| 11 Views
Vasektomi Bukanlah Solusi Ekonomi

Oleh : Ummu Haziq
Muslimah Ngaji
Vasektomi menjadi syarat bansos mencuat dari pernyatan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dalam rapat koordinasi Pemprov Jabar di Gedung Balai Kota Depok, Selasa, 29 April 2025. Dalam kesempatan tersebut, Dedi menyampaikan rencana mengharuskan penerima bansos melakukan vasektomi terlebih dahulu. Bahkan, ia mengusulkan warga yang bersedia vasektomi akan diberi insentif Rp 500 ribu. Saat itu, Dedi mengaku sering dimintai tolong orang untuk membantu biaya kelahiran yang angkanya mencapai Rp 25 juta. Menurut dia, banyak orang tua yang Vasektomibelum bisa bertanggung jawab atas kehamilan, kelahiran dan pendidikan anak-anaknya. Menurut Dedi, pendekatan ini akan diberlakukan pada berbagai jenis bantuan, seperti subsidi biaya rumah sakit, kelahiran, listrik, pangan non-tunai, beasiswa, dan lainnya.
Terkait wacana Gubernur Jawa Barat Dedy Mulyadi menjadikan vasektomi sebagai syarat bagi masyarakat untuk menerima bantuan sosial (bansos), Praktisi Kesehatan K.H. dr. M. Ali Syafi'udin menjelaskan bahwa mayoritas ulama mazhab mengharamkan vasektomi.
Ditinjau dari segi syariat, mayoritas ulama mazhab itu mengharamkan vasektomi," tuturnya di YouTube Khilafah News, Ahad (06/05/2025).
Ia mengutip surah An-Nissa ayat 119, yang artinya, "... dan pasti akan kusesatkan mereka, dan akan kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka, dan akan kusuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya), dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar mengubahnya). Barang siapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata.”
Artinya para ulama memandang vasektomi merupakan bentuk perubahan ciptaan Allah yang tidak dibenarkan, sehingga ini mengikuti perintah setan dan itu diancam nanti di akhirat akan mendapatkan kerugian yang sangat," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa di dalam hadis, Rasulullah melarang melakukan kebiri. “Baik mengebiri dia sendiri, orang lain, maupun mengebiri binatang. Itu tidak dibenarkan,” tegasnya.
Vasektomi Bukan Solusi Ekonomi
Opini bahwa pertambahan jumlah anak atau naiknya populasi penduduk menjadi penyebab kemiskinan adalah opini yang sesat. Sama sekali tidak ada korelasi antara kemiskinan dan pertambahan populasi penduduk dan jumlah anak. Ini teori yang pernah dicetuskan oleh ekonom Inggris Robert Malthus beberapa puluh tahun silam. Menurut Malthus, pertumbuhan populasi cenderung melampaui pertumbuhan produksi pangan. Lalu dikhawatirkan terjadi kelaparan, penyakit dan kematian melanda umat manusia. Padahal teori ini sama sekali tidak pernah terbukti.
Setiap Muslim wajib meyakini bahwa setiap makhluk bernyawa di muka bumi ini telah mendapatkan jaminan rezeki Allah SWT. Firman-Nya:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah Yang memberi rezekinya. Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (TQS Hud [11]: 6).
Dulu orang-orang Arab jahiliah takut menjadi miskin jika mereka memiliki anak. Lalu Allah SWT mengingatkan
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
Janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Kamilah Yang akan memberikan rezeki kepada mereka dan kepada kalian. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar (TQS al-Isra [17]: 31).
Penyebab kemiskinan hari ini adalah penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang batil dan rusak. Dalam sistem ini terjadi penguasaan kekayaan negara oleh segelintir orang. Akibatnya, muncul ketimpangan sosial yang lebar dan dalam. Menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K),50 persen aset nasional dikuasai hanya oleh 1 persen orang kaya di tanah air. Sistem kapitalisme juga membuat negara membolehkan kekayaan alam dikuasai oleh perusahaan asing maupun dalam negeri. Padahal banyak bukti, eksploitasi pertambangan oleh perusahaan swasta dan asing, misalnya, tidak menaikkan taraf hidup warga setempat.
Pada tahun 2024 Majalah Forbes mencatat total harta 50 orang terkaya di Indonesia tembus US$263 miliar atau setara Rp 4.209,25 triliun. Ironinya, kekayaan mereka melesat hingga ratusan triliun rupiah justru pada saat ekonomi nasional sedang terpuruk, daya beli warga melemah, 60 juta warga (menurut Bank Dunia) jatuh miskin dan ada 7,8 juta pengangguran.
Penumpukan kekayaan pada segelintir orang ini menyebabkan roda ekonomi tidak berputar. Akibatnya, daya beli menurun, usaha lesu bahkan bangkrut, pengangguran bertambah, warga kesulitan mengakses pendidikan dan angka kemiskinan pun bertambah. Inilah lingkaran setan kemiskinan yang dihasilkan penerapan sistem kapitalisme.
Ironinya, warga miskin justru disalahkan karena menikah dan punya anak, apalagi jika anaknya banyak. Pada saat yang sama, negara tidak banyak berperan dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Negara malah lebih berpihak pada kaum kapitalis-oligarki. Sudah cukup bukti kalau penyebab kemiskinan dan kesengsaraan umat hari ini adalah ideologi kapitalisme. Maka dari itu, sudah saatnya kita mengubur ideologi batil tersebut. Penggantinya tidak lain adalah Islam. Islamlah satu-satunya ideologi yang haq dan paripurna. Islam adalah sistem kehidupan yang memberikan solusi terbaik untuk umat manusia. Penerapan Islam sebagai ideologi dan sistem kehidupan pasti akan mendatangkan berkah dan ridha Allah SWT.
Wallahu a’lam.