| 192 Views
DBD Mewabah, Butuh Solusi Komprehensif

Oleh : Huda Reema Naayla
Aktivis Muslimah
Perubahan cuaca di wilayah Indonesia akhir-akhir ini memang sangat tidak stabil. Bila kita perhatikan, pada bulan Maret ini seharusnya Indonesia sudah memasuki musim kemarau dengan intesitas hujan tidak terlalu tinggi bahkan sangat jarang. Namun fakta ini sangat bertolak belakang dengan kondisi di lapangan. Dampak yang ditimbulkannya pun tidak main-main. Salah satunya akan mewabah serta meningkatnya kasus demam berdarah dengue (DBD). Lantas sudah siapkah pemerintah kita menghadapi hal tersebut?
Sebagaimana yang diberitakan Kumparan.com (21/03/2024), bahwa kasus demam berdarah di Jawa Barat (Jabar) terus mengalami peningkatan. Data yang dihimpun sejak Januari 2024 oleh Dinas Kesehatan Pemprov Jabar, kasus demam berdarah sudah berada pada angka 11.058 kasus. Dari angka tersebut, tercatat ada 96 kasus kematian.
Tidak hanya di wilayah Jabar, kasus DBD di Jakarta meningkat pesat dalam satu bulan terakhir. Ada 1.729 kasus DBD di Jakarta hingga 18 Maret 2024. Menurut Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati saat dikonfirmasi, Jumat 22 Maret 2024, total DBD DKI per 18 Maret 2024, ada 1.729 kasus. Jumlah orang yang terjangkit itu naik 1.102 orang dari sebelumnya 627 kasus pada 19 Februari 2024 (Kompas.com, 24/03/2024). Dan kasus yang sama terjadi pula di beberapa wilayah di Indonesia.
Oleh karenanya, dengan meningkatnya kasus DBD di beberapa wilayah Indonesia, Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk mengedukasi masyarakat. Pasalnya, saat ini terjadi mutasi baru penyakit DBD tersebut. Menurut Netty, pentingnya edukasi bagi masyarakat ini agar lonjakan kasus DBD yang dipengaruhi banyak faktor itu dapat dikendalikan. Sehingga, masyarakat memiliki kesiapan memasuki musim pancaroba. Dengan melakukan kampanye 3 M (menguras, menutup, mengubur) sebagai upaya menekan angka kematian akibat DBD.
Jika dilihat, wabah DBD ini bukan merupakan kasus pertama yang terjadi di negeri ini. Sebelumnya sudah marak dan sudah memakan banyak korban. Sayangnya, wabah ini masih dianggap remeh dan bahkan tidak sedikit dijadikan bahan bercandaan. Kenyataannya, wabah DBD ini terus berulang, bahkan sampai membawa kematian. Tentu hal ini jelas membutuhkan solusi komprehensif dan mendasar.
Bila kita perhatikan, solusi yang ditawarkan dalam menghadapi wabah ini dari tahun ketahun masihlah sama yakni dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui kampanye 3 M. Namun sayangnya, kampanye ini tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Mengapa demikian? Karena seharusnya dalam menangani suatu kasus diperlukan solusi yang tuntas dan tentu banyak faktor yang memengaruhinya seperti keberadaan individu, kerja sama masyarakat dan peran negara. Dilanjutkan dengan upaya yang bisa diterapkan yakni dimulai dari upaya preventif dan dilanjutkan dengan upaya kuratif.
Kampanye 3 M ini termasuk upaya preventif dan jika wabah ini tetap memakan korban maka diperlukan upaya kuratif. Upaya kuratif ini tentu melibatkan pihak lain seperti rumah sakit, puskesmas dan sebagainya. Dan biaya yang dikeluarkannya pun tidak sedikit.
Ini semua dikarenakan sistem kapitalisme yang bercokol hari ini nyatanya tidak bisa mewujudkan solusi komprehensif dan mendasar. Kapitalisasi kesehatan seperti vaksin bayar, layanan kesehatan sesuai dengan uang yang tersedia, keterbatasan kapasitas RS, kemiskinan yang berpengaruh pada rendahnya literasi kesehatan, daya tahan tubuh adalah sebagian faktor yang berpengaruh sehingga tak mampu memberikan solusi yang tuntas.
Sementara itu di dalam Islam, negara memiliki kewajiban dalam menghadirkan fasilitas dan layanan kesehatan yang mumpuni. Islam menjadikan layanan kesehatan tanggung jawab negara (murah/gratis, mudah diakses dan lainnya), juga memaksimalkan upaya preventif dan kuratif yang berkualitas.
Dalam Islam, negara memaksimalkan berbagai upaya secara komprehensif dalam berbagai aspek kehidupan, juga dalam berbagai upaya kesehatan (preventif dan kuratif) termasuk riset dan penerapan hasilnya di tengah masyarakat, baik berupa teknologi terbaru, vaksinasi dan lainnya.[]