| 348 Views

Anak Muda Susah Cari Kerja, Negara ke Mana?

Dibuat Oleh : Widya Rahayu
Lingkar Studi Muslimah Bali

Pengangguran di kalangan anak muda, terutama generasi Z, menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi Indonesia saat ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ratusan ribu anak muda Indonesia merasa putus asa dalam mencari pekerjaan. 

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: ke mana peran negara dalam menjamin kesejahteraan generasi muda? Mengapa kesempatan kerja semakin sulit didapatkan, terutama bagi mereka yang baru memulai karier?

Menurut laporan foto.tempo.co , "ratusan ribu anak muda Indonesia putus asa mencari pekerjaan."  Fenomena ini bukan hanya sekadar angka statistik; ini adalah refleksi dari kegagalan sistemik dalam menjamin hak dasar warga negara untuk mendapatkan pekerjaan. Generasi Z, yang seharusnya menjadi tulang punggung masa depan bangsa, justru menghadapi kenyataan pahit berupa ketidakpastian ekonomi dan lapangan kerja yang semakin langka. 

Pemerintah tampaknya kesulitan untuk menangani masalah ini secara efektif, sehingga banyak dari mereka yang terpaksa menganggur atau terjebak dalam pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan pendidikan mereka.

wartaekonomi.co.id mengungkapkan bahwa "banyak Gen Z jadi pengangguran," dan hal ini bukan hanya kesalahan individu, tetapi juga menunjukkan adanya masalah struktural yang perlu segera diatasi. Pemerintah diminta untuk mencari akar masalah dari tingginya tingkat pengangguran ini, namun tampaknya solusi yang ditawarkan masih jauh dari memadai. 

Masalah pengangguran di kalangan anak muda ini diperparah oleh sejumlah faktor, termasuk ketidakcocokan antara pendidikan dan kebutuhan pasar kerja, serta deindustrialisasi yang mengurangi lapangan kerja di sektor-sektor yang dulu menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia.

Salah satu penyebab utama dari kelangkaan lapangan kerja ini adalah penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang memberikan kekuasaan besar kepada asing dan swasta dalam pengelolaan sumber daya alam dan energi (SDAE). Sistem ini memungkinkan privatisasi SDAE, yang seharusnya menjadi milik publik, menjadi milik segelintir individu atau perusahaan besar yang hanya mementingkan keuntungan pribadi. Akibatnya, lapangan kerja yang seharusnya diciptakan dari pengelolaan SDAE tidak terwujud, dan rakyat, terutama generasi muda, tidak mendapatkan manfaat yang seharusnya dari kekayaan alam yang dimiliki oleh negara.

Deindustrialisasi juga menjadi faktor signifikan yang menghambat tersedianya lapangan kerja. Banyak regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah justru membuat sektor industri semakin sulit berkembang, yang akhirnya memaksa banyak perusahaan untuk menutup operasinya atau mengurangi jumlah pekerja. Hal ini tentu saja berdampak langsung pada meningkatnya angka pengangguran, terutama di kalangan anak muda yang baru lulus sekolah atau kuliah.

Dalam pandangan Islam, negara memiliki peran yang jauh lebih besar dan signifikan dalam menjamin kesejahteraan rakyat, termasuk dalam hal penyediaan lapangan kerja. Islam menetapkan bahwa SDAE adalah milik umum yang harus dikelola oleh negara demi kepentingan rakyat. Dengan pengelolaan yang benar, SDAE dapat menjadi sumber utama dalam menciptakan lapangan kerja yang memadai, sehingga setiap individu, terutama para kepala keluarga dan anak muda, dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Negara dalam sistem Islam tidak hanya bertindak sebagai regulator, tetapi juga sebagai pengelola aktif yang bertanggung jawab langsung atas kesejahteraan rakyatnya. Dengan adanya pengelolaan SDAE oleh negara, tidak hanya lapangan kerja yang akan tercipta, tetapi juga kesejahteraan rakyat secara keseluruhan dapat terjamin. Hasil dari pengelolaan SDAE akan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk layanan publik yang berkualitas, subsidi, dan jaminan sosial yang memastikan bahwa setiap warga negara, termasuk anak muda, dapat hidup dengan layak dan bermartabat.

Selain itu, sistem Islam juga mendorong pembangunan industri yang kuat dan berkelanjutan. Negara memiliki kewajiban untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri, yang pada gilirannya akan membuka lebih banyak lapangan kerja. Dengan sistem yang adil dan berkelanjutan ini, masalah pengangguran di kalangan anak muda dapat diatasi secara efektif, dan generasi Z akan memiliki masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan.

Dalam konteks Indonesia, solusi untuk masalah pengangguran di kalangan anak muda tidak bisa hanya sebatas perbaikan kebijakan parsial atau program sementara. Diperlukan perubahan sistemik yang lebih mendasar, yang mengembalikan pengelolaan SDAE kepada negara dan memastikan bahwa setiap kebijakan ekonomi yang diambil benar-benar berpihak pada rakyat, bukan pada kepentingan segelintir elit atau perusahaan besar.

Islam menawarkan solusi komprehensif yang tidak hanya menyelesaikan masalah pengangguran, tetapi juga menjamin kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Dengan menerapkan sistem ekonomi dan politik Islam, negara akan mampu menyediakan lapangan kerja yang memadai, menjaga kesejahteraan rakyat, dan memastikan bahwa kekayaan alam yang dimiliki benar-benar dinikmati oleh seluruh rakyat. Sudah saatnya kita mempertimbangkan kembali model ekonomi yang kita anut dan mulai mencari solusi yang lebih adil dan berpihak pada kepentingan rakyat banyak, terutama generasi muda yang akan menjadi pemimpin masa depan bangsa ini.


Share this article via

95 Shares

0 Comment