| 162 Views

Benarkah Masuknya Dokter Asing Demi Kepentingan Rakyat

Oleh : Daniaty Agnia

Surabaya, CNN Indonesia -- Gedung Fakultas Kedokteran (FK) Kampus A Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, kebanjiran karangan bunga bernada dukungan untuk dr Budi Santoso.

Budi sebelumnya dicopot dari jabatannya sebagai Dekan FK Unair. Pemecatan terjadi tak lama setelah Budi menyuarakan sikap menolak rencana pemerintah mendatangkan dokter asing ke Indonesia.

Pantauan CNNIndonesia.com, setidaknya ada 30 lebih rangkaian bunga yang terpasang di depan gedung FK Unair. Seluruhnya, bernada dukungan untuk Budi.

"Turut berduka cita atas hilangnya demokrasi di dunia pendidikan #saveProfBus #untukIndonesiasehat Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK Universitas Airlangga," tulisan di salah satu karangan bunga.

Keberadaan dokter asing untuk memenuhi kekurangan dokter menjadi sorotan di tengah liberalisasi kesehatan yang mengakibatkan biaya mahal dan dapat merugikan rakyat maupun dokter lokal.

Miris kabar akan masuknya dokter luar ke negeri ini sangat mengkhawatirkan para dokter dan masyarakat. Pastinya adanya muatan politik, menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat apa negeri ini tidak bisa menghasilkan dokter yang berkualitas.

Sedangkan biaya masuk fakultas kedokteran itu sangatlah mahal. Kita tidak bisa memungkiri dengan sistem kapitalis pendidikan jenjang yang tinggi seperti dokter hanya bisa diakses oleh pihak tertentu saja. Ini menegaskan adanya kapitalisasi pendidikan dinegeri ini. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa pendidikan dokter adalah proses pendidikan yang sulit, lama, dan mahal. Kedokteran adalah jurusan papan atas yang tentu saja memiliki uang kuliah tunggal (UKT) termahal.

Semakin tidak tercapai cita-cita menjadi dokter jadi semakin lambat dan kurang untuk dipenuhi. Karena biaya untuk menjadi dokter sangatlah mahal. Kualitas layanan juga belum tentu terjamin, apalagi untuk kalangan ekonomi lemah. 

Kesehatan sebagai sektor publik yang wajib tersedia bagi rakyat. Fasilitas umum adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai kepentingan manusia secara umum yang jika tidak terpenuhi akan menimbulkan keguncangan. kesehatan bukanlah semata faktor kemanusiaan melainkan sektor publik yang haram untuk dikapitalisasi maupun diliberalisasi. 

Mirisnya masih bercokol sistem kapitalisme dinegeri ini. Al hasil rakyat merasa terabaikan dalam pelayanan kesehatan. Akhirnya kesehatan sebagai ladang bisnis yang sangat menguntungkan. Negara lepas tangan dengan penyediaan dokter dan nakes di negeri ini. Kesehatan diberikan kepada pihak asing, rakyatlah yang menjadi korban tidak terlayani dengan baik.

Berbeda dengan sistem Islam. Negara Islam menjadikan kesehatan sebagai layanan negara sehingga terjangkau oleh setiap individu dengan gratis. Dan juga negara menyelesaikan persoalan kekurangan dokter secara komprehensif dan mendasar dengan dukungan keuangan negara.

Karena negara bertanggung jawab atas kesehatan rakyatnya, seperti sabda Rasulullah Saw " imam/khalifah adalah pengurus dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya." ( HR Muslim dan Ahmad).

Sisi lain para dokter muslim hendaknya juga menjadi agen perubahan dalam mewujudkan paradigma kehidupan bernegara yang shohih sesuai tuntutan Islam. Keemasan Negara Islam tercatat mampu menghasilkan para dokter hebat yang ilmunya masih bisa kita nikmati manfaatnya hingga kini.

Negara juga telah membuktikan mampu menyediakan fasilitas kesehatan terbaik di dunia pada masanya. Fasilitas kesehatan, khususnya milik pemerintah, dikelola di atas prinsip pelayanan penuh dengan anggaran bersifat mutlak berbasis baitulmal.

Wallahu a'lam bish-shawwab


Share this article via

69 Shares

0 Comment