| 188 Views

Ganti Menteri Ganti Kurikulum, Masa Depan Generasi Mau Dibawa ke Mana?

Oleh : Widya Rahayu
Lingkar Studi Muslimah Bali

Perubahan kebijakan pendidikan di Indonesia seolah menjadi rutinitas yang tak pernah berkesudahan. Setiap kali pergantian menteri, perubahan kurikulum atau pendekatan dalam pembelajaran menjadi salah satu isu yang mencuat. 

Baru-baru ini, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Abdul Muti, mengungkapkan rencananya untuk mengganti Kurikulum Merdeka dengan kurikulum berbasis deep learning. Meski dikatakan bahwa deep learning bukanlah kurikulum, namun metode ini kemungkinan akan mengubah pola pembelajaran di sekolah pada tahun ajaran baru. 

Isu ini memicu pertanyaan besar: Mengapa setiap pergantian menteri selalu disertai dengan perubahan kurikulum, dan apa dampaknya terhadap masa depan generasi muda kita?

Kebijakan yang Tak Pernah Selesai

Kebijakan pendidikan yang kerap berubah ini sebenarnya mencerminkan ketidakjelasan arah yang ingin dicapai dalam sistem pendidikan nasional. Sejak era kemerdekaan, Indonesia telah beberapa kali mengganti kurikulum, mulai dari Kurikulum 1947 hingga yang terbaru, Kurikulum Merdeka. Namun, meskipun ada berbagai perubahan, hasilnya masih jauh dari harapan, terutama dalam mencetak generasi yang beriman, bertakwa, dan trampil sesuai dengan tujuan pendidikan yang sejatinya ingin dicapai.

Sebagaimana yang tercantum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 

Namun, realitanya, meskipun ada pergantian kurikulum dan pendekatan, generasi yang dihasilkan masih jauh dari tujuan tersebut. Banyak generasi muda yang terjebak dalam pemikiran bebas (liberal) dan kurang memiliki adab atau budi pekerti yang baik. Mereka juga cenderung lebih fokus pada kepentingan pribadi, tanpa melihat dampak jangka panjang bagi masyarakat dan umat.

Sekularisme dan Kapitalisme dalam Pendidikan

Perubahan kurikulum yang terus terjadi dalam sistem pendidikan nasional sebenarnya bukanlah hal yang salah jika dilakukan dengan tujuan yang jelas dan berkelanjutan. Namun, masalah utama terletak pada dasar pemikiran yang digunakan dalam perubahan tersebut, yaitu sistem sekuler kapitalisme. Sistem ini memandang pendidikan hanya sebagai alat untuk menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai bagi dunia industri dan kapitalisme, tanpa mempertimbangkan aspek moral, spiritual, dan sosial. Pendidikan yang dilaksanakan dalam kerangka sekuler kapitalisme cenderung lebih menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan, namun mengabaikan pembentukan karakter dan moral peserta didik.

Misalnya, meskipun ada upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui kurikulum seperti deep learning yang dikatakan lebih mendalam dan berbasis pada teknologi, kurikulum semacam ini tetap tidak akan dapat menghasilkan generasi yang unggul secara utuh. Deep learning mungkin dapat meningkatkan aspek kognitif dan keterampilan anak, tetapi tidak cukup untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab, sebagaimana yang diinginkan dalam Islam. 

Tanpa adanya dasar moral dan spiritual yang kuat, generasi yang dihasilkan oleh pendidikan semacam ini justru berisiko menjadi generasi yang lebih materialistis dan tidak peduli dengan nilai-nilai agama serta kemaslahatan umat.

Sistem Pendidikan Islam sebagai Solusi Hakiki

Sistem pendidikan Islam yang berbasis pada akidah Islam menawarkan arah yang lebih jelas dan pasti bagi pembentukan generasi masa depan. Dalam sistem ini, pendidikan tidak hanya fokus pada pengembangan kognitif atau keterampilan semata, tetapi juga mencakup aspek pembentukan akhlak, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial. 

Visi pendidikan Islam adalah membentuk generasi yang berkepribadian Islam, yang memiliki karakter mulia, dan mampu memberikan manfaat bagi umat dan masyarakat.

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Al-Bukhari). Hadis ini menggarisbawahi pentingnya pendidikan moral dan akhlak dalam membentuk karakter seorang individu. Dalam sistem pendidikan Islam, nilai-nilai agama seperti kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dan rasa kasih sayang terhadap sesama menjadi inti dari setiap pembelajaran. 

Pendidikan Islam tidak hanya mencetak seseorang menjadi pintar dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi individu yang berakhlak mulia, mampu menjaga nilai-nilai moral dan menjalankan tugas sosialnya dengan baik.

Sistem pendidikan Islam juga mengajarkan pentingnya pemahaman terhadap ilmu yang bermanfaat. Seperti yang disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW, "Ya Allah, aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima." (HR. Ibnu Majah). 

Pendidikan yang berbasis pada akidah Islam menanamkan pada siswa bahwa ilmu yang mereka pelajari harus berguna untuk kemaslahatan umat. Setiap keterampilan dan pengetahuan yang mereka kuasai harus diarahkan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dan umat, bukan sekadar untuk kepentingan pribadi atau duniawi semata.

Keunggulan Sejarah Peradaban Islam

Jika kita menengok sejarah peradaban Islam, kita akan menemukan banyak contoh tentang keunggulan sistem pendidikan Islam yang mampu menghasilkan generasi unggul, baik dalam ilmu pengetahuan maupun akhlak. Di masa kejayaan Islam, lembaga-lembaga pendidikan seperti Al-Qarawiyyin di Maroko, Al-Azhar di Mesir, dan Madrasah Nizamiyah di Baghdad, melahirkan banyak ilmuwan besar yang tidak hanya mahir dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan integritas yang tinggi.

Sebagai contoh, ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina (Avicenna) dan Al-Khawarizmi tidak hanya dikenal sebagai ahli dalam bidang kedokteran dan matematika, tetapi juga sebagai pribadi yang memiliki kedalaman spiritual dan moral yang tinggi. Pendidikan yang diterapkan di masa itu memadukan antara pengajaran ilmu pengetahuan dan pembentukan karakter, sehingga menghasilkan generasi yang tidak hanya unggul dalam aspek intelektual, tetapi juga dalam moral dan spiritual.

Pendidikan Harus Berlandaskan Akidah Islam

Pendidikan adalah kunci untuk membangun masa depan generasi yang cerdas dan bertanggung jawab. Namun, sistem pendidikan yang terus berubah tanpa arah yang jelas, terutama yang berbasis pada sekularisme dan kapitalisme, tidak akan pernah menghasilkan generasi yang unggul dalam segala aspek. Pendidikan harus berlandaskan pada akidah Islam, yang tidak hanya mencakup penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan akhlak yang mulia dan kepedulian terhadap umat. Hanya dengan pendidikan yang berlandaskan pada akidah Islam, kita bisa mencetak generasi emas yang mampu memberikan manfaat bagi umat dan masyarakat, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.


Share this article via

78 Shares

0 Comment