| 32 Views

Gencatan Senjata Hanya Alibi Semata

Oleh : Fadillah Noviantika
Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Peningkatan kekerasan di Al-Aqsa dan masyarakat Palestina pasca penyerangan Zionis Israel pada Oktober 2023 mengubah total eskalasi opini dunia tentang Palestina, khususnya di dunia Barat dan Timur, yang lebih cenderung berpihak kepada Palestina. Bahkan yang mendukung dari generasi Z yaitu para pemuda dan mahasiswa di kampus-kampus besar di dunia terutama di AS, protes terhadap Israel.

Pada 19 Januari 2025 gencatan senjata resmi dimulai setelah sempat ada penundaan oleh pihak Zionis Israel. Lebih dari 47.000 warga Gaza telah tewas dalam serangan Israel sejak penyerangan 7 Oktober 2023. Di pihak zionis Israel, kendati tidak separah yang dialami pihak Palestina, mereka juga membayar ongkos yang sangat mahal dari perang ini. Biaya perang dan pertahanan yang sangat besar mengancam anggaran mereka, pada beberapa bulan awal saja anggaran pertahanan dalam setahun telah ludes dan sejumlah kementerian bahkan dinyatakan “ditutup” demi mendukung pembiayaan perang.

Sebagaimana yang dilansir DetikNews,(19/1/2025), kantor berita Palestina Wafa melaporkan pasukan Israel masih melakukan serangan di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah beberapa jam sebelum waktu gencatan senjata yang disepakati dan belum ada kabar mengenai korban jiwa. Otoritas Palestina mengatakan pasukan Zionis Israel telah menewaskan sedikitnya 122 warga Palestina yang mayoritas adalah wanita dan anak-anak sejak kesepakatan gencatan senjata diumumkan.

Bahkan setelah diumumkannya gencatan senjata, Donal Trump Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih mengatakan “dia tidak memiliki jaminan” gencatan senjata di Gaza ini akan bertahan. Hal ini dikatakannya saat dia bersiap bertemu dengan PM zionis Israel Benjamin Netanyahu. Hal ini jelas menjadi bukti bahwa jeda kemanusiaan ini bukanlah akhir dari peperangan, karena niscayanya sejak awal perang target mereka adalah satu: merebut wilayah Gaza dengan cara apa pun, termasuk melakukan genosida. Maka gencatan senjata ini hanyalah alibi semata.

Beberapa minggu setelah pengumuman gencatan senjata, tersiar kabar Donald Trump akan memindahkan seluruh warga Palestina ke negara tetangga seperti Mesir, Iran, Yordania dan bahkan Indonesia. Berita ini di-aamiin-kan oleh kanal CNN bahwasanya Donald Trump mengatakan AS akan mengambil alih jalur Gaza pada 4 Februari 2025.

Saat ini, kepemimpinan dunia sedang dipegang AS. Tidak heran jika AS begitu berkepentingan turut campur dalam persoalan dunia, termasuk mengintervensi krisis Palestina. Alih-alih turut menyelesaikan sebagaimana koar-koar mereka soal perdamaian dan perang atas segala bentuk penjajahan, pihak AS justru turut serta secara legal mendukung penjajahan, termasuk upayanya melakukan genosida.

Oleh karena itu, kaum Muslim wajib bersatu untuk menghancurkan hegemoni AS dan sekutunya. Wajibnya umat Islam bersatu dalam satu barisan dalam kekuatan politik dan hal mendasar yang perlu dilakukan secara politik oleh negara-negara Islam adalah memutus hubungan diplomatik denan negara-negara kafir harbi.

Ajarkan pendidikan Islam yang menyeluruh pada kaum Muslimin, jangan sampai malah menghilangkan bagian penting, seperti di Arab Saudi yang menghilangkan kurikulum tentang wala (mencintai) dan bara (membenci) atas pengaruh Amerika. Bagi sebagian mungkin masih berstatus mahasiswa yang bisa dilakukan dengan persiapan apa-apa yang dimampunya, seperti ilmu syar’i, kemampuan fisik, ekonomi, keterampilan dan sebagainya lalu semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan memohon perlindungan pada-Nya dari segala fitnah yang ada.


Share this article via

49 Shares

0 Comment