| 76 Views
Sekularisme Mendidik Generasi Makin Tak Waras

Oleh : Mulyaningsih
Pemerhati Masalah Anak & Keluarga
Publik kini dihebohkan dengan pemberitaan yang terkait dengan para pemuda. Bukannya pemberitaan yang bagus, justru yang tersaji adalah di luar nalar manusia. Sebagaimana dikutip dari salah satu laman nasional menyebutkan bahwa remaja 14 tahun (MAS) telah melakukan pembunuhan. Pelaku berdomisili di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. MAS diduga melakukan penusukan terhadap tiga orang keluarganya yaitu nenek, ayah, serta ibunya. Nenek dan ayah korban telah meninggal dunia, sementara ibunya mengalami luka berat. (suara.com, 30/11/2024)
Ini merupakan pukulan telak terhadap generasi. Bahkan mencoreng nama baik remaja. Pasalnya, remaja sebagai generasi penerus seharusnya melakukan aktivitas yang mendukung masa depan. Seperti belajar dengan giat, menuntut ilmu agama, dan yang lainnya. Namun, melihat kasus di atas tampaknya generasi saat ini sudah tak lagi menggunakan akalnya dengan baik. Orang tua yang telah membesarkan, memelihara, memberikan kasih sayang nyatanya tega dibunuh bahkan sampai meninggal dunia. Innalillahi wainna ilaihi roji'un. Memang setiap yang bernyawa akan menemui pada kematian, namun jika dibunuh maka lain lagi ceritanya.
Sedih sekaligus geram melihat fakta yang terjadi diatas. Sungguh tega sekali, anak tersebut menghabisi ketiga orang terdekatnya. Ini semua mengkonfirmasi kepada kita bahwa kapitalis sekuler telah berhasil mendidik generasi jauh dari Islam. Termasuk jauh pada aturan yang seharusnya diterapkan oleh seorang muslim. Berikut menggeser makna kebahagiaan yang seharusnya. Yaitu mendapatkan rida dari Allah, kini hanya berputar kisaran harta benda semata. Inilah hasil didikan nyata kapitalis. Tak hanya itu, mental generasi juga dibuat rapuh dan mampu mendektenya agar melakukan hal di luar akal manusia.
Berbicara soal generasi saat ini memang berada dalam lingkaran pesakitan. Keimanan mudah goyah oleh bujukan setan. Sebagaimana kasus di atas tadi. Padahal Allah telah membenci orang yang melakukan pembunuhan tanpa ada sebab.
Frman Allah Swt.
"Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (TQS. Al-Maidah [5]: 32)
Dalam ayat tersebut begitu jelas memberikan informasi kepada kita semua bahwa Allah melarang aktivitas membunuh orang tanpa alasan yang benar. Apalagi pembunuhan tersebut terhadap orang tua yang telah melahirkan, membesarkan, dan menjaga kita. Walaupun mereka membuat kesalahan besar, namun tidak semestinya dibunuh. Karena luar biasanya jasa kedua orang tua. Bahkan berkata 'ah' saja dilarang.
Islam perlu diambil untuk dijadikan acuan dalma kehidupan manusia. Apalagi bagi para generasi penerus bangsa. Mereka seharusnya tak hanya belajar Science saja, namun ilmu agama juga perlu ditekuni dan didalami agar menjadi kokoh keimanan. Sebagaimana para pendahulu kita yang telah menorehkan tinta kejayaan. Seperti panglima hebat lagi kuat Muhammad Al Fatih. Di usia mudanya telah giat belajar segala hal, termasuk ilmu agama. Dan ia berhasil menunjukkan kepada semua tentang janji Rasulullah saw. yaitu menaklukkan konstatinopel. MasyaAllah, begitu luar biasa serta heroiknya Al Fatih beserta pasukan yang mampu memukul mundur lawan yang notabenenya sangat kuat. Seharusnya generasi saat ini mau dan dengan kehendak sendiri untuk mau mengkaji ilmu-ilmu Islam. Tak lupa, itu adalah panggilan sebagai seorang muslim juga. Sebab, jika tak ada fondasi keimanan (akidah) maka gelaplah dunia. Bisa jadi kita tersesat dalam hiruk pikuk kemegahan dunia ini. Atau salah langkah yang akhirnya menimbulkan kegagalan.
Alhasil, Islam harus ditetapkan dalam kehidupan manusia. Tentunya agar langkahnya menjadi jelas dan mampu berbuat lebih untuk kemaslahatan umat. Menjadi pemain dalam melanjutkan estafet perjuangan, bukan sebagai penonton. Itulah yang seharusnya dipikirkan dan dilakukan oleh seluruh remaja saat ini. Wallahu'alam.