| 167 Views

Dakwah Masa Rasulullah Vs Dakwah sistem Kapitalisme

Oleh : Ummu Aqilla
Aktivis Muslimah Ngaji

Saat ini terjadi kemerosotan dan guncangan ekonomi, sosial, dan politik negara-negara yang menerapkan sistem kapitalisme. Saat demikian, umat Islam mulai menyadari kewajibannya sekaligus sumber kekuatannya dengan berjuang—sembari mengharap pertolongan Allah Swt.—untuk menegakkan kembali Khilafah Islam, institusi pelaksana dan pelindung ideologi Islam.

Bonus demografi yang Allah berikan untuk Indonesia menjadi sasaran empuk eksploitasi ideologi kapitalisme. Gempuran pemikiran, peraturan, dan gaya hidup telah membuat pemuda muslim makin jauh dari Islam. Semua ini mampu mencabut identitas Islam, eksploitasi ekonomi, sampai perubahan gaya hidup dan mental pemuda.

Ideologi yang sekarang sedang berkuasa di muka bumi ini adalah ideologi kapitalisme yang diemban oleh negara kafir Barat. Ideologi yang rusak dan membuat rusak karena berasal dari buah pemikiran manusia yang bersifat lemah, terbatas, dan serba kurang sehingga penerapan ideologi kapitalisme ini mengakibatkan kerusakan bagi seluruh umat manusia, termasuk umat Islam di seluruh penjuru dunia di karenakan mengadopsi Ideologi kafitalisme sekuler.

Hampir disetiap aktifitas bisa kita lihat fakta yang kita  rasakan saat ini, umat Islam belumlah menjadi umat yang mulia. Umat Islam menjadi korban dari penerapan ideologi kapitalisme, tetapi  banyak yang tidak sadar. Selain menjadi korban, mereka juga menjadi pelaksana dari setiap kebijakan dari ideologi kapitalisme.

Di sinilah peranan para pengemban dakwah Islam ideologis untuk menyadarkan umat ini agar mereka menjadi paham, yakni dengan membangun kesadaran politiknya. Dengan kesadaran politik tersebut,  umat ini akan bangkit. Bangkitnya umat ini akan menjadi lonceng kematian bagi Barat bersama Ideologi kapitalismenya.

Ini memerlukan kesungguhan dalam perjuangannya. Alhamdulillah, kesungguhan dalam perjuangan ini telah diawali oleh Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah. Ditandai dengan telah dibuatkannya masterplan dan roadmap yang jelas untuk melakukan dakwah Islam ideologis ini oleh beliau.

Beliau telah menetapkan fikrah dan thariqah dakwah yang jelas. Apa yang diperjuangkan dan bagaimana metode untuk memperjuangkannya sudah diuraikan dengan sangat jelas oleh beliau dalam kitab-kitab yang beliau tulis

Oleh karena itu, patut bagi kita untuk senantiasa bersyukur jika telah berada di dalam jalan dakwah ini. Suatu kenikmatan dalam dakwah yang bisa kita lihat tidak semua bisa dan sanggup untuk menjalankan aktifitas sebagai pengemban dakwah yang mengikuti metodenya Rasullullah SAW.

Dakwah memperjuangkan Islam di dalam seluruh aspek kehidupan pasti akan menemui tantangan dan rintangan Rasulullah harus dijadikan teladan dan pelajaran oleh para pengemban dakwah hari ini. "Para pengemban dakwah harus bersikap seperti Rasulullah dan para sahabat beliau. Yakni terus-menerus menyebarkan dakwah islam kaffah ke tengah-tengah umat hingga kemenangan itu diberikan oleh Allah.

Tapi tak semudah yang di bayangkan bagaimana sikap  bangsa Arab tiba-tiba begitu membenci Rasulullah Saw? Apakah hal itu semata-mata karena beliau membawa agama baru atau keyakinan baru? Jika kita lihat pada awal-awal Rasullullah Saw diangkat menjadi Nabi dan Rasul. "Beliau langsung mendakwahkan risalah yang diturunkan pada beliau yaitu Islam dan pada saat itu orang-orang Arab tidak terlalu peduli  dan mengejek.

Bahkan saat beliau Saw melewati majelis mereka, mereka hanya berkomentar. "Inilah putra Abdul Muthalib yang menyampaikan sesuatu dari langit dengan nada ejekan. Sejak itulah dakwah Rasulullah Saw bersama kutlah telah menjadi sebuah gerakan politik yang diprediksi oleh orang-orang Arab bakal mengancam kedudukan sosial dan kekuatan politik mereka. Sikap seperti itu berlangsung untuk beberapa waktu lamanya. Namun Sikap bangsa Arab berubah drastis saat menyadari bahwa dakwah Rasulullah bukan sekedar gerakan keagamaan dan telah kuat sebagai kutlah atau kelompok ideologis.

Semua itu dilanjutkan dengan berbagai siksaan fisik maupun kekerasan psikis. "Namun semua itu tidak menyurutkan gerakan politik Rasul dan para sahabat beliau bahkan atas bimbingan wahyu dan pertolongan Allah gerakan politik Rasulullah dan kelompok dakwah beliau semakin tidak terbendung.

Berbeda dengan dakwah setelah kehidupan Rasulullah SAW, dimana dakwah disistem kehidupan sekuler kapitalisme yang tengah mencengkeram negeri-negeri Islam saat ini, memang sangat berpengaruh kepada kehidupan keluarga muslim, terlebih keluarga pengemban dakwah. Banyak ujian dan cobaan yang melingkupinya. Abainya negara terhadap urusan rakyatnya, menjadikan rakyat harus bersusah payah agar kehidupan keluarganya bisa berjalan secara layak. Kebutuhan pokok harus dicari sendiri dengan sekuat tenaga, kesehatan dan pendidikan yang berkualitas sangatlah mahal. Demikian halnya keamanan, negara benar-benar angkat tangan dan tidak pernah berpihak pada rakyat.

Mengemban dakwah meniscayakan pengorbanan waktu, harta, tenaga, pikiran, bahkan nyawa. Tentunya ini bukan perkara yang mudah, sebab setiap orang pasti mempunyai naluri untuk mempertahankan apa-apa yang dia miliki, tak terkecuali bagi seorang pengemban dakwah. Apalagi di tengah arus sistem kapitalis sekuler yang rusak ini, maka mengorbankan segala hal, termasuk harta, tenaga, jiwa, dianggap suatu yang menentang arus. Sehingga benar-benar orang yang terpilihlah yang akan mampu melakukannya.

“Akan tiba suatu masa pada manusia, siapa di antara mereka yang bersikap sabar demi agamanya, ia ibarat menggenggam bara api.” (HR at-Tirmidzi)

Ath-Thibi rahimahumallah (Marqatil Mafatih 15/307) menjelaskan, “Makna hadits di atas, sebagaimana halnya seseorang yang menggenggam bara api tidak mampu bersabar karena tangannya akan terbakar, demikianlah pula seorang hamba yang ingin menegakkan agama sepenuhnya. Ia akan merasa kesulitan untuk tetap tegar di atas agamanya. Sebab, maksiat lebih dominan dan mayoritas manusia adalah para pelaku maksiat. Demikian pula kefasikan telah menyebar, ditambah lagi dengan lemahnya keimanan.”

Ketika pengemban dakwah mulai tidak bersabar atas berbagai tantangan yang menghadang dan ia hanya memilih mengorbankan ‘sebagian saja’ yang ia miliki. Sebagai contoh, ketika hanya siap berkorban harta –karena berkecukupan dalam hal itu- tetapi minta “dispensasi” untuk aktivitas yang lain, seperti kontak rutin, membina dan dibina, rakor dakwah, dll.

Lalu, ketika ia mulai menempatkan prioritas dakwah di bawah aktivitas lainnya, misalnya dakwah tidak jauh lebih penting ketimbang bekerja, studi, bisnis, atau mengurus keluarga. Maka ketika itu pula lah muncul gejala tasaquth dan insilakh (berguguran dan melepaskan diri dari dakwah). Gejala seperti ini benar-benar harus diwaspadai oleh para pengemban dakwah. Apalagi iman seseorang itu yaziid wa yanqush (bisa bertambah dan berkurang).

Oleh karena itu harus ada upaya untuk tetap memelihara semangat dan energi dakwah kita hingga kita tak hanya berpijar tapi juga mampu menyinari kegelapan dan membangkitkan energi dakwah bagi orang lain. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan untuk mempertahankan energi dakwah:

Menyelami kehidupan dakwah Rasulullah, para sahabat, serta keluarganya.

Perjalanan kehidupan dakwah Rasulullah saw. dan para sahabat, serta orang-orang saleh beserta keluarganya sudah seharusnya selalu menginspirasi keluarga pengemban dakwah. Dengan membaca buku-buku sirah atau kisah-kisah kehidupan dakwah para sahabat, kita akan bisa merasakan onak dan duri menghampiri kehidupan dakwah mereka. Meski demikian, mereka mampu melampauinya dengan baik.

Kita akan mendapati luar biasanya perjuangan mereka menyebarkan Islam dan membina umat. Kita bisa mengambil pelajaran dari kehidupan dakwah mereka sekaligus menginsyafi sikap kita. Betapa manusia terbaik seperti mereka kehidupannya begitu sederhana, bersahaja, tetapi jangan ditanya kedudukan mereka di mata Allah Taala. Masyaallah

 Luruskan niat. Berdakwah ikhlas karena ingin mendapatkan ridha Allah. Dakwah adalah fardhu -bukan sunnah- bagi kaum muslimin. Bahkan dakwah adalah kewajiban yang -tidak bisa tidak-  harus dilakukan; ia tidak bisa digantikan dengan suatu kafarah (tebusan) apapun jika ditinggalkan.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah?” (QS Fushshilat: 33)

.Ini adalah pertanyaan retoris dari Allah SWT yang mengandung pengertian: tidak ada ucapan yang lebih baik daripada ucapan seseorang yang mendakwahkan agama-Nya. Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya:

“Siapa saja yang menyeru pada petunjuk (al-huda), baginya pahala yang setimpal dengan pahala orang yang ditunjuki itu.” (HR Muslim).

Begitu mulianya aktivitas mengemban dakwah. Maka sangat disayangkan jika dilakukan tanpa keikhlasan. Kita hanya memperjuangkan. Allah lah yang mendatangkan pertolongan. Meskipun seakan-akan janji Allah SWT akan kemenangan Islam tak kunjung datang. Ingatlah kisah Siti Hajar yang saat itu sangat mebutuhkan air untuk dirinya dan puteranya. Di tengah padang pasir beliau berlari kecil berkali-kali di bukit shafa ke marwa untuk mencari air dan pertolongan. Namun, Allah SWT baru memberi pertolongan ketika Siti Hajar benar-benar kelelahan.

Subhanallah, Allah Mahatahu tentang kemampuan hamba-Nya. Karena itu Allah SWT memerintahkan kepada kita tuk berjamaah dalam mengemban dakwah. Berada dalam sebuah barisan dakwah akan membantu terus terpeliharanya energi dakwah. Berjamaah memungkinkan kita untuk saling mengingatkan ketika mulai lengah dan lupa; bisa saling mengokohkan untuk istiqamah di jalan dakwah; bisa saling meluruskan jalan yang bengkok hingga kita akan sampai di tujuan dengan selamat. Demikianlah sebagaimana Rasulullah saw. juga membangun sebuah kutlah (kelompok) bagi para sahabat di Makkah.

Terus berdakwahlah. Dengan terus berdakwah tentu akan selalu memelihara energi dakwah. Berdakwahlah sesulit apapun itu. Kobarkanlah semangat dakwah dalam diri kita. Ingatlah bahwa dakwah adalah sebuah kewajiban dari Allah. Ingatlah betapa besar kemuliaan bagi seorang pengemban dakwah. Jadilah pemberi semangat, jangan hanya menunggu uluran semangat. Lihatlah realitas umat yang membutuhkan uluran dakwah. Bangkitlah dan bergeraklah sekecil apapun yang Anda lakukan, karena diam akan mematikan energi dakwah. Diam adalah sebuah kerugian besar.

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-‘Asr:1-3).

Semoga setiap diri kita benar-benar dijadikan oleh Allah sebagai seorang pengemban dakwah yang ikhlas. Yang senantiasa mempersembahkan amal dakwah terbaik untuk-Nya. bukan amal dakwah yang biasa-biasa saja, atau minimalis atau bahkan terkesan asal-asalan. Dan semoga kita diberi kesabaran dalam memperjuangkan tegaknya syariat Islam dalam naungan khilafah. Karena kesabaran adalah keniscayaan. Kesulitan yang kita hadapi jangan malah menyurutkan api perjuangan, melainkan justeru harus menjadi pengokohnya dengan menjadikan sabar sebagai jalan datangnya pertolongan Allah SWT. Kita perlu mengingat pesan Syaikh Abdul Qadim Zallum:

“Seseorang tidak akan sanggup mengorbankan kepentingannya demi menerapkan pemikiran dan mengemban dakwah serta mengalami kondisi yang jungkir balik, kecuali orang pilihan. Orang yang tidak memenuhi syarat dan karakter yang dibutuhkan, akan berguguran dan pasti berguguran bagaimanapun mereka menyembunyikan kelemahan mereka.”

Jika kita diam, berarti membiarkan diri kita terhanyut oleh derasnya arus sekularisasi dan kapitalisasi.

Taqarrub ilalLah. Allah SWT adalah satu-satunya tempat memohon dan bergantung. Dialah yang Mahakuat, Mahaperkasa, Mahahebat.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”(QS al-Fatihah: 5).

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah: 153)

Semoga kita menjadi bagian dari orang yang terpilih tersebut, yakni orang yang istiqomah di jalan dakwah, bukan orang yang berguguran karena tak mampu menghadapi berbagai rintangan. Aamiin yaa Rabbal ‘alamiin.


Share this article via

95 Shares

0 Comment