| 344 Views
Sorgum, Mampukah Menjadi Solusi bagi Permasalahan Pangan Indonesia?

Oleh : Salma Hajviani
Ketergantungan penduduk Indonesia terhadap makanan pokok beras dan gandum sangat tinggi. Pada tahun 2014 saja pemerintah Indonesia telah menargetkan produksi beras sebanyak 75,7 juta ton gabah kering giling. (kompasiana.com)
Selama ini, peningkatan produksi beras nasional sangat tergantung pada padi sawah, sementara luas lahan sawah cenderung terus menyusut akibat alih fungsi penggunaan untuk usaha non-pertanian. Kondisi semacam itu akan mempersulit Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan beras secara mandiri jika hanya mengandalkan pada produksi padi lahan sawah. (Human, 2016).
Selain masalah pangan, peningkatan jumlah penduduk juga diikuti pertumbuhan ekonomi yang pesat disertai meningkatnya kebutuhan energi di seluruh sektor ekonomi. Akibat alih fungsi lahan pertanian juga mengakibatkan kebutuhan pakan untuk sektor peternakan semakin berkurang. Karena permintaan pasar yang banyak dan produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan sehingga berakhir pada kegiatan impor.
Masalah di atas membutuhkan sebuah solusi bagi permasalahan pangan. Dalam hal ini pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, menggelar Pergerakan Membangun Ketahanan Pangan (Permata) Bandung Festival. mediaindonesia.com 28/05/2024
Festival ini sebagai langkah untuk memperkuat ketahanan pangan, Sein Farm atau Sekelama Integrated Farming (Sein Farm) dalam satu inovasi pertanian terpadu, di tengah berbagai tantangan global. Program yang sama juga memperkenalkan serangkaian program inovatif dan kolaboratif, yang didukung oleh berbagai pihak, termasuk TNI/Polri, akademisi, dan masyarakat.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, Gin Gin Ginanjar, Selasa (28/5), bahwa Sein Farm ditetapkan sebagai pusat pengembangan sorghum, mulai dari budi daya hingga pemanfaatannya. Sein Farm yang terletak di Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, resmi ditunjuk sebagai pusat pengembangan sorgum di Indonesia. Melalui pengembangan di Sein Farm, pihaknya berharap bisa memaksimalkan manfaat sorgum bagi Masyarakat. Sein Farm akan fokus pada budidaya sorgum dengan metode yang efisien dan ramah lingkungan. Pemanfaatan sorgum tidak hanya terbatas pada pakan ternak, tetapi juga sebagai bahan pangan
manusia.
Sorgum adalah tanaman serealia atau penghasil biji-bijian yang berkerabat dekat dengan padi dan jagung. Selain digunakan sebagai pakan ternak, tanaman yang berasal dari Afrika Timur ini juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan pangan pengganti nasi (kumparan.com).
Solusi ini pada dasarnya bisa saja dilakukan jika keinginan politik dari para pemangku kebijakan pun ada. Indonesia mempunyai tanah yang subur, sumber air yang melimpah dan jumlah penduduk dengan angkatan kerja yang banyak. Modal untuk terwujudnya negara yang swasembada pangan itu sudah dimiliki dengan memaksimalkan potensi lahan pertanian.
Namun faktanya, yang terjadi Indonesia makin bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan pangan, sementara nasib petani makin terpuruk. Jika kita melihat kondisi pertanian negeri saat ini sangat menyesakkan. Dibukanya keran impor membuat hasil panen petani bersaing dengan produk impor. Akhirnya usaha pertanian semakin ditinggalkan karena tidak menguntungkan. Alih fungsi lahan pertanian pun terus berlangsung.
Padahal pangan merupakan kebutuhan mendasar manusia untuk dapat mempertahankan hidup, kecukupannya merupakan hak yang harus dipenuhi. Dan pemenuhannya merupakan masalah yang seharusnya menjadi sasaran utama kebijakan suatu negara.
Melihat fakta di negeri yang menerapkan sistem kapitalis ini, pemerintah hanya berfungsi sebagai regulator dan fasilitator antara rakyat dan pemilik modal. Masalah pemenuhan pangan diserahkan kepada pasar (korporasi), sementara rakyat berjuang sendiri untuk mencukupi kebutuhannya. Hal inilah yang menyebabkan kedaulatan pangan hanya sebatas mimpi. Negeri yang terbelenggu oleh sistem ekonomi kapitalisme memang tak akan ada solusi bagi permasalahan, sebab konsep dasar kapitalisme adalah penjajahan yang tidak akan mungkin didapat keadilan di sisi manapun.
Ketahanan pangan hanya akan terwujud jika negara berdaulat, yaitu negara yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sudah saatnya kita beralih kepada sistem aturan yang lebih baik. Yaitu Islam, yang mewujudkan kedaulatan pangan tidak bergantung kepada asing.
Islam mewajibkan negara mengerahkan seluruh perhatian dan sumber daya alam untuk memastikan stok pangan tersedia. Sistem islam menjamin kebutuhan pangan agar bisa dijangkau oleh seluruh individu rakyat baik dengan mekanisme pasar maupun subsidi.
Dalam islam seorang pemimpin fokus pada amanahnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Imam (Khalifah) adalah rain (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).
Maka, syariat menetapkan, negara wajib menjamin ketahanan pangan melalui penyediaan lapangan pekerjaan bagi seluruh rakyat yang wajib bekerja, bagi pertanian, negara akan menetapkan kepemilikan negara dibagi untuk maslahat individu rakyat, semisal tanah, pemberian izin menghidupkan tanah mati, subsidi pupuk, peralatan produksi pertanian, pengaturan pengairan, pelatihan, hingga mendorong para ahli pertanian berinovasi terkait segala sesuatu yang mendorong terwujudnya pertanian mandiri.
Demikian syariat islam memberikan penyelesaian paripurna atas masalah ketahanan pangan dalam negeri. Namun solusi tersebut tentu tidak akan terwujud dan dapat dirasakan kemaslahatannya apabila tidak ada institusi yang memiliki aturan sempurna dan paripurna. Hanya sistem islam yang mampu melaksanakan syariat islam secara kaffah. Negara yang menerapkan sistem Islam akan menjamin ketahanan pangan rakyat sehingga kedaulatan pangan pun akan terwujud.
Wallahu a'alam bishawab