| 22 Views

Tingginya Tingkat Pengangguran Gen Z, Islam Solusi Hakiki

Oleh : Kiki Puspita

Dilansir dari JAKARTA, KOMPAS.com -- Internasional Monetary Fund (IMF) melaporkan Indonesia menjadi negara dengan tingkat pengangguran tertinggi diantara enam negara Asia Tenggara pada tahun 2024. Peringkat pengangguran merujuk pada laporan World Economic Outlook April 2024.

Gelar sarjana yang dulunya dipuja-puja, dianggap sebagai pintu menuju masa depan cerah dengan harapan akan muda mendapat pekerjaan setelah mendapat gelar sarjana hanya angan-angan belaka. Makin banyak lulusan Universitas di Indonesia justru masuk dalam lingkaran pengangguran, menunggu tanpa kepastian, ditengah pasar kerja yang kian selektif dan jenuh.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan tren yang mencemaskan. Pada tahun 2024, jumlah pengangguran bergelar sarjana tercatat sebanyak 495.143 orang. Angka ini melonjak drastis menjadi 981.203 orang pada tahun 2020, dan meski sempat turun menjadi 842.378 orang di tahun 2024, namun jumlah tersebut tetap tergolong tinggi. (dikutip dari Jakarta, CNBC Indonesia).

Tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi banyak yang dilema. para sarjana ini terpaksa banting setir menjadi pembantu rumah tangga, pengasuh anak, sopir, bahkan office boy. Hal ini mereka jalani demi bertahan hidup ditengah-tengah minimnya lapangan pekerjaan di sektor formal dan badai PHK dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena ini dialami Heru Kurniawan contohnya,Sarjana Teknik Mesin lulusan 2023, sekarang ini bekerja menjadi jadi sopir mobil rental. "Keluarga tidak masalah saya jadi sopir, tapi saya pribadi merasa sayang, karena perjuangan menempuh pendidikan sarjana susah, menghabiskan waktu dan biaya," tuturnya lirih. (bbc.com/indonesia).

Tingginya jumlah pemuda yang menganggur sejatinya menunjukan kepada kita, tentang gagalnya sistem sekulerisme saat ini. Hal ini juga dipengaruhi semenjak pandemi, banyak perusahan yang gulung tikar dan akhirnya badai PHK pun terjadi. pemerintah dalam sistem ini hanya berposisi sebagai ''makelar'' yang hanya menghubungkan antara penyedia SDM, yaitu dunia pendidikan, dengan penyedia lapangan kerja, yaitu industri. Sedangkan pemerintah setelahnya berlepas tangan dari penyediaan lapangan kerja.

Hal ini berbeda ketika sistem Islam diterapkan. Dalam sistem Islam pemerintah akan bertanggung jawab menjamin ketersedian lapangan kerja bagi rakyatnya. Dalam sistem Islam pemerintah akan melakukan industrialisasi didalam negeri dengan mendirikan industri alat-alat (penghasil mesin) terlebih dahulu. Dengan demikian akan tumbuh industri-industri yang lain.

Dalam Sistem Islam lapangan kerja akan disediakan dengan demikian luasnya. Alhasil tidak akan ada pengangguran, kecuali orang-orang yang fisiknya lemah, namun mereka yang fisiknya lemah akan dinafkahi oleh kerabatnya atau negara. Harta kepemilikan umum, seperti pertambangan dalam sistem kapitalisme yang selama ini dikuasi swasta kapitalis, akan menjadi milik rakyat dengan negara sebagai pengelolanya.

Dalam Sistem Islam pendidikan akan berasaskan kepada akidah Islam dan tujuan pendidikan akan mampu mencetak individu yang berkepribadian Islam sekaligus menguasai iptek dan orang-orang yang berkompeten di bidangnya.

Pengangguran saat ini hanya bisa dihentikan ketika sistem kufur kapitalisme diganti dengan Sistem Islam. Semua akan hidup dalam kesejahteraan, termasuk para pemuda saat ini.

Wallahua'alam bissawab.


Share this article via

19 Shares

0 Comment