| 344 Views

Bullying Kian Parah, Bukti Kejahatan Semakin Merajalela

Oleh : Sukey

Aktivis Muslimah Ngaji

Miris, aksi bullying di kalanga  anak kembali terjadi. Kali ini, aksi perundungan terhadap bocah di bawah umur viral di media sosial. Pilunya, aksi perundungan itu disiarkan secara langsung atau live di media sosial TikTok.

Dari video yang beredar dengan durasi tiga menit, terlihat dua orang pelaku melakukan bullying terhadap seorang bocah. Pelaku melakukan aksi kekerasan dengan memukul kepala korban. Aksi perundungan tersebut terjadi di Bandung, Jawa Barat (beautynesia.id/29/04/2024).

Aksi bullying bukanlah pertama kali di Indonesia, banyak kasus sebelumnya viral bahkan melibatkan anak-anak di bawah umur maupun orang dewasa. Jika di perhatikan  semakin hari semakin banyak kasus serupa. Apakah Seburuk itukah generasi kita saat ini?

Ada banyak faktor penyebab terjadinya bullying. Pertama dan yang utama adalah maraknya budaya kekerasan, baik kekerasan verbal maupun kekerasan fisik, kekerasan verbal bisa berupa caci maki, sedangkan kekerasan fisik bisa artifisial, bisa juga faktual. Yang artifisial misalnya tampak pada gim. Gim itu memang sekadar permainan, tetapi ketika permainan itu berwujud kekerasan, saling hantam, saling pukul, saling tembak, pada kadar tertentu saya kira itu akan memberikan pengaruh kepada alam berpikir anak bahwa kekerasan itu sebuah kebiasaan.

Sebaliknya, jika seseorang menyaksikan film kartun yang penuh sopan santun, kebaikan, para ahli menyebut itu memiliki daya persuasi yang sangat tinggi untuk ditiru anak. Sementara gim, ini satu hal yang hampir-hampir lepas kontrol karena gim menyebar melalu media sosial, gadget, melalui aplikasi, melalui internet. Bahkan orang tua pun hampir tidak bisa mengontrol, anaknya main apa, mendownload apa saja.

Seperti kasus diatas yang berani melakukan bullying secara live. Hal itu menunjukkan bahwa perilaku bullying tidak dianggap sebagai sesuatu yang buruk, bahkan dianggap wajar dan keren. Dan hal itu juga digambarkan dalam film atau drama yang bertema bullying. Merasa jagoan, keren dan hebat. Nah, ini menunjukan bahwa mental generasi muda hari ini terganggu. Semakin parah kasus bullying hari ini, semakin parah pula kerusakan mental pada generasi.

Kedua, tuntunan. Tak dipungkiri bahwa peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk generasi cemerlang sangatlah penting. Yang mana mereka akan memberikan teladan dalam segala aspek kehidupan. Sayangnya, keduanya hari ini tidak menjalankan peran itu dengan baik. Keluarga hari ini banyak yang disibukkan dengan pekerjaan sehingga tak ada waktu menjaga dan mendidik anak-anaknya. 

Pun demikian dengan masyarakat, ketidakpedulian semakin tinggi akibat kapitalisme sekuler yang menanamkan sifat individualisme di tubuh umat. Sehingga tidak lagi peduli dengan kenakalan remaja yang kian parah. Alhasil, karena tidak adanya orang sekitar baik dari keluarga maupun masyarakat yang dapat memberi tuntunan yang baik, maka generasi hari ini disetir oleh tontonan. Ya, apa yang mereka tonton, itulah yang akan menjadi tuntunan mereka. Miris!

Ketiga, tanggung jawab. Maraknya perilaku bullying mengindikasikan rusaknya mental dan akal generasi muda. Ini adalah PR besar yang menjadi tanggung jawab bersama untuk bisa memperbaikinya, khususnya negara. Ya, negara adalah penanggung jawab utama. Mengapa? Karena negara memiliki kuasa dan wewenang dalam menjaga generasi dari segala kerusakan. 

Perilaku perundungan jelas buah busuk dari arah pandang serba bebas dan serba boleh. Ini semua tidak terlepas dari restu sistem buruk sekularisme yang menjadikan suasana dan standar kehidupan sangat jauh dari aturan Islam. Kita semua tentu sepakat bahwa perundungan juga salah satu jenis tindakan kezaliman. Dalam Islam sendiri, perilaku zalim sangat tegas hukumannya.

Tidak hanya itu, perundungan juga merupakan dampak sistemis dari banyak faktor, yakni lemahnya ketakwaan individu, rapuhnya keluarga, rusaknya sistem pendidikan, masyarakat yang permisif dan jauh dari kepedulian massal untuk amar makruf nahi mungkar, serba bebasnya media massa, aparat yang lamban, serta sistem sanksi yang tidak tegas.

Tidak pelak, generasi pun jauh dari jaminan perlindungan keamanan dalam kehidupan sehari-hari. Standar kehidupan mereka sangat nisbi, semu, dan palsu. Kapitalisme telah merenggut standar hakiki kehidupan manusia sekaligus begitu mudahnya membuat generasi terperosok jauh dalam kubangan kemaksiatan.

Untuk menuntaskan masalah bullying ini, tidak ada jalan lain, kecuali memunculkan peradaban alternatif menggantikan peradaban materialistis yang merusak. Dalam peradaban materialistis, hiburan itu betul-betul mengeksploitasi. Mengeksploitasi seksualitas, mengeksploitasi kekerasan, mengeksploitasi kekuatan, penghancuran, dan sebagainya. 

Sementara itu, peradaban Islam peradaban yang tumbuh dari sebuah kasih sayang, tumbuh dari kesadaran. Intinya ibadah! Ketika ibadah, maka semuanya diukur dengan ketentuan syariat, halal dan haram, boleh tidak boleh, makruf tidak makruf, baik atau buruk. Yang paling utama, adalah penghargaan terhadap nyawa. 

Sedemikian pentingnya nyawa ini, sampai Al-Qur’an menyatakan, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ  ۛ  كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْۤ اِسْرَآءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِۢغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَا دٍ فِى الْاَ رْضِ فَكَاَ نَّمَا قَتَلَ النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَ نَّمَاۤ اَحْيَا النَّا سَ جَمِيْعًا ۗ وَلَـقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِا لْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَ رْضِ لَمُسْرِفُوْنَ

"Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 32).

Dengan peradaban Islam, jelasnya, keburukan akan bisa diminimalisasi meski tidak hilang sama sekali karena fujur dan takwa itu senantiasa ada. Tetapi orang pasti akan tertarik kepada hal-hal yang lebih baik karena peradaban Islam adalah peradaban rahmatan lil-‘alamin.
Wallahualam bissawab.


Share this article via

68 Shares

0 Comment