| 78 Views
Bunuh Diri Generasi Stroberi, Hanya Islam Solusi Tuntas

Oleh : Dewi Yuliani
Belakangan ini kian maraknya aksi bunuh diri yang dilakukan oleh generasi muda. Terakhir mahasiswa lompat dari lantai 27 sebuah apartemen di Jatinagor, Sumedang, Jawa Barat, (19/11). Mahasiswa ITB itu tewas seketika. Sebelum peristiwa serupa terjadi di berbagai kampus. Usia mereka masih tergolong muda, dari sisi kemampuan finansial tergolong mampu. Lalu mengapa jalan pintas bunuh diri ini diambil?
Diindonesia sala satunya di era informasi ini telah melahirkan generasi yang dikatakan sebagian generasi stroberi. Generasi ini tampak memiliki banyak kemampuan, tapi sebenarnya rapuh didalam. Mirip seperti buah stroberi. Terlebih lagi ditengah kehidupan sekuler yang melingkupi kehidupan saat ini. Mereka dipaksa berhadapan dengan situasi serba bebas, siapa yang tidak kuat maka akan tersingkirkan. Maka bagi generasi yang tidak memiliki pondasi hidup yang kuat mereka sangat rentan dalam menghadapi tekananan kehidupan.
Sedangkan pola pengasuhan dirumah, di sekolah, dan dimasyarakat telah berubah. Orang tua banyak yang tak peduli dengan anak - anaknya mereka sibuk bekerja untuk menghidupi keluarganya yang dimana seharusnya orang tua menjadi Ummu warobatul baiit kini menjadi tulang punggung bagi keluarga kecilnya, sangat disayangkan suami istri semua bekerja banting tulang demi mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang sulit..
Akhirnya anak menjadi dampak buruk oleh sistem sekuler saat ini hal hasil anak diserahkan kesekolah, padahal sekolah saat ini tidak menyediakan menu untuk mendidik anak - anak memiliki karakter yang kuat. Banyak sekolah yang hanya menjadi arena untuk pembelajaran sains tanpa pendidikan agama yang mumpuni. Sekolah pun telah disekulerkan oleh Negara.
Ditengah masyarakat kehidupan rimba terjadi, perundungan, kekerasan fisik, dan non fisik, sudah menjadi pemandangan sehari - hari. Masyarakat tak lagi peduli satu sama lain. Mereka hanya Masing - masing memikirkan diri sendiri, pas dengan gaya hidup individualistis ala liberalisme.
Sementara generasi muda harus berjibaku dengan berbagai macam cara pandang yang mereka dapatkan dari media sosial melalui gedget - gedget mereka, dalam posisi ini banyak diantara anak muda yang terbawa arus sistem kapitalisme yang penuh dengan kebebasan. Kondisi ini tak akan terjadi jika negara melindungi generasi muda ini.
Bagaimana mungkin mereka akan menjadi generasi emas jika mereka tidak diarahkan? Jangan - jangan malah menjadi generasi cemas yang khawatir menghadapi masa depan. Akhirnya memilih jalan pintas mengakhiri kehidupannya dengan cara BUNDIR ( bunuh diri ).
Ini semua sebenarnya bisa dicegah melalui perubahan pola pikir dan pola sikap mereka yang memahamkan aqidah Islam yang menjadi pondasi bagi generasi stroberi. Generasi yang rapuh bisa diubah menjadi generasi yang tangguh. Kuncinya adalah menguatkan pondasi mereka melalui aqidah Pandangan hidup mereka, hanya negara yang bisa membangunnya dengan atmosfer kehidupan untuk lahirnya generasi emas tersebut.
Islam mencatat sejarah yang unggul yang memayungi dunia. Mercusuar bagi peradaban Islam lainnya. Semua itu terwujud sebagaimana dampak penerapan sistem pendidikan Islam, sistem itu mengutamakan pembentukan kepribadian Islami peserta didik serta mewujudkan peradaban maju dan mulia. Sistem pendidikan itu ditopang oleh penerapan. Ideologi Islam oleh negara khilafah. Zaman keemasan peradaban Islam itu bahkan telah terbukti menjadi rujukan bagi bangsa- bangsa lainnya.
Sejarah membuktikan bahwa generasi seperti itu pernah hadir. Bahkan dalam kurun waktu 1300 tahun lamanya, peradaban Islam yang telah melahirkannya. Generasi muda mulia itu pula yang membangun dan mengembangkan peradaban Islam hingga menjadi mercusuar dunia. Contohnya saja seperti Muhammad al-Fatih, Usamah bin Zaid berusia 18 tahun yang terpilih menjadi panglima perang. Sa'ad bin Abi waqqash yang berusia 17 tahun, ia tercatat sebagai sahabat yang pertama kali melontarkan anak panah dijalan Allah. Begitu juga Zubair bin Awwam berusia 15 tahun yang pertama kali menghunus pedang dijalan Allah.
Zaid bin Tsabit berusia 13 tahun yang bertugas menulis Wahyu yang diturunkan kepada nabi SAW. Dan Masih banyak pemuda lainnya yang melanjutkan kehidupan Islam dan menjadi pejuang tegaknya syariat Islam.
Karna itu aqidah Islam menjadi sebagai pondasi penguat yang utama bagi generasi muda. Sistem Pendidikan Islam menjadi sebagai sarana Pembangunnya. Juga keluarga yang sejahtera yang mendidik dan membentengi mereka dirumah, masyarakat yang taat pada syariat menjadi habitat kehidupannya, wajar bila dalam kurun 1300 tahun lamanya muncul generasi muda yang luar biasa generasi tangguh harapan umat. Bukan generasi stroberi.
Kini saatnya kita kembali kepada hukum Islam yang dimana bisa menjamin tercetaknya generasi tangguh yang menjadi generasi militan. Yang benar - benar bisa menerapkan syariatnya. Hanya sistem Islam yang menjadikan pendidikan sebagai penerapan didalam negara yang berlandaskan aqidah Islam bukan yang lain. Dengan asas aqidah Islam itulah disusun kurikulum pendidikan disekolah dasar, baik itu menegah atau perguruan tinggi.
Dengan demikian itu pula akan lahir generasi tangguh dengan pendidikan yang terbaik yakni lahirnya generasi emas yang berakhlak mulia yang selama ini dicita - citakan. Mereka adalah generasi yang berkepribadian Islam yang mampu mewujudkan peradaban agung dan mulia. Bukan seperti generasi stroberi yang lemah dan lalai dalam melanjutkan kehidupan Islam.
Wallahu alambshawab