| 49 Views

Ramadhan Bulan Mulia, Namun Kemaksiatan Tetap Merajalela Jika Sistem Islam Tidak Diterapkan

Oleh : Kiki Puspita

Dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta telah menerbitkan pengumuman Nomor e-0001 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Usaha Pariwisata pada bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025 M.

Dalam pengumuman itu, terdapat pengaturan mengenai operasi usaha pariwisata di Jakarta selama Ramadhan. Dimana terdapat beberapa jenis usaha pariwisata yang diwajibkan tutup selama H - 1 Ramadhan hingga H + 1 hari kedua Idul Fitri. Jenis usahanya adalah kelab malam, diskotek, mandi uap, rumah pijat dan arena permainan ketangkasan manual, mekanik atupun elektronik untuk orang dewasa serta bar/rumah minum yang terdapat pada kelab malam.

Meski demikian, terdapat pengecualian untuk jenis usaha pariwisata itu apabila diselenggarakan di hotel  bintang empat dan bintang lima, maka itu boleh diselenggarakan, ''khusus usaha kelab malam dan diskotik usaha kelab malam dan diskotik yang diselenggarakan menyatu dengan area hotel minimal bintang empat dan kawasan komersial, serta tidak berdekatan dengan pemukiman warga , rumah ibadah, sekolah, rumah sakit dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka satu,'' tulis pengumuman tersebut.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Semestinya dibulan yang penuh berkah ini kita harus menjadi hamba Allah yang lebih dekat lagi kepada Allah dengan memperbanyak amal ibadah. Namun dalam Sistem kapitalisme saat ini, kemaksiatan justru tetap berjalan dengan perlindungan dari UU yang dibuat negara.

Miris, Negara yang mayoritas penduduknya muslim  namun kemaksiatan bukannya dihilangkan mala diperhalus. Tempat hiburan malam, karaoke, biliar, diskotik dan lain sebagainya, meskipun ada pembatasan waktu dan jam untuk mereka beroperasional, namun fakta dilapangan dibeberapa daerah, Jakarta tetap beroperasi. Bahkan dilangsir dari  viva.co.id,27-02-2025 -- Banda Aceh, daerah yang kental dengan penerapan syariat Islamnya, kini tak lagi melarang tempat hiburan di saat Bulan Ramadhan. Dengan alasan agar para pelaku usaha tetap mendapat keuntungan. Hal ini sejatinya menunjukan adanya asas kemanfaatan, bukan ketaatan pada syariat.

Inilah rusaknya Sistem Kapitalisme saat ini, agama hanya diterapkan dalam urusan ibadah saja, sementara kehidupan ekonomi, sosial dan hukum yang mengatur adalah manusia. Wajar saja jika kemaksiatan tetap berjalan meskipun di bulan Ramadhan, bahkan dilegalkan. Kegagalan dalam pendidikan sistem sekuler menjauhkan nilai-nilai ketakwaan pada masyarakat.Masyarakat hidup bebas tampa takut akan dosa. Tak perduli halal atau haram, yang penting mereka dapat melakukan kegiatan apapun meskipun itu melanggar hukum syara'.

Saat kita kembali ke Sistem Islam, karena ketika Sistem Islam diterapkan maka landasan utama dalam semua aspek kehidupan, termasuk dunia hiburan dan pariwisata akan diatur sesuai dengan hukum syara'. Hiburan yang menjerumuskan kepada kemaksiatan akan di larang secara tegas. Tidak ada ruang kompromi atas nama ekonomi atau kebebasan individu, dalam pelanggaran hukum saya'.

Pendidikan dalam Sistem Islam akan membentuk individu yang bertakwa. Masyarakat dalam Sistem Islam akan memahami bahwa hidup bukan sekadar mengejar kesenangan dunia, tetapi untuk beribadah kepada Allah. Dengan kesadaran ini, masyarakat akan secara sadar menolak segala bentuk kemaksiatan, baik sebagai pelaku maupun penyedia jasa hiburan.

Masyarakat dalam Sistem Islam akan menyadari bahwa Ramadan adalah momen untuk memperkuat ketakwaan dan membersihkan diri dari dosa, bukan sekadar menahan lapar di siang hari dan membiarkan maksiat merajalela di malam hari. Umat muslim harus menyadari bahwa perubahan sejati hanya bisa terjadi dengan meninggalkan sistem sekular dan kembali pada syariat Islam secara kafah.


Selama sekulerisme masih bercokol, Ramadan tanpa perisai hanya akan menjadi bulan yang kehilangan makna. Maksiat tetap berjalan, meski dalam batasan yang diatur. Kini saatnya umat muslim sadar bahwa, kita harus menerapkan Sistem Islam agar  kehidupan  dalam ketakwaan bukan hanya sekedar ilusi, dan berjuang menegakkan aturan Allah sebagai perisai sejati dalam kehidupan ini. Hanya dengan syariat Islam secara kafah, Ramadan akan kembali menjadi bulan yang benar-benar suci, bukan sekadar tradisi tahunan yang kehilangan esensinya.

Wallahualam bissawab.


Share this article via

71 Shares

0 Comment