| 270 Views
Empat Musibah dalam Beribadah

Oleh : Maman El Hakiem
Tegalaren, Ligung, Sebuah tabligh akbar bertema Menjaga Spirit Ramadan di Bulan Lainnya digelar di Aula Rumah Qur'an Al Mughni, Tegalaren, Ligung, pada Kamis (27/3/2025). Acara ini menghadirkan KH. Ahmad Fauzan, S.PdI, pimpinan pondok pesantren Raudlatul Jannah, Leuwimunding sebagai pembicara pada acara yang dimeriahkan pula dengan penampilan para santri Al Mughni.
Dalam ceramahnya, KH. Ahmad Fauzan menekankan pentingnya menjaga semangat ibadah Ramadan agar tidak luntur setelah bulan suci berakhir. Mengutip kitab Tanbīh al-Ghāfilīn karya Abu al-Laits as-Samarqandi, beliau menjelaskan bahwa salah satu musibah bagi seorang muslim adalah ketika semangat beribadah mulai menurun.
Kitab Tanbihul Ghafilin merupakan kitab yang berisi nasihat dan peringatan bagi kaum muslim. agar tidak lalai dalam menjalani kehidupan dunia dan selalu mengingat akhirat. Dalam kitab tersebut disebutkan empat bentuk musibah bagi orang yang mulai lalai dalam ibadah, yaitu:
Pertama, sering ketinggalan takbiratul ihram dalam salat berjamaah, yang menunjukkan kurangnya perhatian terhadap disiplin waktu dalam ibadah.
Hal ini bisa disebabkan karena semangat ibadah luntur sehingga tidak memperhatikan waktu salat, sering tertinggal rakaat salat, berakibat ibadah tidak menjadi prioritas dalam hidupnya. Padahal, ada sebuah hadis yang menyebutkan, "Barang siapa yang menunaikan salat selama 40 hari dengan berjamaah dan mendapatkan takbiratul ihram, maka akan ditulis baginya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari neraka dan kebebasan dari kemunafikan." (HR. Tirmidzi, no. 241)
Kedua, ketinggalan dalam majelis zikir dan ilmu, yang berarti kehilangan kesempatan untuk meningkatkan keimanan dan wawasan keislaman. Mereka yang lalai dalam memenuhi kewajiban menuntut ilmu merupakan musibah yang harusnya segera disadarkan karena tanpa ilmu ibadah tidak ada nilainya.
Ketiga, orang yang ketinggalan jihad, baik jihad secara fisik maupun jihad melawan hawa nafsu. Oleh karena itu, ibadah puasa selama Ramadan harus menjadi perisai kaum muslim untuk mempersiapkan diri menuju medan perjuangan yang sesungguhnya selepas Ramadan.
Keempat, ketinggalan wukuf di Arafah, yang merupakan salah satu rukun haji dan puncak dari ibadah haji itu sendiri. Mereka yang melalaikan rukun ini menandakan sebuah musibah dalam rangkaian ibadah fisik yang sangat melelahkan dan berbiaya yang cukup mahal seperti haji.
Di ujung ceramahnya Kyai Fauzan menegaskan bahwa semangat beribadah di bulan Ramadan harus dijaga sepanjang tahun, bukan hanya terbatas pada satu bulan saja. "Jika kita mampu melaksanakan ibadah dengan khusyuk di bulan Ramadan, maka kita juga harus mempertahankannya di bulan-bulan lainnya. Jangan sampai setelah Ramadan kita kembali lalai dalam salat, meninggalkan Al-Qur'an, atau enggan menghadiri majelis ilmu," ujar KH. Ahmad Fauzan.
Tablig akbar ini disambut antusias oleh jemaah yang hadir. Acara diakhiri dengan acara buka puasa bersama, serta ajakan kepada kaum muslim untuk tetap istikamah dalam beribadah, sehingga keberkahan Ramadan dapat dirasakan sepanjang tahun.
Wallahu'alam bish Shawwab.