| 74 Views
Bencana, Muhasabah Diri

Oleh : Yani Suryani
Pegiat Literasi
Di penghujung tahun 2024 saat hujan intensitasnya mulai tinggi, seperti biasa bencana terjadi di negeri ini. Diberitakan detikjabar edisi 8 Desember 2024 melalui cerita Ineu warga Sukabumi yang tak meyangka bahwa akhirnya Sungan Cimandiri pun meluap. Sekitar pukul 06.00 WIB, air mulai merayap masuk ke dalam rumah Ineu. Awalnya hanya setinggi lutut, namun seiring berjalannya waktu, air dari Sungai Cimandiri yang meluap terus meninggi hingga akhirnya menenggelamkan seluruh ruangan rumahnya.
Beberapa media pun menuliskan bahwa Sukabumi menjadi wilayah yang di kepung banjir, hingga akhirnya banjir bandang yang menimpa Sebagian besar wilayah Sukabumi sehingga darurat tanggap diberlakukan sampai sepekan.
Wilayah Sukabumi pbukan satu-satunya yang terkena banjir bandang, sepertinya negeri ini sering terjadi kejadian banjir bandang dan bahkan masih banyak rupa-rupa bencana.
Banjir bandang merupakan banjir yang terjadi secara tiba-tiba dengan arus air atau aliran air yang sangat deras dan volume yang besar. Fenomena ini biasanya terjadi saat curah hujan tinggi dan waktunya begitu singkat, sehingga air sungai, danau atau waduk meluap karena tak mampu menambung volume air yang cukup besar tersebut. Banjir bandang pun dapat diakibatkan atau kejadiannya menjadi parah saat kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan yang akhirnya daya serap tanah semakin berkurang atau penyumbatan saluran air. Untuk peristiwa banjir bandang di Sukabumi ini Wakil mentri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti dilansir JawaPos edisi 7 desember 2024 menjelaskan bahwa beberapa sungai telah terjadi pendangkalan dari sedimentasi. Bahkan sebelumnya wakil Menteri PU menemukan terjadinya hutan gundul tepat di atas tanah longsor.
Saat bencana alam ini telah melanda dan terjadi, solusinya bukanlah saling menyalahkan. Ada hal yang lebih penting untuk kita bermuhasabah dan intropeksi terhadap apa yang telah kita perbuat sebagai manusia. Lantunan lagu dari Ebiet G. Ade, dan lirik lagu ini bisa saja menjadi pertanyaan kita semua. Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Dosa yang telah kita perbuat bisa jadi menjadi pemicu sehingga Allah menegur kita dengan bencana. Bukankah saat ini kerusakan alam saat ini jelas terlihat di depan mata. Mata kita saat ini sudah biasa dengan pemandangan sampah terbungkus oleh plastik merah berserakan di pinggir jalan. Drainase yang buruk saat hujan turun sehingga jalan menjadi jalannya air, sungai menjadi dangkal, dan masih banyak kerusakan alam akibat tangan-tangan kita yang tidak bertanggung jawab.
Manusia serakah dan kurang memiliki rasa malu yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan pribadi pun menjadi pemandangan biasa. Aturan yang dibuat dan diberlakukan pun saat ini adalah aturan yang mampu memuluskan para pemilik modal menguasai sumber daya alam negeri ini. Bukankah Sukabumi merupakan daerah yang aliran sungainya banyak berdiri perusahan besar. Semisal perusahan air mineral yang sangat membutuhkan air yang berasal dari pegunungan, vila dan tempat rekreasi banyak pula berdiri di wilayah ini. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam Al quran surat Ar Rum ayat 41 yang artinya “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Muhasabah bersama, untuk kembali pada aturan yang berasal dari dzat yang maha benar, sebaik-baiknya pembuat aturan untuk maslahat dan tentunya rahmat untuk manusia dan alam semesta boleh jadi adalah solusi.
Wallahu ‘a lam.