| 49 Views

Darah Gaza Masih Mengalir, Saatnya Serukan Solusi Jihad dan Khilafah

Oleh: Ratih Fitriandani
Aktivis Muslimah

Penderitaan yang dialami oleh umat Islam di Gaza terus berlanjut akibat gempuran militer Israel. Bahkan di bulan suci Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri, warga Gaza tetap harus hidup di bawah bayang-bayang teror dan kekerasan. Sejak 18 Maret 2025, tercatat sekitar 1.309 warga Palestina menjadi korban jiwa akibat serangan militer tersebut. Mereka yang gugur tidak hanya warga biasa, tapi juga para tenaga medis, wartawan, hingga relawan kemanusiaan.

Blokade terhadap bantuan kemanusiaan yang hendak masuk ke Gaza semakin memperparah kondisi. Saat ini, 2,4 juta penduduk Gaza terancam kekurangan makanan dan obat-obatan. Ancaman kelaparan makin nyata di tengah agresi militer ini. Selain itu, berbagai infrastruktur penting seperti rumah sakit dan dapur umum turut menjadi sasaran penghancuran oleh militer Israel.

Menurut laporan dari salah satu media daring Gaza (ANTARA), Program Pangan Dunia (WFP) PBB pada Jumat (25/4) menyatakan bahwa mereka telah kehabisan stok makanan akibat penutupan jalur perbatasan. WFP menyebutkan bahwa stok terakhir telah disalurkan ke beberapa dapur umum, yang diperkirakan hanya mampu bertahan beberapa hari ke depan.

Sebagai seorang Muslim, sudah menjadi kewajiban untuk turut membantu dan membela saudara-saudara kita di Gaza. Rasulullah SAW bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang hingga dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri" (HR Bukhari dan Muslim).

Karena itu, kepedulian dan aksi nyata sangat diperlukan—baik melalui dukungan materi, tenaga, maupun seruan dakwah. Kita semua adalah bagian dari satu tubuh umat Islam. Doa pun tidak boleh dilupakan, agar Allah SWT memberi kekuatan kepada warga Gaza dan menghancurkan pihak-pihak yang menindas mereka.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: "Perangilah mereka di mana saja kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusirmu…" (QS Al-Baqarah: 191).

Berdasarkan ayat ini, jelas bahwa para pemimpin negara-negara Muslim memiliki tanggung jawab besar untuk mengirimkan kekuatan militer demi membantu rakyat Palestina. Diamnya para penguasa Islam saat ini bukan hanya menunjukkan kelemahan, tapi juga bentuk pengkhianatan terhadap amanah Allah.

Mirisnya, banyak dari mereka justru menutup akses perbatasan dan menolak masuknya para pengungsi Gaza. Beberapa bahkan mengizinkan fasilitas negaranya digunakan oleh militer AS, sekutu utama Israel. Hubungan dagang dan kerja sama dengan Israel tetap berlanjut, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Padahal, negara-negara Muslim memiliki angkatan bersenjata yang kuat—jutaan tentara dan perlengkapan militer canggih yang hingga kini belum pernah digerakkan untuk membela rakyat Palestina. Keengganan mereka menunjukkan adanya keterlibatan diam-diam dalam agenda kekuasaan global yang merugikan umat Islam.

Inilah saatnya umat Islam menyadari perlunya sebuah kekuatan politik dan militer yang bersatu dalam naungan Khilafah Islamiyah. Selama sistem Khilafah belum tegak, umat akan terus terpecah dan tertindas. Di bawah naungan Khilafah, umat akan dipimpin berdasarkan syariat Islam, dan pembebasan Palestina dapat dilakukan melalui jihad yang terorganisir.

Khilafah bukan sekadar harapan, tetapi solusi riil yang telah diwajibkan oleh syariat. Hanya dengan sistem ini, umat Islam bisa memperoleh perlindungan sejati dan mengakhiri penjajahan yang menimpa Gaza serta wilayah Muslim lainnya seperti Uyghur dan Rohingya.

Sudah saatnya kita bergerak. Dengan Khilafah, perjuangan membebaskan Palestina akan memiliki arah dan kekuatan. Dan hanya jihad fi sabilillah yang akan mampu membebaskan tanah suci dari cengkeraman Zionis.

Wallahu a’lam bisshawab.


Share this article via

18 Shares

0 Comment