| 45 Views

Al-Quran Pengatur Segala Lini Kehidupan

Oleh : Zuliyama, S.Pd.
Relawan Opini

Saat ini kita sedang berada di bulan kemuliaan yang senantiasa ditunggu-tunggu oleh seluruh kaum muslim di seluruh dunia. Semangat pun bergelora dalam jiwa-jiwa mereka untuk senantiasa bertaqarrub kepada Allah. Para petinggi pemerintahan pun tak ingin kalah dalam rangka memeriahkan bulan al-Quran ini.

Dilansir dari metrotvnews.com(16/03/2025), dalam rangka memperingati nuzul quran, Kementerian Agama menggelar 350 ribu khataman al-Quran pada 16 Ramadhan 1446 Hijriah. Program ini diharapkan mampu menguatkan semangat keislaman dan kebangsaan serta mengajak umat muslim untuk mencintai, memahami dan meneladani al-Quran. “Saat Nuzulul Quran ini kita membaca, menerjemahkan sampai memahami al-Quran. Itu kita bumikan dalam kehidupan kita sehari-hari apa yang kita dapatkan dari al-Quran,” ucap Kakanwil Kemenag Sulsel, Ali Yafid kepada Metro TV.                       

Selain itu dilansir dari bandungraya.net (16/03/2025),  Bupati Bandung Dadang Supriatna punya cara unik dan menarik dalam mensyiarkan Ramadhan sekaligus memperingati Nuzulul Quran dengan mengemasnya dalam bentuk Lomba Cerdas Cermat al-Quran. Bupati Bandung mengundang sejumlah ormas untuk beradu cepat dan kepintaran dalam menjawab berbagai pertanyaan seputar isi kandungan al-Quran.

Banyaknya fakta memeriahkan turunnya al-Quran ini seolah menenangkan kita bahwa al-Quran masih menjadi pegangan hidup kaum muslim. Sayangnya, pengangan hidup itu hanya diamalkan pada sebagian aktivitas kaum muslim seperti sholat, puasa, zakat, haji dan beberapa aktivitas yang lain saja. Adapun pengaturan yang berkaitan dengan hubungan antar manusia semisal hukuman-hukuman, maka apa yang tertera dalam al-Quran pun diabaikan. Sebagai gantinya, mereka membuat aturan-aturan tersebut dengan akalnya yang dianggap mampu tersebut. Padahal, manusia hanyalah makhluk lemah hingga berpotensi adanya pertentangan antara satu dengan yang lain.

Di sisi lain, kaum muslim yang mempelajari isi al-Quran malah dikatakan sebagai radikal dan menjadi orang-orang yang sering kali digunjing. Sematan fanatik agama bahkan sebutan teroris pun tak jarang  sering kali terdengar. Dampaknya, jangankan mengamalkan al-Quran, sebagian besar kaum muslim malah takut dan mewanti-wanti sanak saudara agar tidak mengikuti kajian-kajian seputar Islam.

Hal ini sebenarnya bukanlah hal aneh dalam sistem saat ini, sistem sekular-Kapitalisme. Sistem ini memisahkan aturan agama dari kehidupan dan hanya menjadikan materi sebagai asas perbuatannya. Maka ketika ada yang ingin memasukkan aturan agama dalam kehidupan, maka itulah musuh kapitalisme dan para penganut di dalamnya. Motivasi materi juga menjadi alasan kenapa sistem ini begitu diagungkan. 

Bagaimana tidak, sistem ini memberi kebebasan memiliki materi sebanyak-banyaknya bahkan milik seluruh rakyat sekalipun bisa diambil dengan mudah. Maka tak jarang sering kali terdengar istilah “yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin”. Aturan yang dengan bebas diubah sekehendak mereka pun menjadi hal yang membuat senyum para penganutnya. Wajar saja, hal ini bisa meringakan hukuman-hukuman para perampas harta rakyat dan bisa dengan mudahnya mengambil keuntungan dari rakyat dari berbagai lini. Fakta ini bahkan telah menjadi rahasia umum yanng tak mungkin lagi untuk disembunyikan. Kasus koruptor yang hanya diberikan hukuman ringan, kasus tahanan yang mendapat ruangan dengan segala fasilitas dan bebas berlibur pun sering kali didapatkan. 

Sebagai umat muslim, sudah seharusnya kita menerapkan isi al-Quran seluruhnya tanpa memilah-milah mana yang disukai atau tak disukai. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-Baqarah ayat 208: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah kaliah mengikuti langkah-langkah setan” , dan firman Allah Ta’ala dalam Surat Al-Maidah ayat 50: “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? ”.

Dari ayat tersebut dapat kita pahami bahwa sudah semestinya kita mengamalkan isi al-Quran pada setiap lini kehidupan kita. Tak hanya berhenti pada skala individu saja tapi juga berlaku pada skala negara, apalagi jika isi al-Quran hanya dijadikan sebagai bahan hafalan saja dengan pengamalan yang terabaikan. Maka dari sini, sudah semestinya kaum muslim menuntut ilmu Islam yang kemudian didakwahkan karena bukan hanya sekedar kewajiban yang menghantarkan pada  ilmu berupa teori belaka, tapi praktikknya dapat menghantarkan pada kebangkitan umat.

Wallahu a’lam bishshawab.


Share this article via

39 Shares

0 Comment