| 183 Views

Rumah Moderasi Membahayakan Akidah Generasi/Mahasiswa

Oleh : Nurma
Mahasiswi UM Buton

Universitas Brawijaya (UB) melalui UPT. Pengembangan Kepribadian Mahasiswa (UPT. PKM) meluncurkan “Griya Moderasi Beragama” di Gazebo Raden Wijaya. (PrasetyaOnline, 13/12/2024)

Potensi konflik terkait isu agama, kerap bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. Kementerian Agama (Kemenag) berupaya mencegah terjadinya konflik berbau agama. Di antaranya melalui rumah moderasi beragama (RMB) yang didirikan di sejumlah kampus perguruan tinggi keagamaan Islam (PTKI). (JawaPos.com, 15/11/2024)

Berdasarkan fakta di atas, tampaknya pemerintah Indonesia ingin memastikan program moderasi beragama berjalan dengan baik pada Lembaga pendidikan. Kementerian Agama (Kemenag) yang menjadi leading sector program ini telah merilis buku pedoman Penguatan Moderasi Beragama yang menjadi panduan untuk lembaga pendidikan, baik di madrasah, sekolah, maupun perguruan tinggi dalam menerapkan nilai-nilai keagamaan yang moderat.

Adapun empat pedoman yang telah dirilis tersebut, ialah buku saku moderasi beragama bagi guru, buku modul pelatihan penguatan wawasan moderasi bagi guru, pedoman mengintegrasikan moderasi pada mata pelajaran agama, serta buku pegangan siswa. Institusi pendidikan dipandang sebagai salah satu ruang strategis dalam menanamkan penguatan moderasi beragama. Tidak hanya merilis buku pedoman penguatan moderasi beragama, Kemenag juga menjalankan berbagai program penguatan moderasi beragama lainnya yang menyasar anak usia dini hingga perguruan tinggi.

Sungguh luar biasa, betapa masifnya arus moderasi beragama sehingga semua jenjang pendidikan pun harus mendapatkan pola pengasuhan berbasis moderasi. Parenting kebangsaan dan wasathiyah justru memberikan pengajaran ide-ide liberal.

Moderasi Beragama di Sekolah

Dalam penguatan moderasi beragama di sekolah menekankan tiga hal, yaitu integritas, solidaritas, serta tenggang rasa. Kemenag pun telah melatih fasilitator moderasi beragama untuk membersamai implementasi moderasi beragama di Sekolah. Fasilitator nantinya yang kemudian akan memberikan pelatihan langsung kepada guru dan siswa serta mahasiswa pada daerah pilot project. Dengan adanya pengajaran moderasi beragama di sekolah, menjadikan tempat semakin menjauhkannya generasi muda dari Islam yang benar.

Moderasi Menyasar Pesantren

Dunia pesantren juga tidak lepasnya dari program moderasi beragama yang menelusup secara halus ke dalam UU Pesantren. Demikian strategisnya pengaruh dan peran pesantren di tengah umat sehingga pemerintah sangat berupaya keras agar pesantren bisa mencetak ulama-ulama moderat yang akan ikut andil dalam menggaungkan moderasi beragama ke masyarakat yang lebih luas.

Hanya satu kata yang dapat menggambarkan hal tersebut, yaitu prihatin. Seharusnya pesantren melahirkan ulama dan pejuang Islam yang mengajarkan kebenaran Islam dan membentengi umat dari berbagai pemikiran berbahaya, malah justru menjadikan ulama sebagai ujung tombak dalam penyebaran pemikiran sesat moderasi beragama.

Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi

Tidak jauh berbeda, pemerintah juga meminta kampus untuk mengawal dan mebersamai program moderasi beragama dengan melalui Rumah Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). Harapannya, dengan PTKIN ini dapat menjadi pusat pengembangan moderasi beragama. Oleh karenanya, mereka memaksa PTKIN agar menjadikan moderasi beragama sebagai salah satu topik utama dalam aktivitas belajar mengajar, riset, dan pengabdian masyarakat, dengan fokus pada kajian keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan.

Program ini juga mendorong para mahasiswa untuk turut menjadi agen moderasi. Selain itu, untuk untuk memberikan penguatan program moderasi di perguruan tinggi, Kemenag banyak membahas isu-isu terkait moderasi beragama, pluralisme, dan keragaman.

Dengan demikianlah, pemerintah telah menjalankan berbagai program penguatan moderasi beragama dengan sangat serius dan juga dengan topangan dana yang sangat besar, bahkan anggarannya pun naik hingga berkali-kali lipat jumlahnya pada tahun ini daripada tahun sebelumnya. Sungguh sangatlah miris, lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi wadah dalam  mendidik generasi dengan pemahaman Islam yang benar, justru menjadi tempat menyemai moderasi beragama.

Moderasi beragama merupakan pemikiran berbahaya yang mengancam generasi karena beberapa hal, yakni :

1.  Moderasi merusak keyakinan akan kebenaran Islam. Moderasi beragama berbahaya karena merusak keyakinan terhadap kebenaran Islam. Hal ini dikarenakan, moderasi beragama mengajarkan prinsip semua agama benar atau semua agama sama.

2.  Moderasi menciptakan krisis identitas dan islamofobia. Moderasi beragama sudah memperparah krisis identitas pada generasi muslim serta menciptakan islamofobia (ketakutan terhadap Islam). Karena memberikan rasa cemas mendapat cap radikal, bahkan tidak sedikit orang tua yang melarang anaknya mengaji. Bahkan, ada pula orang tua yang lebih memilih membiarkan anaknya melakukan aktivitas hura-hura yang mana jauh dari ajaran Islam daripada ikut kajian Islam.

3.  Moderasi mencetak generasi sekuler. Moderasi beragama merupakan cara halus untuk membuat generasi muslim menjadi sekuler. Melalui moderasi ini, ada penanaman di benak generasi bahwa syariat Islam bukan merupakan hal yang penting. Wallhasil, generasi muda pun tercekoki dengan pemahaman bahwa tidak perlu membenturkan pemahaman Islam terhadap ritual budaya lokal, seperti sedekah laut, festival kebudayaan, atau ritual budaya lainnya. Semua itu ialah keberagaman budaya lokal yang wajib dijaga demi kedamaian bersama meskipun itu mengajarkan kemusyrikan yang tentu saja bertentangan dengan ajaran Islam.

Pun pemerintah juga memaksa generasi muda menerima pemahaman bahwa tidak dapat menerapkan syariat Islam secara keseluruhan dalam kehidupan sehari-hari karena kita berada dalam sistem dan kehidupan masyarakat yang plural (beragam) dalam bingkai negara yang demokratis, maka syariat Islam hanya mampu diterapkan oleh individu, tidak bisa oleh negara.

Dengan demikian, moderasi beragama memberikan pengajaran kepada generasi muda untuk mengambil syariat Islam yang berhubungan dengan individu saja, seperti ibadah ritual dan akhlak saja, namun meninggalkan ajaran Islam yang mengatur urusan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yakni politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lain sebagainya. 

Inilah yang dinamakan dengan sekuler, yakni memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga tentu saja hal ini sangat bertentangan terhadap Islam, karena Islam memerintahkan setiap muslim untuk menjalankan syariat Islam secara keseluruhan (kaffah). Allah pun menyebut muslim yang tidak mau kaffah, sehingga hanya mengambil sebagian dari Al-Qur’an dan ingkar terhadap sebagian lainnya, sebagai orang yang hina di dunia dan akan mendapatkan azab yang pedih di hari akhir.

4.  Moderasi menghalangi pemahaman akan kesempurnaan Islam. Moderasi beragama sudah menghalangi generasi muda muslim dalam memahami kesempurnaan agama Islam. Terhalangi untuk belajar syariat Islam kaffah. Sehingga pada akhirnya, mereka hanya tahu wajibnya salat dan puasa, dan juga wajibnya bersikap jujur, amanah, dan akhlak mulia lainnya tanpa mengetahui wajibnya menegakkan kepemimpinan Islam, wajibnya menerapkan sistem ekonomi Islam, wajibnya menerapkan peradilan Islam, serta hukum-hukum Islam lainnya. Pun tidak tahu bahwa syariat Islam mampu menyelesaikan semua problematika kehidupan yang menimpa kaum muslim saat ini ketika tegak secara sempurna dalam sebuah institusi negara Islam, yaitu Daulah Khilafah.

5.  Moderasi adalah westernisasi. Moderasi beragama sejatinya merupakan proses pembaratan ataupun peniruan terhadap budaya Barat di segala aspek kehidupan. Dengan melalui 4F (fun, fashion, film, food), Barat terus mencokolkan ideologinya. Pemuda muslim banyak yang terjerat dalam virus westernisasi tersebut, sehingga mengagungkan segala sesuatu dari budaya Barat dan merasa rendah diri terhadap budaya Islam. Perilaku islami yang merupakan bagian dari budaya Islam seperti hal berpakaian, makan, dan sebagainya, justru mereka tinggalkan karena menganggapnya ketinggalan zaman.

Katakan Tidak pada Moderasi!

Generasi muda harus dilindungi dari bahaya moderasi beragama ataupun pemikiran kufur lainnya. Sehingga dengan demikian, diperlukannya memahamkan bahwa moderasi bukan berasal dari Islam, bertentangan dengan Islam, dan sangat membahayakan karena menjauhkan generasi dari ajaran Islam yang benar. Moderasi dibungkus dengan rapih seolah manis, membawa kebaikan dan juga kemaslahatan, namun sejatinya ia adalah racun yang dapat dengan mudah merusak generasi. Moderasi merupakan racun berkedok madu.

Hanya saja, dalam upaya melindungi generasi dibutuhkan peran serta seluruh komponen masyarakat. Seluruh pihak, baik negara, masyarakat, lembaga pendidikan serta keluarga harus berperan aktif dan turut ikut serta dalam melindungi generasi muda. Sehingga, semua ini tidak mungkin dapat terlaksana pada sistem kufur saatini, saat masyarakat dan negara justru semakin mengambil peran besar untuk merusak generasi.

Perlindungan yang menyeluruh terhadap generasi hanya dapat dilaksanakan jika syariat Islam terterapkan secara keseluruhan (kaffah) dengan sistem pemerintahan Islam, yakni Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Maka, sudah selayaknya perjuangan tegaknya Khilafah menjadi agenda umat Islam hari ini.

Wallahualam bissawab.


Share this article via

67 Shares

0 Comment