| 9 Views

Zionis Menjadikan Kelaparan Sebagai Alat Genosida : Bukti Bahwa Zionis Sangat Lemah dan Pengecut

Oleh : Sumarni Ummu Suci

Keganasan dan kengerian genosida belum beranjak dari jalur Gaza. Kematian, luka dan mereka yang terbaring sekarat menjadi pemandangan sehari-hari. 

Namun kenestapaan itu kini semakin bertambah bukan karena ledakan atau teriakan yang paling keras terdengar, melainkan keluhan sunyi dari perut - perut kosong yang menjerit dalam diam.

Kelaparan di Gaza bukan sekedar tidak adanya makanan tapi  lebih menjelma menjadi senjata mematikan  yang membunuh pelan tanpa suara.

Sejak di mulainya blokade bantuan pada 2 Maret otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa 57 anak meninggal akibat dampak dari kekurangan gizi.

Apabila situasi ini terus berlanjut di perkirakan hampir 71 ribu anak di bawah usia 5 tahun akan mengalami kekurangan gizi akut dalam 11 bulan kedepan. (Dikutip : www.liputan6.com) 

Hanya intitas zionis yang menggunakan kelaparan sebagai senjata dalam perang.Ini adalah bentuk kelemahan dan kepengecutan terbesar di dunia.

Pasalnya serangan fisik zionis yang bertubi - tubi ke Gaza tidak membuat warga Gaza gentar sedikitpun.Tank, senjata, bom, rudal milik zionis memang membuat warga Gaza berlumuran darah. Kehilangan ruang hidup bahkan ditinggalkan oleh orang terkasih. 

Namun warga Gaza tetap berdiri kokoh dan sabar menjaga tanah suci Palestina. Mereka bersabar dalam penderitaan. Mereka iklas terhadap qodho yang di dapatkan. Mereka terus berjihad hingga titik darah terakhir melawan zionis laknatullah.

Meskipun pemimpin Islam mengabaikan urusan Palestina. Kekuatan keimanan warga Gaza tidak bisa dikalahkan dengan senjata fisik zionis.

Kini zionis mencoba menyerang hajatul 'udhowiyyah (kebutuhan jasmani). Zionis menjadikan kelaparan sebagai senjata. Mereka memblokade bantuan untuk Gaza, mengebom dapur umum, menjatuhkan rudal di tengah - tengah orang yang mengantri makanan dan mengambil bantuan.

Krisis kelaparan yang di ciptakan zionis telah menunjukkan kelemahan dan betapa pengecutnya mereka menghadapi kaum muslimin.

Maka sebenarnya menghadapi oran lemah dan pengecut itu sangat mudah. Bukan dengan dengan mengirim donasi dan bantuan untuk warga Gaza melainkan mengirimkan tentara untuk membebaskan Palestina.

Dengan begitu tidak akan ada lagi penjajahan dan tidak akan ada lagi krisis pangan di Gaza. Sebagaimana Panglima Salahuddin yang membebaskan Al - Quds kekuasaan kotor tentara salib.

Namun pembelaan itu menjadi menjadi berat dilakukan karena penguasa muslim hari ini menjadi penghianat umat. Mereka justru bekerja sama dengan Amerika Serikat, memperbaiki hubungan dengan AS tunduk di bawah arahan AS. Bahkan menormalisasi hubungan dengan zionis.

Para penghianat itu lebih takut kehilangan kekuasaannya di banding harus memenuhi kewajiban menolong saudara sesama muslim.

Maka sebenarnya tidak ada harapan lagi menyelamatkan Gaza dari kelaparan akibat penjajahan kecuali dengan jihad fii Sabilillah.

Kekuatan militer harus di kerahkan untuk membebaskan umat Islam di Gaza dan mengusir zionis dari Palestina. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw yang mengusir Yahudi Bani quainuqa' dari Madinah karena mereka melanggar perjanjian dan membunuh seorang muslim.

Al - Qur'an juga telah memerintahkan jihad defensif (jihad difa'i) atas invnsi musuh yang ditujukan kepada negeri - negeri muslim.

Allah SWT berfirman : 

فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ ۖ 

" Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia secara seimbang dengan serangannya terhadap kalian (QS.Al - Baqoroh : 194) 

Jihad adalah fardhu 'ain saat kaum muslimin diserang oleh musuh. Jika dikaitkan dengan penjajahan Palestina, fardhu 'ain ini tidak hanya berlaku untuk warga Gaza.

Kewajiban tidak hanya mengikat seluruh kaum muslimin di sekitar Palestina, namun seluruh wilayah kaum muslimin hingga penjajah zionis dapat di kalahkan.

Disinilah kebutuhan satu komando dari seorang Khalifah. Kebutuhan ini jelas menuntut persatuan umat Islam di seluruh dunia dalam institusi politik bernama Daulah khilafah. Karena hanya khilafah yang mampu menjadi junnah umat Islam.

Akan tetapi institusi pemersatu umat Islam saat ini tidak ada, karena di hancurkan oleh Barat. Untuk itu kondisi ini menuntut umat Islam untuk memperjuangkannya kembali.

Tentu saja perjuangan seperti ini tidaklah mudah, namun umat Islam tidak perlu pesimis dan risau. Sebab Rasulullah Saw telah memberikan contoh bagaimana mengupayakan institusi negara Islam. Dengan dakwah pemikiran bersama partai ideologisnya waktu itu yakni Hizbut Rasul.

Maka arah perjuangan umat Islam hari ini untuk menyatukan kembali umat Islam di bawah naungan khilafah haruslah bersama partai Islam ideologis yang mengikuti metode dakwah Rasulullah. insyaaAllah proses ini akan membawa kepada kemenangan dan pembalasan yang setimpal kepada zionis.

Wallahua'lam bissawab.


Share this article via

6 Shares

0 Comment