| 106 Views

FOMO dengan Boneka Labubu, Penyakit Ala Sekulerisme

Oleh : Ainul Mizan
Peneliti LANSKAP

Akhir-akhir ini viral fenomena Boneka Labubu. Hal tersebut terjadi setelah Lisa Blackpink tampil di sosmed dengan membawa Boneka Labubu.

Boneka Labubu sendiri berwujud boneka yang digambarkan kedua telinganya runcing, giginya menonjol keluar dari mulut, tubuhnya mungil dan senyuman nakal. Karakter Boneka ini diambil dari buku cerita karya Kasing Lung yang berjudul The Monster (2015). Sosok Boneka Labubu dipengaruhi oleh mitologi Eropa.

Di tahun 2019, Kasing Lung menandatangani kontrak dengan Pop Mart. Artinya Boneka Labubu menjadi hak paten Pop Mart. Saking viralnya, karakter Labubu juga dijadikan model aksesoris. Harga Boneka Labubu ini bisa menguras kantong. Labubu yang kecil dibandrol seharga Rp 400-800 ribu. Yang ukuran sedang dibandrol Rp 1-1,5 juta. Dan Boneka Labubu besar dibandrol seharga lebih dari Rp 2 juta.

Ketika tidak mengikuti untuk memiliki Boneka Labubu, dianggap kolot dan secara sosial akan tersisih. Vonis ini membuat resah kalangan muda-mudi. Fenomena ini yang disebut dengan FOMO (Fear of Missing Out).

FOMO merupakan fenomena muda-mudi yang kuatir tidak bisa ikut berpartisipasi terhadap tren yang berkembang. Selanjutnya muncullah sebutan FOMO sebagai gejala 'Kelaparan Sosial'.  Istilah 'kelaparan sosial' ini menunjuk gejala gangguan mental akibat FOMO.

Beberapa gangguan mental tersebut antara lain adalah munculnya sikap obsesif terhadap sosmed orang lain, kesulitan konsentrasi, kesulitan tidur, merasa tertekan, dan bersikap negatif terhadap tampilan dan apa saja yang ditampilkan orang lain.

Gangguan-gangguan mental tersebut telah melahirkan dekadensi moral dan nilai di kalangan generasi muda. Sebutan Generasi Micin, Generasi Stroberry, Generasi Ambyar dan Generasi Sandwich memberikan gambaran betapa rapuhnya generasi.

Saat ini generasi kita mempunyai mental yang down. Sikap yang tampak berupa kurangnya akhlaq kepada yang lebih tua, daya juang rendah dan mudah frustasi. Bahkan di tengah kehidupan generasi muda-mudi terdapat sebuah istilah yang disingkat FWB (Friend With Benefit). Para muda-mudi menjalin pertemanan dan pergaulan yang hanya berorientasi seksual semata. Oleh karena itu tidak mengherankan bila mereka tidak segan-segan mempertontonkan kemesraan di depan umum, seperti bergandengan tangan, berangkulan, berciuman bahkan yang kebablasan sampai berzina. Generasi yang rusak demikian tidak akan mampu melakukan hal-hal besar yang menjadi prestasi kebanggaan bagi dirinya, keluarganya, bangsa dan negaranya.

Ini semua terjadi akibat penerapan sekulerisme dalam kehidupan. Halal haram bukan lagi menjadi standar berpikir dan berperilaku. Kesenangan dan kebahagiaan materi yang jadi tujuan utama dalam kehidupan sekuler. Gaya hidup hedonis dan permissive menjadi budaya di tengah-tengah masyarakat.

Tentunya fenomena FOMO di tengah muda-mudi, termasuk pada Boneka Labubu memberikan gambaran akan salahnya arah pendidikan saat ini. Pendidikan sekuler telah melahirkan generasi yang sakit. Walhasil pendidikan sekuler saat ini harus diganti dengan Sistem Pendidikan Islam.

Sistem Pendidikan Islam berbasiskan Aqidah Islam. Sedangkan tujuan pendidikannya adalah dalam rangka mewujudkan generasi yang berkepribadian Islam. Generasi yang pola pikir dan pola sikap serta perilakunya berdasarkan Islam.

Dengan pola berpikir Islami, maka generasi akan mampu menghukumi fenomena Boneka Labubu dengan tepat sesuai Islam. Bukan justru menjadi gagap dengan tren Boneka Labubu. Ia akan mendapati bahwa Boneka Labubu bukanlah seperti boneka mainan pada umumnya. Akan tetapi dalam karakter Boneka Labubu dipengaruhi mitologi Eropa. Artinya Sosok Labubu jelas bertentangan dengan Aqidah Islam. Jika sudah terang baginya tentang status hukum syara' Boneka Labubu adalah keharaman, maka pola sikap dan perilakunya akan menjauhi. Ia tidak akan menjadi generasi yang ikut-ikutan arus. Ia mempunyai prinsip dan jiwa yang kuat untuk tetap sesuai dengan ajaran Islam. Terlebih lagi, ia akan mampu membentengi dirinya dari jebakan Konsumerisme di balik tren Boneka Labubu di pasaran.

Demikianlah potret generasi yang dibentuk oleh pendidikan Islam. Sosok generasi muslim yang mempunyai pola pikir dan pola sikap islami. Di tengah kancah sejarah kegemilangan Islam, kiprah pemuda Islam tercatat dengan tinta emas. Sosok pemuda Muhammad al-fatih yang mampu memimpin 250 ribu pasukan penakluk Konstantinopel. Zaid bin Tsabit, sosok pemuda sahabat Rasulullah yang menjadi ketua panitia penulisan Mushaf Al-Qur'an. Bahkan kemampuannya dapat mempelajari Bahasa Suryaniyyah dalam waktu 7 hari. Dan masih banyak lagi sosok-sosok pemuda Islam yang mengukir sejarah emas.

Penerapan pendidikan Islam akan bisa totalitas diselenggarakan oleh institusi politik, Khilafah Islam.


Share this article via

66 Shares

0 Comment