| 106 Views
Gencatan Senjata bukanlah Akhir yang Kita Harapkan

Oleh : Siska Pratiwi
Awal januari 2025, media ramai memberitakan penyerbuan zionis israel atas Rumah Sakit Kamal Adwan dan penyanderaan direktur rumah sakit tersebut. Selama kurun waktu 3 hari, korban serangan Israel di Gaza telah mencapai 200 jiwa, mayoritasnya adalah wanita dan anak-anak yang notabene merupakan warga sipil (kumparanNEWS).
Hari minggu (5/1/2025) yang lalu, Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan bahwa serangan zionis telah menewaskan setidaknya 23 orang, lagi-lagi termasuk wanita dan anak-anak. Dimana, serangan ini menyasar tempat-tempat perlindungan dengan dalih menargetkan pejuang pertahanan Hamas yang disebut sebagai "target teroris" mereka (baca: zionis).
Dilansir dari VOA, militer Israel telah menyerang lebih dari 100 "target teroris", dan memperingatkan bahwa serangan akan terus ditingkatkan jika tembakan roket ke wilayahnya masih berlanjut.
Qatar, Mesir, dan AS dalam hal ini terlibat sebagai mediator yang mengupayakan tercapainya kesepakatan untuk menyudahi konflik, dengan syarat dibebaskannya sandra zionis israel di Gaza.
Setelah 15 bulan bergulirnya konflik antara Pejuang Palestina dan zionis israel sejak oktober 2023 silam, korban tewas di Gaza telah mencapai lebih dari 45 ribu jiwa, dan korban luka lebih dari 108 ribu. Tentu ini hanya dari aspek korban jiwa, belum termasuk kerugian ekonomi, lumpuhnya aktivitas masyarakat Gaza, permasalahan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, kerugian tersebut nyatanya tidak lebih besar dibandingkan spirit para pejuang dan masyarakat Gaza, untuk mempertahankan kemuliaan tanah Baitul Maqdis.
Rabu (15/1/2025), menjadi momentum yang paling mengharukan dan penuh syukur bagi masyarakat Gaza dan dunia, dengan tercapainya gencatan senjata antara pejuang H*m*s dan zionis, dengan pembebasan sandra sebagai harga yang harus dibayarkan.
Lantas, apakah perjuangan umat Islam akan berhenti sampai di sini?
Tentunya tidak, kita menyadari bahwa zionis israel beberapa kali telah melakukan kesepakatan gencatan senjata. Namun, mereka kerap kali melanggar gencatan senjata tersebut dan kembali melancarkan agresinya. Kita pastinya tidak menginginkan hal ini kembali terulang.
Satu hal yang harus kita ingat dalam benak hati dan pikiran kita, bahwa gencatan senjata it's not the end yet, but bismillah.
Pembebasan Palestina bukan hanya amanah yang berada dipundak para pejuang, bukan hanya tanggungjawab warga Gaza dan Palestina, melainkan PR besar bagi umat Islam seluruh dunia.
Sehingga, penting bagi umat Islam untuk terus mengawal gencatan senjata ini, dan tetap menyuarakan pembebasan Baitul Maqdis yang seseungguhnya.
Dan tentunya, pembebasan baitul maqdis ini membutuhkan persatuan umat Islam seluruh dunia dalam naungan kepemimpinan Islam, khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Aamiin ya Rabbal 'alamin.