| 130 Views
Rusaknya Gen Z Dapat Diatasi Dengan Pola Pikir Islam

Oleh : Zuliyama, S. Pd. Relawan opini
Menurut data badan pusat statistik (BPS) tahun 2023, jumlah penduduk generasi Z adalah sekitar 60 juta orang atau sekitar 22% dari total populasi Indonesia. Jumlah ini tentu merupakan jumlah yang cukup besar dan cukup mempengaruhi keadaan suatu bangsa. Sayangnya, kita disuguhkan juga dengan fakta tentang berbagai masalah yang menimpa gen Z saat ini.
Dilansir dari timesindonesia.co.id yang memaparkan dari survei kesehatan Indonesia (2023) mengungkapkan depresi sebagai penyebab utama disabilitas pada remaja dengan generasi Z (15-24 tahun) tercatat paling rendah dalam mengakses pengobatan. Dikatakan bahwa kondisi ini dapat memicu peningkatan masalah sosial seperti bunuh diri dan penyalahgunaan zat terlarang. Selanjutnya, dilansir dari Kompas.id (24//10/2024), terdapat remaja yang bunuh diri di Bekasi yang juga merupakan gambaran kerapuhan mental remaja.
Sebab Rusaknya Generasi
Tak dapat dipungkiri bahwa gen Z memiliki modal besar sebagai agen perubahan. Sayangnya, hal ini mulai dipertanyakan ketika mereka malah terombang-ambing pada masalah yang dihadapinya. Lantas, mengapa masalah ini (gangguan mental) bisa menjamur dan menimpa generasi?
Sebagaimana dipaparkan pada channel youtube halodoc (25/11/2023), gangguan kesehatan mental dapat disebabkan oleh stres berat, genetik, kehilangan orang-orang terdekat, mengalami kekerasan dan pelecehan serta penggunaan obat-obat terlarang. Melihat dari beberapa penyebab tersebut, kita menyadari bahwa lingkungan masyarakat turut andil dalam masalah kesehatan mental generasi.
Masyarakat saat ini menerapan sistem sekularisme-kapitalisme yang menihilkan aturan agama dalam kehidupan dan hanya menjadikan materi sebagai tujuan utama suatu perbuatan. Maka tak heran jika telah tertanam dalam diri tiap individu pola pikir yang menjadikan materi sebagai pokok kebahagian. Nampaknya hal ini seperti sesuatu yang normal. Sayangnya pola pikir inilah pemicu adanya berbagai masalah yang menimpa gen Z.
Ketiadaan aturan agama dalam kehidupan membuat masyarakat tidak memiliki kontrol akan perbuatannya dan hanya bertindak berdasarkan hawa nafsu. Terlebih lagi tontonan yang menampilkan tayangan yang mengandung kekerasan dan pelecehan serta berbagai kemaksiatan lain membuat mereka terdorong melakukan hal yang sama. Akibatnya tak heran kita menemukan banyak kasus kekerasan berseliweran baik di lingkungan rumah tangga, sekolah, maupun lingkungan pekerjaan. Pelecehan pun seringkali terdengar menimpa banyak kalangan baik oleh orang tak dikenal hingga mirisnya juga dilakukan oleh keluarga mereka sendiri.
Selain itu, pengagungan materi oleh masyarakat membuat mereka mencarinya tanpa kenal lelah, bahkan sampai menghalalkan segala cara dan menimbulkan rasa tak aman maupun nyaman pada diri mereka. Kecanggihan dalam penyebaran informasi juga membuat adanya tren-tren di masyarakat yang masih berkaitan dengan materi, mulai dari tren hand phone model terbaru, hingga gaya pakaian kekinian yang pastinya menguras kantong. Bahkan saat ini juga marak terjadi pada banyak kalangan kata FOMO (fear of missing out), dimana mereka ingin selalu mengikuti tren-tren yang ada dan merasa khawatir jika melewatkannya. Tentunya ini akan menambah tekanan baru pada masyarakat saat ada ketidaksesuaian antara keinginan dan kemampuan yang dimilikinya terlebih pada situasi negara yang memilik banyak pengangguran. Maka dengan banyaknya hal yang terjadi pada masyarakat, bukan suatu hal yang aneh jika banyak yang terlibat pada gangguan mental.
Generasi butuh pola pikir Islam
Perilaku yang menyimpang tentunya akibat dari pola pikir yang salah juga. Maka saat ingin merubah seseorang ataupun masyarakat, tak cukup hanya dengan larangan atau penjagaan saja, melainkan harus dimulai dari merubah pemikirannya terlebih dahulu. Saat berbicara tentang manusia, maka tak ada yang lebih mengetahuinya melebihi pencipta manusia itu sendiri yaitu Allah azza wa jalla. Oleh karenanya, pemikiran masyarakat harus disesuaikan dengan wahyu Allah SWT. yaitu al Quran al karim atau berdasarkan syariat Islam. Allah berfirman pada QS Ali Imran:19: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam..."
Dalam islam, tiap individu akan diberikan pemahaman bahwa tujuan manusia diciptakan ialah untuk beribadah kepada Allah SWT. Pemahaman inilah yang akan menjadi standar dan pengontrol dari setiap perbuatan yang mereka lakukan. Allah berfirman Mereka juga akan menyadari bahwa setiap manusia akan mendapat ujian dan mereka akan diganjar pahala di sisi Allah dengan senantiasa bersabar dan ikhlas. Allah berfirman dalam QS Al-Mulk: 2 “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. Tapi tidak hanya memberikan ujian, melainkan disesuaikan dengan kesanggupan tiap hambanya. Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah:286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Maka dengan kedua ayat tersebut, tiap inividu akan senantiasa menjalankan tiap ujian dan yakin bahwa mereka bisa melaluinya. Hal ini juga sebagaimana yang terjadi pada sahabat Rasul, Bilal bin Bilal yang begitu tangguh saat menerima siksaan dari majikannya Umayyah bin Khalaf untuk mempertahankan keimananya. Begitupun dengan para sahabat Rasul lainnya yang rela meninggalkan hartanya di Makkah demi bisa berhijrah ke Madinah.
Dari sini dapat kita lihat bahwa saat masyarakat memiliki pola pikir Islam, maka tak akan ada kemaksiatan merajalela seperti kekerasan dan pelecehan hingga tercipta lingkungan yang sehat dan menghasilkan gen Z yang bebas dari gangguan mental. Sayangnya, untuk menanamkan pola pikir Islam yang benar, dibutuhkan peran negara sebagai pihak yang memiliki kekuatan untuk mengatur umat dan menjadi tugas setiap muslim untuk berjuang akan tegaknya sistem Islam ini. Wallahu a’lam bishawab.