| 54 Views
Sistem Kapitalis Menjadikan GEN Z Sulit Untuk Memiliki Rumah

Oleh : Kiki Puspita
''Generasi Sandwich'' inilah istilah yang saat ini bisa menggambarkan beratnya beban yang harus dihadapi oleh para Gen Z saat ini. Gen Z menghadapi tantangan yang cukup besar untuk bisa memiliki rumah pada saat ini. Harga properti yang tinggi menjadikan para Gen Z kesulitan untuk mendapatkan rumah.
Dilangsir dari Jakarta (ANTARA) - Data terbaru dari Pinhome bersama YouGov menunjukan setidaknya ada 41 juta Orang di Indonesia yang masuk dalam kategori '' Generasi Sandwich'' atau 26 persen Gen Z. Dengan naiknya harga properti rumah akan membuat mereka sulit untuk memperoleh rumah, mengingat tingginya biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini saja sudah sulit.
Generasi Z pada saat ini banyak yang memiliki terlilit hutang karena mahalnya biaya pendidikan yang mereka jalani. Generasi Z juga harus menghadapi realitas ekonomi yang berbeda dengan pasar kerja, pertumbuhan upah yang lambat dan ketidakpastian ekonomi menjadikan para Gen Z juga sulit untuk bisa memiliki rumah. Bahkan baru-baru viral di berbagi media massa tagar hestek '' kabur aja dulu yok'' yang di ramaikan oleh Para Gen Z. Hal ini harusnya menjadikan Pemerintah sadar bahwa lapangan pekerjaan yang sulit, ditambah biaya untuk memenuhi hidup yang tinggi serta gaji yang diterima para Gen Z tidak layak menjadikan mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Kesulitan yang dihadapi para Gen Z ini merupakan buah dari diterapkannya Sistem Sekulerisme. Dalam Sistem ini untuk memiliki rumah harus memiliki NPWP dan SPT pajak penghasilan (PPh). Ini merupakan persyaratan yang memberatkan bagi masyarakat. Mengingat masyarakat miskin yang memiliki penghasilan yang sedikit bahkan tidak tentu akan sulit untuk mempunyai NPWP dan membayar pajak penghasilan.
Dengan persyaratan ini saja para Gen Z ketika tidak memiliki pekerjaan yang layak tidak akan bisa mengajukan diri untuk mendapatkan rumah yang bersubsidi. Program populis yang di buat pemerintah, Ini merupakan fakta yang harusnya menyadarkan kita bahwa Sistem kapitalis tidak mampu membantu para Gen Z untuk mencapai kesejahteraannya. Dana subsidi yang harusnya diterima rakyat justru mengalir kepada operator, baik bank-bank maupun pengembang properti. Operator dalam sistem Kapitalisme juga hanya menjalankan bisnis properti mereka untuk mencari keuntungan materi yang besar. Akhirnya rakyat jugalah yang menjadi korbannya.
Berbeda ketika Sistem Islam diterapkan. Konsep Islam akan memberikan masyarakat untuk memiliki rumah yang layak sesuai dengan syara' tanpa memberikan syarat yang memberatkan. Dalam Sistem Islam, agar masyarakat dapat memiliki rumah yang lapang, maka Islam memiliki aturan dalam politik pemenuhan rumah.
Dalam Sistem Islam, diwajibkan kepada laki-laki yang mampu untuk bekerja. Dalam hal ini, negara menyediakan lapangan kerja dengan gaji yang layak, sehingga masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Negara dalam Sistem Islam akan menyediakan lahan dan memudahkan masyarakatnya, terutama laki-laki untuk membeli material ataupun rumah dengan harga terjangkau.
Negara akan membangun industri yang diperlukan dalam pembangunan rumah, seperti industri pengolahan bijih besi, semen, dan sebagainya guna membantu masyarakat untuk dengan mudahnya memiliki hunian yang layak.
Bagi masyarakat yang tidak mampu, yaitu yang memiliki uang, tetapi tidak mencukupi untuk membeli rumah ataupun karena cacat, maka pengaturan Islam adalah diserahkan kepada keluarganya. Jika tidak ada keluarga, negara wajib menyediakan rumah dengan memakai harta milik negara atau harta milik umum dengan cara menyewakan, meminjamkan, atau menghibahkan. Jadi, tidak ada individu rakyat yang tidak memiliki rumah.
Dalam syariat Islam terkait lahan, Kalau seseorang sudah punya tanah, kemudian selama tiga tahun tanah tersebut tidak digarap atau ditelantarkan, maka akan diambil oleh negara untuk diberikan kepada yang tidak punya tanah. Artinya, ini memudahkan masyarakat untuk mendapatkan tanah yang nantinya bisa untuk dibangun rumah. Selain itu harta milik umum, seperti kayu dapat dimanfaatkan untuk membangun industri yang mendukung perumahan. Harta yang didapat dari pengelolaan ini akan dikembalikan lagi kepada rakyat, seperti untuk membangun sekolah, dan lainnya. Ditambah lagi, akad kepemilikan rumah menjadi lebih mudah dan tidak batil.
Waulohua'lam bissowab.