| 97 Views

Darurat Sampah Organik di Tengah Kemiskinan yang Semakin Melilit

Oleh : Heni Lestari 
Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam

Apakah kalian tau bahwa 1/3 dari makanan yang diproduksi untuk dikonsumsi manusia di dunia dibuang sebagai sampah? Jika kita hitung, maka jumlahnya mencapai 1,3 milyar ton setiap tahunnya. Nilai dari sampah makanan yang terbuang, diperkirakan US$ 680 milyar untuk negara maju dan US$ 310 milyar untuk negara berkembang. Di sisi lain, 795 juta manusia di dunia menderita kelaparan. Total sampah yang dihasilkan setiap tahunnya sebenarnya dapat menghidupi 2 milyar orang. 
(unnes.ac.id)

Dalam kehidupan kita mengenal berbagai macam jenis sampah. Mulai dari jenis sampah plastik, kertas  dan lain sebagainya. Sampah menurut klasifikasinya dibagi menjadi 3 jenis yaitu sampah organik, sampah non organik dan sampah B3 (Bahan Berbahaya Beracun). Problem utama kita adalah sampah organik atau bisa kita sebut food waste. Sampah ini mendominasi 60 - 70% dari semua jumlah sampah yang masuk ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Era kehidupan sekarang menuntut semua serba instan. Zaman dimana banyak manusia bersikap konsumtif dan secara sadar menjalankan roda kehidupan dengan sistem kapitalisme. Norma agama tidak lagi menjadi prioritas panduan dalam menjalankan kehidupan ini. Hidup untuk makan atau makan untuk hidup? Sebuah kalimat sederhana yang penuh dengan makna. Pola makan yang cenderung konsumtif  menghasilkan sisa makanan yang terbuang percuma. Hasil akhirnya akan menjadi food waste. Ironi sekali, dimana kita masih melihat banyak orang miskin yang bahkan untuk mencari sesuap nasi sangatlah sulit. 

Kesejahteraan umat yang sangat jauh berbeda menyebabkan jurang pemisah antara kaum miskin yang tidak mampu membeli makanan dibanding dengan kaum kelas atas yang bahkan membuang buang makanan yang masih layak untuk dimakan. Distribusi pangan dari pemerintah berupa beras untuk kaum miskin ternyata tidak menjawab persoalan kemiskinan yang terjadi. Selain kondisi berasnya yang sering tidak layak makan, distribusinya pun sering tidak tepat sasaran. Akhirnya justru terbuang.

Belum lagi food waste akan menjadi tumpukan sampah di TPA yang menjadi indikator terjadinya pemanasan global dimana banyak gas metane yg lepas di udara akibat tumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik. 

Peristiwa di TPA Leuwigajah juga dikenal sebagai tragedi mematikan akibat salah pengelolaan TPA. Tempat pembuangan akhir sampah yang berada di Kota Cimahi, Jawa Barat ini meledak dan longsor pada 21 Februari 2005. Longsoran sampah menimpa dua desa di Cimahi yakni Cilimus dan Pojok serta menewaskan 157 orang (indonesia.go.id). Ini menunjukkan buruknya negara dalam mengelola sistem persampahan secara tuntas dari sumbernya.

Dalam sistem Islam, negara sangat memperhatikan umatnya. Tidak ada kesenjangan sosial antara kaum miskin dan kaya. Semua mendapat perlakuan yang adil. Baik dalam sistem pendidikan, ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan. Hal ini dikarenakan pemimpin dalam sistem Islam sangatlah menjaga aturan hidup yang diterapkan oleh hukum syara.

Dalam sistem Islam tidak ada pemimpin yang melakukan tindak korupsi pangan maupun korupsi yang lainnya. Hal ini dikarenakan pemimpin tersebut menyadari keterikatan hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Dengan terikatnya kehidupan dengan hukum syara dan nilai-nilai keagamaan maka terciptalah umat yang sejahtera karena Islam adalah rahmatan lil alamin.

Waalahu a'lam bishowab


Share this article via

69 Shares

0 Comment