| 123 Views
Ramadhan Raih Ketaatan Hakiki

Oleh: Erna Ummu Aqilah
Umat Islam di seluruh dunia telah bergembira dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Bulan penuh rahmat ampun sekaligus segala amal salih pahalanya dilipatgandakan.
Allah SWT telah memberikan anugerah di bulan mulia ini, dengan berbagai amalan salih yang akan mengantarkan kita ke derajat paling mulia, yakni takwa.
Namun di tengah kebahagiaan dalam menyambut bulan mulia ini, umat Islam dihadapkan dengan berbagai melambungnya harga kebutuhan pokok, yang bagi sebagian masyarakat menjadi barang mewah yang sulit didapatkan.
Namun kondisi seperti ini seolah sudah menjadi sebuah kewajaran, sehingga masyarakat tidak lagi kaget dan merasa terbiasa dengan kenaikan harga berbagai komoditas pangan menjelang Ramadhan.
Bagi orang yang berkecukupan tentu bukanlah masalah, namun bagi masyarakat menengah kebawah pasti berbeda, sebab untuk hidup sehari-hari saja mereka harus bekerja keras agar dapat memenuhi kebutuhannya.
Di sistem kapitalis sekuler saat ini, agama dijauhkan dari kehidupan sehingga menjadikan masyarakat jauh dari ajaran agamanya. Kesenjangan hidup antara sikaya dan simiskin semakin terlihat nyata, di mana sikaya bisa hidup dengan hura-hura sesuka hatinya, sedangkan simiskin semakin merana dan menderita.
Kondisi seperti ini akan terus terjadi selama kita jauh dari ajaran agama. Sikap individual, hedon, sombong, minim empati akan menghinggapi pola pikir masyarakat sekuler. Sebab mereka beranggapan kehidupan ini adalah miliknya, harta, tubuh, dan kedudukan yang dimiliki saat ini adalah hasil dari kerja kerasnya, sehingga dia berhak melakukan apapun yang dia sukai tanpa peduli dengan aturan Tuhannya.
Mirisnya pemikiran sekuler telah dipilih oleh masyarakat di seluruh dunia, sehingga dijadikan sistem dalam mengatur tatanan negara. Maka tidak heran jika mulai dari para pemimpin negeri hingga masyarakat menganut faham sekuler, yakni menjauhkan agama dari kehidupan.
Meskipun Indonesia mayoritas berpenduduk muslim, namun dalam mengatur urusan negara hukum Allah tidak dipilihnya. Mereka lebih memilih hukum dan aturan buatan manusia, yang bisa diotak-atik sesuai kebutuhan dan kesepakatan mereka. Sehingga kesempitan kesengsaraan dan kesukaran hidup terus dialami.
Kita tunduk pada Allah hanya dalam hal ibadah saja, tetapi ketika dalam urusan, muamalah, uqubat dan sanksi kita meninggal aturan Allah. Kita masih menjadikan hukum Allah seolah hidangan presmanan, jika kita suka kita ambil jika tidak suka kita tinggalkan.
Seharusnya momentum bulan suci Ramadhan kali ini mampu merubah kita menjadi pribadi yang bertakwa, sehingga tujuan dari puasa bisa tercapai. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 183 :
"Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."(QS Al-Baqarah ayat 183).
Takwa merupakan derajat tertinggi di hadapan Allah SWT. Maka harus diwujudkan dengan cara menjalankan semua perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, tanpa tapi tanpa nanti.
Takwa merupakan bentuk ketundukan hamba kepada Sang Pencipta yakni Allah SWT. Sebab kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang Allah titipkan kepada kita, baik itu, harta, ilmu, keluarga, kedudukan, bahkan tubuh kita pun akan ada pertanggungjawaban dihadapanNya.
Allah SWT telah mengingatkan kita semua : "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."(QS Al-A'raf :96).
Jadi selama kita masih menerapkan sistem sekuler maka kesulitan demi kesulitan akan terus kita alami, hanya dengan kembali ke jalan Allah lah kita akan hidup penuh dengan keberkahan, kebahagiaan dan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat kelak aamiin.
Wallahu alam bishshawwab.