| 27 Views

Gaza Berkecamuk, Akankah Usai dengan Sekularisme?

Oleh : Yuliana, S.E.
Muslimah Peduli Umat
 
Komite Khusus PBB untuk Menyelidiki Praktik-praktik Israel di Wilayah Pendudukan Palestina dan Arab memperingatkan bahwa dunia saat ini sedang menyaksikan kemungkinan terjadinya "Nakba kedua", akibat eskalasi kekerasan, blokade kemanusiaan, dan kebijakan pendudukan yang dijalankan Israel.

Istilah "Nakba" berasal dari bahasa Arab yang berarti "malapetaka", merujuk pada peristiwa pengusiran sekitar 750.000 warga Palestina dari tanah mereka pada 1948 dalam rangka pembentukan Negara Israel.
Peristiwa ini disertai penghancuran lebih dari 500 desa Arab, pembantaian, serta pembersihan etnis dan hingga kini menjadi simbol luka kolektif dan perlawanan dalam identitas nasional Palestina.

"Israel terus menyebabkan penderitaan yang tak terbayangkan bagi rakyat yang hidup di bawah pendudukannya, sambil memperluas perampasan tanah sebagai bagian dari aspirasi kolonial yang lebih luas. Apa yang kita saksikan bisa jadi adalah Nakba lainnya," ujar Komite Khusus PBB, mengutip pernyataan penutup misi lapangan mereka di Amman, Jumat, 9 Mei 2025.

Komite tersebut mendokumentasikan penggunaan penyiksaan, kekerasan seksual sistematis, serta pemaksaan kelaparan sebagai metode perang oleh militer dan otoritas Israel.

"Metode-metodenya seperti buku panduan untuk merendahkan, mempermalukan, dan menanamkan rasa takut: dari pelecehan seksual, sentuhan tidak pantas, pemerkosaan, hingga penggunaan benda asing seperti tongkat dan pentungan—dilakukan terhadap pria, wanita, bahkan anak-anak," ungkap pernyataan itu.
 
PBB menyebut praktik-praktik tersebut selaras dengan tindakan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan, serta memperingatkan bahwa impunitas Israel harus segera diakhiri.

Komite juga menyoroti penggunaan blokade total terhadap Gaza sebagai bentuk "senjata kelaparan" yang digunakan untuk menundukkan seluruh populasi.

"Sulit membayangkan ada pemerintah yang dengan sengaja membuat rakyatnya mati kelaparan, sementara truk makanan hanya berjarak beberapa kilometer. Namun inilah kenyataan mengerikan yang dihadapi warga Gaza," ujar komite.

Israel diketahui tidak merespons permintaan konsultasi dari PBB dan menolak memberikan akses kepada Komite ke wilayah Israel, Palestina, atau Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Komite menyebut penolakan ini sebagai bentuk pengabaian total terhadap hukum internasional.

"Israel jelas merasa memiliki impunitas penuh untuk melakukan kejahatan mengerikan dan tidak akan pernah dimintai pertanggungjawaban atas tindakan, kebijakan, dan praktiknya di wilayah Palestina dan Suriah yang diduduki," tegas laporan itu.

Komite menyerukan agar negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap Israel menggunakan semua tekanan politik dan ekonomi yang tersedia untuk menghentikan kebijakan ilegal, serta menghentikan penjualan senjata dan bantuan militer dari perusahaan swasta maupun BUMN.

"Blokade kemanusiaan ini harus dihentikan sekarang. UNRWA harus diizinkan menjalankan mandatnya untuk memberikan layanan esensial. Dunia tidak boleh diam," demikian pernyataan Komite. 10 Mei 2025.
 
Selama masih menggunaan sistem skuler selama itulah Gaza akan terjajah. Keadaan Gaza sudah sangat tidak manusiawi. Zionis terus melakukan genosida dengan cara keji yang tidak berperikemanusiaan. Selain itu, mereka dengan sengaja memblokade masuknya bantuan makanan dan membiarkan kaum muslim di Gaza dalam keadaan kelaparan yang parah.  Blokade ini sudah berlangsung lebih dari dua bulan.  Sungguh cara perang yang sangat keji dan tidak ksatria

Zionis dengan sengaja mengebom kem-kem pengungsian. Membakar wanita dan anak-anak hidup-hidup. Menyerang membagi buta tanpa sedikitpun rasa belas di hati mereka. Namun pemimpin muslim seluruh dunia bungkam tanpa ada yang bertindak

Mirisnya, dalam kondisi demikian, penguasa negeri muslim belum juga melakukan pembelaan secara nyata dengan mengirimkan pasukan untuk mengusir penjajah yang keji ini. Seruan jihad yang bergema di seluruh penjuru dunia tak mampu membuka hati para pemimpin muslim.

Kondisi mengenaskan ini tak mungkin terjadi jika umat Islam memiliki pelindung berupa negara Khilafah.  Karena Khilafah akan menjalankan perannya sebagai rain dan junnah untuk melindungi umat Islam dari penjajahan dalam bentuk apapun. sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah Mu'tasim Billah, Sayangnya hari ini Khilafah belum ada, sehingga Palestina tidak ada yang membela.

Merinding melihat kenyataan yang terjadi. Pemimpin muslim tidak sadar juga walau kezaliman yang sangat nyata di depan mata. Mereka menunjukkan sikap yang tidak takut akan tanggung jawabnya kelak di akhirat. Seolah-olah apa yang terjadi di Gaza bukan urusan mereka dunia akhirat. 

Oleh karena itu harus ada perjuangan untuk menegakkannya kembali.  Perjuangan ini sudah diawali oleh partai islam ideologis. Umat harus terus  dibangun kesadarannya agar siap berjuang bersama partai ini. karena hanya partai inilah yang konsisten memperjuangkan tegaknya aturan Allah secara kafah dalam wadah Khilafah Islamiyah.
 
Gaza butuh Jihad dan Khilafah

Dalam Islam hanya satu pemimpin untuk kaum muslim. Tidak ada istilah kaum muslim itu terbagi-bagi atau terpecah-pecah seperti yang kita alami saat ini. Kaum muslim satu dengan yang lainnya adalah satu kesatuan ibarat satu tubuh, jika ada bagian yang sakit dan tersakiti maka tubuh yang lain juga akan merasakan sakit juga.

Islam itu satu rasa satu pikiran dan satu tujuan. Ketika kita melihat saudara kita terzolimi maka kita akan cepat memberikan konstribusi. Dalam islam pemimpin adalah roin atau pengurus bagi rakyatnya. 
Dalam Islam, pemimpinnya akan sangat menjaga rakyatnya dari segala ancaman. Ketika ada saudaranya yang diperangi oleh kafir maka hal yang dilakukan oleh pemimpin Islam adalah dengan mengirim tentara untuk berjihad. Bukan malah menjalin hubungan diplomatik dengan pemimpin kafir yang nyata-nyata telah menjajah saudara kita muslim.

Bukan malah menerima mereka sebagai tamu agung yang disambut dengan hangat. Seperti yang dilakukan oleh penguasa Arab pada bulan lalu. Yang lebih menyedihkan lagi menyambut pemimpin kafir yang nyata-nyata menjadi musuh kaum muslim dengan cara yang sangat jahil membuka aurat secara nyata. Na’uzubillah.

Sebagai rain pemimpin muslim akan mempertanggungjawabkan di akhirat nanti di hadapan Allah swt atas ketidakpeduliannya terhadap kaum muslim di Gaza. Kita sebagai kaum muslim jangan menjadi muslim yang pasif tanpa ada sedikitpun mengambil bagian untuk pembesan saudara kita di Gaza. 

Pikirkanlah ketika kita hanya sibuk scroll medsos dan hanya menonton video yang lewat di beranda. Seolah sedang menonton film adegan perang, tanpa sedikitpun tergerak untuk bergerak. 

Kaum muslimin mari kita berbuat sesuai dengan kemampuan kita, keahlian kita, ilmu kita, harta kita, lisan kita, kaki kita, tangan kita, berusaha untuk pembebasan saudara kita di Gaza, Palestina.

Gunakan keahlian kita seperti keahlian di bidang IT untuk dipergunakan sebagai media untuk menyebarkan berbagai berita tentang saudara kita tentang palestina. Buat konten-konten yang bisa menyadarkan umat. Gunakan ilmu kita untuk membuat suatu wacana atau wadah kepada masyarakat agar faham kewajiban membebaskan Palestina.

Gunakan harta kita ke jalan yang bisa menjadi jalan untuk kita bisa membantu saudara kita di Gaza. Gunakan lisan kita untuk dakwah menyampaikan kepada umat akan pentingnya memahami akan ilmu agama akan tau bahwa pembebasan Palestina adalah tanggung jawab kita. Gunakan kaki kita agar selalu melangkah ke jalan yang diridhoi oleh Allah swt. Gunakan tangan kita untuk senantiasa menulis tulisan dengan himbauan atau ajakan akan kesadaran akan memiliki ilmu agama biar faham kenapa kita harus bertanggung jawab terhadapa pembebasan Palestina.

Saatnya kaum muslim sadar akan pentingnya kembali kepada Islam. Palestina Gaza butuh persatuan kaum muslim dalam sebuah naungan yaitu Daulah Islam. Kaum muslim Gaza butuh jihad dan khilafah. 

Wallahu a’lam boshowab.


Share this article via

15 Shares

0 Comment