor dan kenaikan biaya produksi hingga pengetatan tata niaga melalui non tarif. "Kebijakan yang mendistorsi harga ini menaikkan harga produk dan mengurangi daya saing pertanian,” ucap Carolyn dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Jumat (20/9/2024)
Situasi ini berpeluang untuk mendorong dibukanya keran impor beras yang akan makin menguntungkan oligarki dan menyengsarakan petani. Ini adalah buah penerapan sistem kapitalisme, di mana, hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator dan berpihak kepada oligarki.
Tingginya impor hanya bisa dihentikan dengan penerapan sistem Islam yang akan mengembalikan kepemilikan SDA kepada rakyat sebagai pemilik sesungguhnya kekayaan milik umum tersebut. Adapun negara bertugas mengelolanya dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Meski sistem Islam tidak melarang impor, kebijakan tersebut tidak akan menjadi solusi satu-satunya dalam menyelesaikan persoalan. Negara akan berupaya memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan mengoptimalkan segala potensi, daya, dan upaya yang ada.
Secara ekonomi, praktik sistem ekonomi kapitalisme telah menimbulkan ketimpangan ekonomi yang sangat jauh,
Demikianlah problem utamanya, yakni penerapan sistem politik demokrasi kapitalisme sehingga melahirkan pemerintahan yang lemah, abai, dan gagal mengurusi rakyat. Oleh karenanya, penguasa “aslinya” bukanlah negara, melainkan korporasi.
Negara seharusnya menyediakan lahan untuk ketahanan pangan (beras), pupuk yang terjangkau, pengadaan alat-alat pendukung untuk pertanian yang canggih, serta pengembangan bibit unggul dan meningkatkan kemampuan petani sehingga makin ahli . Negara Islam menempatkan ketahanan dan kedaulatan pangan sebagai salah satu basis pertahanan negara dan basis menyejahterakan rakyatnya.
Negara akan melakukan seluruh upaya untuk mewujudkannya sesuai dengan sistem ekonomi islam, dan dengan dukungan sistem lain dalam bingkai penerapan islam kaffah
Hanya Islam yang mampu menyelesaikan kemiskinan ini. Sistem Islam yang sempurna memiliki jaminan agar kemiskinan bisa diselesaikan. Beberapa hal perlu dilakukan menurut Islam sebagai berikut.
Pertama, negara menjamin terpenuhinya kebutuhan primer masyarakat. Hal itu dilakukan dengan mewajibkan laki-laki mencari nafkah untuk keluarganya. Apabila tidak bisa, kewajiban itu diserahkan pada kerabat dekat. Jika tidak ada kerabat dekat, baru akan diambil alih oleh negara. Masyarakat yang kaya akan didorong untuk membantu rakyat miskin. Mereka melakukannya atas dorongan keimanan.
Kedua, Islam akan membagi kepemilikan menjadi tiga, yaitu individu, umum, dan negara. Individu bebas mendapatkan harta asalkan caranya tidak melanggar hukum syarak. Kepemilikan umum, seperti SDA, akan dikelola negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Swasta dilarang memilikinya. Kekayaan negara akan dikelola oleh negara untuk keperluan kenegaraan dan memenuhi kebutuhan rakyat.
Wallahu a'lam bishawab