| 54 Views
Ekonomi VS Generasi

Oleh : Neng Saripah S.Ag
#KaburAjaDulu akhir-akhir ini sempat viral, dan menjadi trending topik di beberapa media sosial, termasuk X (twitter). Usut punya usut menyeruaknya tagar tersebut ternyata disebabkan kekecewaan netizen terhadap berbagai permasalahan di negara indonesia. Sehingga menjadikan banyak warga indonesia yang berniat dengan sungguh- sungguh untuk meninggalkan tanah kelahirannya yakni Indonesia, demi mendapatkan penghidupan yang lebih baik.
Dikutip dari CNN indonesia (7/feb/ 2025) dituliskan bahwa ini merupakan sebuah aksi dan tanggapan atas kekecewaan warga indonesia yang cukup besar terhadap kinerja pemerintahan indonesia. Hal-hal seperti sarana pendidikan yang tidak layak, sulitnya lapangan pekerjaan, dan tidak adanya jaminan kualitas hidup dipandang netizen X merupakan sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh pemerintah Indonesia dibandingkan oleh negara lainnya.
Tah berhenti sampai disitu, Dalam tren #KaburAjaDulu ini, banyak warganet yang merekomendasikan sejumlah negara seperti halnya ; Jerman, Jepang, Amerika, hingga negeri Australia sebagai negara yang strategis untuk dijadikan tujuan pindah. (CNNindonesia/7/2/2025)
Selain itu, kemunculan tagar #KaburAjaDulu menjadi berkaitan dengan fenomena brain drain yang telah lama terjadi di Indonesia dan negara-negara berkembang sejak lama. Apa itu brain drain dan bagaimana dampaknya terhadap negara?
Dijelaskan dalam BEAUTYNESIA (5/Feb/2025) Brain drain atau human capital flight merupakan sebuah fenomena dimana ketika orang pintar dan berbakat lebih memilih untuk bekerja di luar negeri. Brain drain seringkali terjadi di negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia. Banyaknya orang-orang dengan profesi seperti; dokter, ilmuwan, hingga insinyur yang cenderung memilih untuk berkarir di luar negeri.
Di Indonesia faktanya, fenomena brain drain terjadi sejak tahun 1960-an. Dilansir dari Portal Berita Universitas Pendidikan Indonesia, banyak mahasiswa yang tengah menimba ilmu di negri Rusia, kabarnya mereka memilih untuk tidak pulang ke Indonesia. Tah hanya itu,Pada tahun 1980-an ketika Menristek BJ Habibie pernah mengirimkan banyak remaja untuk belajar ke luar negeri, kemudian mereka memilih untuk bekerja di banyak perusahaan Amerika Serikat.
Pengamat pendidikan sekaligus konsultan karier dari platform Jurusanku, Ina Liem memandang bahwa pindah ke luar negeri merupakan tindakan yang baik. "Memang bekerja atau belajar di luar negeri itu bagus supaya kita memiliki global dexterity, yakni8 kemampuan untuk beradaptasi dengan kultur yang berbeda-beda atau global tanpa kehilangan jati diri," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (4/2/2-25).
Disisi lain fenomena ini justru menggambarkan kegagalan kebijakan politik ekonomi dalam negeri, dalam memberikan kehidupan sejahtera. Sistem Kapitalisme yang dijadikan sebagai asas negeri ini adalah akar masalah kondisi saat ini.
Realitanya Kesenjangan ekonomi tidak hanya terjadi di dalam negeri, namun juga di Tingkat dunia, baik itu negara berkembang maupun negara maju. Maka dari itu tidak heran, mengapa Islam mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat, dan mewajibkan negara memenuhi kebutuhan asasi setiap warganegara individu per individu.
Ada banyak mekanisme yanag harus dilakukan negara termasuk diwajibkan menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki yang telah baligh. Baik itu pada sektor pertanian, perdagangan, industri hingga jasa dengan pengelolaan SDA yang Allah limpahkan kepada kaum muslimin.
Selain itu, strategi pendidikan dalam islam juga mampu menyiapkan SDM yang beriman dan siap membangun negara, sebab negara juga peduli dan menjamin kehidupan mereka sebagai warga negara. Tegaknya islam sebagai sebuah sistem kehidupan telah terbukti dalam sejarah akan menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan mewujudkan dunia yang adil dan Sejahtera.
Wallahu alam bishawab.