| 62 Views

Generasi Makin Sadis, Buah Sistem Kapitalis

Oleh : Erna Ummu Azizah

Seakan tiada henti, kasus pembunuhan sadis makin ke sini makin miris. Pelakunya pun makin muda usianya. Seperti kasus pembunuhan satu keluarga oleh seorang remaja usia 16 tahun asal Paser Utara, Kalimantan. Diduga karena persoalan asmara dan dendam terhadap korban.

Seperti dikutip dari laman berita online, "Pembunuhan sadis 5 orang sekeluarga itu terjadi pada Selasa (6/2). Saat itu, pelaku usai berpesta miras bersama teman-temannya. Dia pulang, menuju rumah korban, dan menghabisi satu persatu 5 orang sekeluarga dengan memakai parang. Korban yakni WO (34), istri SW (33), anak pertama JS (14), V (10), dan A (2,5).

Polisi menduga aksi sadis tersebut berlatar dendam atau asmara. Pelaku menyebut sempat berpacaran dengan JS. Selain membunuh, pelaku juga memerkosa SW dan JS yang sudah jadi mayat. Pelaku saat ini ditahan dan terancam hukuman mati atau seumur hidup." (Detikcom, 9/2/2024)

Miris, di usia yang masih belia tega berbuat aniaya hingga menghilangkan nyawa satu keluarga yang mereka itu semua adalah tetangganya. Dengan tanpa belas kasihan, menebas tubuh-tubuh korban, bahkan korban yang masih balita pun tak luput dari tebasan parang yang dilakukan di bawah pengaruh minuman. Hingga tak hanya membunuh, pelaku pun tega memperkosa jasad dan mencuri harta korban.

Kasus ini bukanlah yang pertama. Sebelumnya ramai pula diberitakan remaja asal Makassar, Sulawesi Selatan yang tega menyiksa dan memaksa 3 orang temannya meminum miras oplosan alkohol 96 persen sampai tewas. (Kompas, 3/3/2023)

Inilah buah busuk sistem sekulerisme kapitalisme. Nilai-nilai agama sudah tak lagi dipedulikan. Apapun dilakukan yang penting nafsu terpuaskan. Tak dipungkiri generasi hari ini semakin barbar. Kata 'dosa' seakan lenyap dari akal pikirannya. Nurani pun sirna, hingga tega berbuat kekerasan yang membabi buta.

Generasi hari ini gersang dari rasa kasih sayang. Karena keluarga yang sejatinya tempat ternyaman memperoleh didikan dan pemahaman, kini seakan hilang. Orang tua sibuk dengan pekerjaan. Masyarakat enggan saling mengingatkan. Terlebih penguasa hari ini yang disibukkan dengan urusan harta dan kekuasaan.

Jika generasinya rusak, barbar dan sadis. Bagaimana nasib genenerasi ke depan? Tentu tak boleh kita biarkan. Semua ini butuh solusi tuntas. Dan Islam sesungguhnya punya solusi nyata, dan terbukti di masa lalu berhasil mencetak generasi gemilang. Generasi yang tak hanya hebat perkara dunia, namun fakih dalam urusan akhirat.

Islam sebagai akidah sekaligus syariah, begitu menjaga generasi, karena mereka adalah penerus peradaban dan calon pemimpin di masa depan. Islam. Sistem Islam punya mekanisme agar generasi ini terjaga. Mulai dari peran keluarga, masyarakat maupun negara.

Keluarga, dalam hal ini para orang tua diwajibkan untuk mendidik putra putrinya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Mereka tidak boleh melalaikan kewajiban ini dengan dalih sibuk bekerja. Maka disinilah negara berfungsi mengedukasi dan menjamin kesejahteraan tiap warga negaranya.

Masyarakat dalam Islam pun akan selalu diwarnai dengan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Mereka akan senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan. Sehingga tidak akan membiarkan generasi dalam kerusakan. Hal ini tentu ditopang dengan peran negara yang akan menutup semua akses yang bisa merusak generasi, baik di dunia nyata maupun maya.

Juga sistem pendidikan berbasis akidah Islam, dimana tujuannya itu adalah mencetak generasi berkepribadian Islam, yang paham bahwa hidup di dunia untuk ibadah kepada Allah dan memberikan kemasalahatan untuk umat. Sehingga generasi akan disibukkan dengan kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat, berkarya untuk kebangkitan umat. Serta senantiasa berada dalam ketaatan dan jauh dari kemaksiatan.

Dan jika semua komponen sudah melaksanakan peran masing-masing dengan baik dan optimal, namun tetap terjadi pelanggaran. Maka, Islam punya sistem sanksi yg berfungsi sebagai pencegah (zawajir) dan penebus (jawabir). Tentunya sanksi yang bisa memberikan efek jera sehingga tidak akan terjadi kasus serupa.

Tidakkah kondisi ini membuat kita rindu hidup di bawah sistem Islam? Mari kita perjuangkan dengan semangat mengkaji Islam juga mendakwahkannya di tengah umat. Sehingga umat tercerahkan, dan generasi pun terselamatkan. Wallahu a'lam.[]


Share this article via

87 Shares

0 Comment