| 167 Views
Fenomena Gen Z: Marriage Is Scary

Oleh : Gien Mutiara Giovanka Salsabila
Fenomena marriage is scary kini menjadi trend yang banyak diikuti para Gen Z, sehingga banyak generasi muda sekarang takut dengan pernikahan dan memilih untuk berpacaran.
Fakta ini didukung dengan angka pernikahan tahun 2024 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2023 di Kabupaten Karawang. Data yang tercatat ditahun 2023 mencapai angka 14.024 sedangkan ditahun 2024 hanya mencapai angka 12.741.(radarkarawang.id 16/01/2025)
Marriage is scary merupakan kata dalam bahasa inggris yang artinya pernikahan itu menakutkan. Bisa diartikan, adanya rasa takut membayangkan seramnya pernikahan karena berbagai hal negatif yang erat kaitannya dengan hubungan rumah tangga. Namun, marriage is scary juga bisa punya berbagai arti bagi setiap individu di dalam rumah tangga.
Tren Merusak Pola Pikir Gen Z
Fenomena ini bisa banyak kita temukan di salah satu media sosial yang banyak digemari para Gen Z. Sehingga, mereka membuat berbagai opini bahwa pernikahan itu menakutkan dan banyak para Gen Z lebih memilih untuk berpacaran dengan dalih untuk mengenal lebih dalam antara satu sama lain. Selain itu, banyak para Gen Z memandang bahwa pacaran adalah suatu keharusan di usia mereka yang masih remaja.
Terlebih lagi maraknya isu perceraian dalam rumah tangga seperti kdrt (kekerasan dalam rumah tangga), ekonomi yang belum stabil, dan masih banyak lagi yang membuat remaja sekarang takut akan pernikahan. Dalam beberapa kasus juga bisa kita temukan pada anak yang keluarganya tidak harmonis sehingga mereka mempunyai trauma tersendiri akan pernikahan.
Dari situ kita juga bisa melihat peran orang tua dalam suatu keluarga untuk menciptakan keluarga yang harmonis. Dengan adanya keluarga yang harmonis kecil kemungkinan anak untuk takut terhadap pernikahan.
Sistem Sekularisme Merusak Generasi
Sistem sekularisme, yang memisahkan agama dengan kehidupan, mengakibatkan kurangnya bekal ilmu agama dalam pernikahan dan asingnya aturan Islam bagi seorang muslim. Sehingga, mereka menganggap bahwa ketika memilih untuk tidak berpacaran, akan dilabeli dengan sebutan cupu atau kurang mengikuti tren.
Sekolah juga seharusnya sangat berperan dalam pergaulan remaja, dalam sistem sekularisme ini banyak sekali kita jumpai bahwa guru sangat menormalisasikan adanya pacaran terhadap siswa dan siswinya. Hal ini sudah salah kaprah sehingga menjadikan murid merasa hal itu benar dan wajar.
Sekarang banyak para Gen Z yang berfikir bahwa dalam hidup dia bisa memilih untuk tidak menikah padahal dalam hal itu telah melanggar fitrah manusia. Sehingga menyebabkan adanya pasangan sesama jenis dan zina yang mereka rasa itu solusi dari suatu pernikahan yang mereka rasa menakutkan.
Pernikahan Dalam Pandangan Islam
Islam memandang pernikahan bahwa bukan hanya sebuah ikatan kontrak antara dua individu, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual dan sosial yang bertujuan untuk mendapatkan rida Allah. Maka dari itu, sebelum kita melangkah ke pernikahan perbanyaklah ilmu tentang pernikahan.
Ada suatu kisah dari sahabat Rasulullah Saw yaitu Umar bin Khatab. Ia adalah sosok manusia yang ditakuti para jin dan setan, namun pada istrinya, dia tidak pernah membalas kemarahannya. Kisah sahabat umat tersebut menunjukan, bahwa Islam menjunjung tinggi pernikahan dan memerintahkan para suami untuk bersikap baik pada isterinya.
Islam adalah agama yang menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah bukan untuk sekadar ikatan tanpa makna. Untuk itulah, dalam mencari seorang jodoh tidak boleh dengan cara berpacaran, karena pacaran dapat menjadi pemicu untuk melakukan perzinahan.
Dalam Islam, ketika seseorang sudah siap menikah, ada tiga tahapan yang harus dilalui sebelum ke jenjang pernikahan, yaitu ta'aruf, khitbah, dan nikah. Selama tahapan tersebut dijalani, interaksi tetap akan dibatasi, misal tidak boleh berduaan.
Sudah semestinya, ketika seseorang siap menikah, itu artinya sudah paham hak dan kewajiban masing-masing ketika sudah berumah tangga. Oleh karenanya, setiap pasangan suami istri yang menikah harus memiliki tujuan yang jelas dalam membangun rumah tangga yang hanya mengharapkan ridho Allah semata. Dengan demikian, pernikahan tidak akan menjadi momok menakutkan, justru akan menjadi ladang pahala bagi mereka yang menjadikan ridho Allah sebagai tujuan. Wallahu'alam bishowab