| 256 Views

Anak Muda Susah Cari Kerja, Tanggung Jawab Negara Menyelesaikannya

Oleh: Aktif Suhartini, S.Pd.I.,
Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Anak muda susah cari kerja, padahal mereka tinggal di negara yang gemah ripah loh jinawi, dengan sumberdaya alam yang sangat berlimpah ruah anugerah Allah SWT. Semua keberlimpahan SDA tersebut sebenarnya bisa dijadikan sebagai sumber pekerjaan bagi para anak muda yang kesulitan mencari pekerjaan. Namun, faktanya mereka susah mendapatkan kerja. Inilah masalahnya.

Di manakah negara sampai hal tersebut menjadi problema yang tidak pernah ada solusinya? Masalah ini sebenarnya tidak semuanya anak muda ini, karena mereka dianggap tidak bisa menciptakan pekerjaan tapi selalu mencari pekerjaan. Hingga muncul slogan motivasi pemerintah “Apa yang sudah bisa kamu berikan kepada negaramu? Tetapi bukannya bertanya apa yang sudah negara berikan padamu?” Bukankah ini tanda berlepas tangannya negara kepada rakyatnya?

Bila kita cermati, akar masalah banyaknya pegangguran karena kita terlalu ketergantungan pada teknologi, hingga menciptakan kesenjangan keterampilan. Hingga mereka tidak memiliki akses atau tidak terlatih dalam menggunakan teknologi yang relevan dengan pekerjaan. Multitasking yang berlebihan dapat mengurangi fokus dan kualitas kerja, sehingga mengurangi peluang Gen Z untuk mendapatkan pekerjaan. Sikap skeptis terhadap informasi juga bisa membuat Gen Z terlalu sangat selektif dan memungkinkkan melewatkan peluang kerja yang baik. Ekspektasi tinggi terhadap fleksibilitas pekerjaan juga menjadi penghalang, terutama jika banyak perusahaan masih menerapkan jam kerja konvensional.

Perubahan di dunia kerja juga menjadi salah satu penyebab membludaknya volume penggangguran, karena di sisi lain, dunia kerja juga mengalami perubahan besar, yaitu pekerjaan tradisional digantikan oleh otomatisasi dan digitalisasi, sehingga Gen Z yang tidak memiliki keterampilan teknologi menjadi kesulitan bersaing, atau pekerjaan jarak jauh memerlukan disiplin diri dan manajemen waktu yang baik, yang mungkin sulit bagi Gen Z yang baru memasuki dunia kerja. Hingga pekerjaan freelance tidak menjamin stabilitas jangka panjang atau pendapatan yang tetap, sehingga dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi bagi mereka.

Meskipun mereka mungkin memiliki banyak soft skills, tetapi mereka kurang keterampilan teknis atau spesifik yang dicari oleh banyak perusahaan. Gen Z juga mungkin mencari lingkungan kerja yang inklusif dan sesuai dengan nilai-nilai mereka. Jika tidak menemukan perusahaan yang sesuai, mereka mungkin lebih memilih menganggur daripada bekerja di tempat yang tidak cocok.

Pekerjaan yang sesuai dengan nilai dan misi Gen Z mungkin terbatas, sehingga persaingan untuk posisi tersebut menjadi lebih ketat. Ada beberapa hal lain yang disampaikan oleh Bappenas yang mengungkapkan bahwa penyebab banyak Gen Z nganggur adalah faktor salah jurusan masuk golongan pengangguran tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET), sudah ada upaya pemerintah untuk mengatasi masalah NEET maupun pengangguran terbuka di Indonesia. Dengan melakukan perbaikan seperti, sejak pendidikan dini para siswa diberikan kurikulum yang harus disusun sedemikian rupa agar para siswa dapat mengetahui tentang apa yang ingin mereka lakukan. Namun hal itu tidaklah cukup sebelum negara dapat memastikan bahwa kebijakan ekonomi dan sosial yang diambil tidak menguntungkan satu kelompok tertentu, apalagi pihak asing, tetapi harus diarahkan untuk kemaslahatan seluruh lapisan masyarakat.

Hingga biaya pendidikan menjadi salah satu tantangan yang harus dibenahi untuk mengatasi persoalan NEET, faktor biaya bisa menjadi salah satu pertimbangan lulusan SMA tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah, karena apabila biaya kuliah tinggi tentunya Gen Z yang dari SMA itu banyak juga yang akhirnya tidak punya kesempatan untuk kuliah.

Jika anak muda susah cari kerja, tanggung jawab negaralah yang harus menyelesaikan masalah tersebut. Dan semua itu terjadi ketika negara berada dalam cengkeraman neo-kolonialisme dan sudah sewajibnya melepaskan diri darinya. Namun, satu-satunya cara untuk melepaskan bangsa dan negeri ini dari cengkeraman neo-kolonialisme dengan menerapkan kembali ideologi Islam dalam institusi pemerintahan Islam, yakni Khilafah ‘alâ minhâj an-Nubuwwah.

Menegakkan kembali institusi pemerintahan Islam. Ini adalah kunci untuk mengakhiri neo-kolonialisme di negara-negara Muslim. Institusi pemerintahan Islam (Khilafah) akan menyatukan umat Islam di bawah satu pemerintahan yang berlandaskan akidah Islam. Khilafah akan melindungi umat dari eksploitasi asing sekaligus memulihkan kedaulatan politik, ekonomi dan budaya. Tidakkah kita mau memikirkan kelangsungan hidup generasi penerus kita?


Share this article via

188 Shares

0 Comment