| 100 Views

Refleksi Hari Guru Dunia: Perlu Revitalisasi Guru

Oleh : Widya Rahayu
Lingkar Studi Muslimah Bali

“Lima Oktober diperingati sebagai Hari Guru Dunia. Peringatan tahun ini mengangkat tema *‘Valuing Teacher Voices: Towards a New Social Contract for Education’* (Menghargai Suara Guru: Menuju Kontrak Sosial Baru untuk Pendidikan). Tema ini diangkat untuk menyoroti pentingnya suara seorang guru. Pasalnya, suara para guru sangat diperlukan agar mereka dapat memberikan pembinaan dan memanfaatkan potensi terbaik dari setiap anak didiknya.” (Kompas.com, 2022)

Namun, meski peran guru sangat penting, kondisi di Indonesia memperlihatkan sebaliknya. Guru masih dihadapkan pada berbagai persoalan seperti gaji yang belum mensejahterakan, kurikulum yang tidak jelas, dan tekanan hidup yang tinggi. Bahkan, tata kehidupan sekuler yang mendominasi mempengaruhi perilaku sebagian guru hingga berujung pada tindakan kekerasan dan pelecehan terhadap siswa. (Tirto.id, 2022)

Dalam dunia pendidikan, guru memegang peranan sentral dalam membentuk karakter dan potensi siswa. Tema yang diangkat pada Hari Guru Dunia 2022 menekankan pentingnya mendengarkan suara guru, mengingat mereka adalah garda terdepan dalam pendidikan.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan ironi yang menyedihkan. Para guru di Indonesia tidak mendapatkan kesejahteraan yang layak, bahkan banyak di antaranya harus bekerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Gaji yang rendah menjadi salah satu faktor mengapa profesi guru sering dipandang sebelah mata.

Selain masalah kesejahteraan, kurikulum pendidikan di Indonesia sering kali berubah-ubah tanpa mempertimbangkan kesiapan guru dan dampaknya terhadap siswa. Kurikulum yang dirancang secara top-down ini kerap kali membingungkan guru, bahkan menjauhkan siswa dari nilai-nilai utama pendidikan, seperti karakter dan akhlak.

Di sisi lain, tekanan kehidupan yang semakin tinggi, ditambah budaya sekuler yang merajalela, memengaruhi jati diri para guru. Hal ini menyebabkan beberapa oknum guru terjebak dalam perilaku yang tidak pantas, seperti kekerasan dan pelecehan seksual terhadap siswa.

Kondisi pendidikan yang memprihatinkan ini seharusnya menjadi bahan refleksi mendalam, terutama dalam memperingati Hari Guru Dunia. Sejauh mana peran guru dihargai, bukan hanya dalam bentuk ucapan dan penghormatan seremonial, tetapi juga dalam bentuk kebijakan nyata yang memperbaiki kualitas hidup dan profesi mereka?

Budaya sekuler yang mendominasi sistem pendidikan saat ini telah mereduksi peran guru menjadi sekadar "faktor produksi" dalam sistem kapitalis.

Guru dianggap sebagai pekerja yang tugas utamanya adalah mencetak manusia-manusia yang siap bekerja di pasar tenaga kerja, bukan sebagai pendidik yang bertugas membentuk kepribadian anak didik secara menyeluruh. Hal ini mengakibatkan adanya jarak antara tujuan pendidikan dengan kesejahteraan guru, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas pendidikan itu sendiri.

Lebih parah lagi, tata kehidupan sekuler ini telah mengikis nilai-nilai moral dan agama dalam diri sebagian guru. Fenomena kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum guru mencerminkan krisis moral yang serius dalam sistem pendidikan kita.

Ironisnya, guru yang seharusnya menjadi teladan justru terjebak dalam perilaku yang merusak martabat profesi mereka. Ini menjadi bukti nyata bahwa sistem sekuler gagal memberikan landasan moral yang kuat bagi para pendidik.

Dalam Islam, posisi guru sangat dihormati dan dimuliakan. Guru tidak hanya berperan sebagai pengajar ilmu, tetapi juga sebagai pembentuk karakter dan kepribadian siswa.

Sistem pendidikan Islam menempatkan guru pada posisi strategis dalam membangun generasi yang berakhlak mulia, memiliki syaksiyah Islamiyah (kepribadian Islami), dan mampu menjadi agen perubahan di masyarakat.

Salah satu prinsip utama dalam sistem pendidikan Islam adalah memastikan kesejahteraan guru. Negara Islam (Khilafah) memiliki tanggung jawab untuk memberikan gaji yang layak dan memadai bagi para guru, sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan penuh dedikasi tanpa harus khawatir tentang pemenuhan kebutuhan hidup. Gaji yang memadai ini juga merupakan bentuk penghormatan negara terhadap peran vital guru dalam mencerdaskan generasi bangsa.

Selain itu, dalam sistem Islam, kriteria untuk menjadi guru sangat ketat. Guru harus memiliki syaksiyah Islamiyah yang kuat, yakni memiliki keyakinan yang kokoh terhadap ajaran Islam dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini penting karena tugas guru dalam Islam bukan hanya mengajar ilmu, tetapi juga membentuk akhlak dan kepribadian siswa agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah. Dengan kata lain, seorang guru dalam Islam adalah orang yang takut kepada Allah dan selalu menjaga integritas serta moralitasnya dalam mendidik.

Kurikulum pendidikan dalam Islam juga dirancang untuk membentuk manusia yang seimbang antara aspek spiritual, moral, dan intelektual. Kurikulum ini tidak akan berubah-ubah secara drastis tanpa pertimbangan, karena tujuannya adalah membentuk manusia yang berakhlak mulia dan mampu berkontribusi untuk kemaslahatan umat.

Dalam Islam, pendidikan bukan semata-mata untuk mencetak tenaga kerja, melainkan untuk membentuk generasi yang memahami tujuan hidupnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi.

Sistem Islam juga menekankan pentingnya hubungan yang harmonis antara guru, siswa, dan masyarakat. Guru tidak boleh terlibat dalam tindakan kekerasan atau pelecehan terhadap siswa, karena Islam mengajarkan bahwa setiap manusia, termasuk anak-anak, harus dihormati dan diperlakukan dengan penuh kasih sayang.

Islam melarang segala bentuk kekerasan, baik fisik maupun verbal, dalam proses pendidikan. Sebaliknya, Islam mendorong para guru untuk memberikan teladan yang baik, bersikap adil, dan memotivasi siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka.

Dengan menerapkan sistem pendidikan Islam, kita tidak hanya akan menghasilkan guru yang berkualitas, tetapi juga menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi pembentukan generasi yang berakhlak mulia, cerdas, dan berdaya saing. Hanya dengan revitalisasi guru berdasarkan prinsip-prinsip Islam, kita dapat memperbaiki kualitas pendidikan dan membangun masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.


Share this article via

32 Shares

0 Comment