| 342 Views

Fenomena Anak Cuci Darah, Perlu Solusi Terarah

Oleh: Umi Fahri 

Fenomena meningkatnya jumlah anak yang harus menjalani cuci darah di Indonesia, menjadi sorotan publik dan menimbulkan keprihatinan kita semua. Data Kementerian Kesehatan, menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus gagal ginjal pada anak-anak. Sehingga mengharuskan mereka untuk menjalani prosedur cuci darah secara rutin.

Berdasarkan laporan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, jumlah anak yang menjalani cuci darah meningkat dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. "Kami melihat peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus gagal ginjal pada anak-anak. Penyebabnya beragam, mulai dari kelainan bawaan hingga infeksi dan gaya hidup tidak sehat," ujar Dr. Budi Santoso spesialis metrologi anak di RSCM. (Kompasiana, 5/8/2024)

Faktor penyebab dari peningkatan kasus tersebut seperti penyakit ginjal bawaan, infeksi saluran kemih yang berulang, dan konsumsi obat-obatan yang tidak sesuai dosis. Serta gaya hidup modern yang kurang aktif, pola makan tidak sehat, serta tinggi garam juga berkontribusi terhadap kondisi ini. Semua itu disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal sejak dini, sehingga dapat memperburuk situasi.

Adapun upaya yang perlu dilakukan adalah, meningkatan kesadaran terhadap masyarakat. Dengan cara memperhatikan tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal sejak dini, seperti membiasakan minum air putih yang cukup juga menghindari minuman manis. Kemudian, pemerintah wajib berupaya mencarikan solusi tepat dan terarah sebagai pihak yang bertanggung jawab. Dengan melakukan upaya pencegahan misalnya, melalui peningkatan kampanye kesehatan dan edukasi gizi, perbaikan akses layanan kesehatan, serta meningkatkan fasilitas layanannya, termasuk ketersediaan obat-obatan dan teknologi yang dibutuhkan.

Sudah semestinya pemerintah lebih proaktif untuk terjun ke masyarakat, melakukan pelayanan demi tercapainya standar keamanan pangan. Serta terus melakukan edukasi perihal konsep dan tata kelola keamanan pangan kepada rakyat, khususnya kepada produsen pangan, pedagang makanan, dan konsumen produk pangan. Sehingga dalam hal ini negara tidak menunggu ada laporan kejadian, bahkan sampai ada korban baru ada tindakan penanggulangan.

Selama ini, kreativitas masyarakat perihal produk makanan lebih banyak diberi perhatian dari aspek pemasarannya, tetapi abai dari aspek keamanan pangan. Terkait dengan ini, para pengusaha kecil dan menengah banyak menemui ganjalan biokrasi dalam hal perizinan, pengawasan hingga pelatihan. Sedangkan untuk korporasi produsen pangan, tidak jarang pemerintah kalah argumentasi disebabkan para korporat yang sejatinya bagian dari jejaring oligarki. Akibatnya, negara justru tersandera berbagai kepentingan ekonomi.

Di sisi lain, faktor kemiskinan juga memiliki pengaruh dalam kesehatan masyarakat. Mereka yang hidupnya pas-pasan cenderung memilih makanan murah meriah asal mengenyangkan. Sebagaimana kita pahami, harga pangan banyak mengalami lonjakan, sehingga akses produk bergizi masih sulit bagi sebagian kelompok masyarakat ekonomi bawah. Ditambah rendahnya penegetahuan dan literasi rakyat, serta cara berpikir pragmatis, sehingga mereka memilih makanan serba instan.

Dalam dunia bisnis di sistem kapitalisme saat ini, sangat banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan para produsen makanan. Mereka tidak memikirkan kualitas makanan, aspek kesehatan dan keamanan masyarakat, melainkan mengutamakan kepentingan profit serta besarnya cuan yang didapat adalah prioritas utama bagi pelaku industri.

Semua itu merupakan konsekuensi logis dalam kapitalisme. Produsen mencari untung banyak, meski harus membuat rugi serta membahayakan kesehatan konsumen. Inilah jahatnya sistem kapitalisme, demi mendapatkan keuntungan besar, produsen tidak mempertimbangkan aspek keamanan dan kesehatan rakyat.

Dalam masalah ini, tentu Islam mempunyai panduan pangan untuk seluruh manusia. Islam memiliki aturan sempurna yang datangnya dari Sang Maha pencipta, yaitu Allah SWT. Berhubungan dengan perintah memakan makanan halal dan toyyib, serta kepengurusan tata kelola negara yang sistematis, guna menjaga kualitas generasi sehat juga kuat.

Allah SWT berfirman: "Hai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik (toyyib) dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2:168)

Pemerintah sudah seharusnya memberi pengawasan yang serius terhadap produk pangan yang beredar di pasaran, mulai dari keamanan bahan-bahan yang digunakan, proses pengolahan, hingga dalam hal pemasaran. Semua harus dipastikan keamanannnya, serta kehalalannya agar tidak terjadi kerugian bagi konsumen.

Lagi-lagi kapitalisme menuai bumerang dan tak seharusnya dibela, alih-alih dipertahankan dan diperjuangkan. Di mana segala aturannya menyengsarakan rakyat, kian terang benderang. Tidak hanya racun pemikiran, akan tetapi menghasilkan racun pada makanan yang dikonsumsi manusia, sampai berwujud penyakit degeneratif. Terlebih jika dikonsumsi oleh anak-anak, sudah jelas ini merupakan penghancuran generasi sejak dini yang tidak dapat dibiarkan. Hanya dengan menerapkan sistem Islam ditengah-tengah kehidupan, yang mampu menuntaskan segala urusan kehidupan manusia dengan pasti bukan janji. 

Wallahu a'lam bishawab


Share this article via

49 Shares

0 Comment