| 78 Views

Premanisme Tumbuh Subur dalam Sistem Kapitalisme

Oleh : Erida Sofhatul Jamil
Muslimah Pengemban Dakwah

Belakangan ini marak sekali aksi premanisme yang makin meresahkan masyarakat. Data dari laman Polri mencatat, hanya dalam waktu 1 sampai 9 Mei 2025 saja, sudah ada lebih dari 3.300 kasus premanisme yang berhasil diungkap di berbagai daerah. Bentuknya pun beragam. mulai dari pemerasan, pungutan liar, penganiayaan, ancaman, sampai penyebaran hoaks dan ujaran kebencian.

Di Jawa Barat, termasuk Subang, aksi premanisme sempat menghambat pembangunan pabrik mobil listrik BYD. Kasus ini sempat viral dan jelas berdampak negatif, terutama pada iklim investasi. Sementara di Jawa Timur, dalam waktu seminggu, ada ratusan kasus premanisme yang ditangani. Mulai dari penganiayaan, gangster, pemerasan, pungli, hingga bentrok antar kelompok dan kekerasan oleh oknum perguruan pencak silat.

Yang lebih memprihatinkan lagi, menjelang hari raya Idulfitri, muncul aksi premanisme berkedok ormas. Mereka memaksa perusahaan untuk memberi THR, bahkan sampai mengancam akan menyegel pabrik. Hal seperti ini jelas membuat para pengusaha tidak nyaman. Dulu THR itu bentuk kepedulian, sekarang malah jadi ajang pemaksaan.

Sekarang, aksi-aksi seperti tawuran dan kekerasan kelompok sering melibatkan senjata tajam, dan ini sangat berbahaya bagi keselamatan masyarakat. Premanisme seperti ini tidak bisa dibiarkan. Perlu langkah tegas dari aparat, tapi juga kesadaran bersama dari masyarakat untuk mencegah budaya kekerasan ini terus berkembang.

Premanisme, Kekerasan yang Dibiarkan

Premanisme adalah gaya hidup yang cenderung menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Fenomena ini mulai tumbuh subur sejak masa Orde Baru, ketika kondisi ekonomi makin sulit dan pengangguran meningkat tajam. Banyak orang akhirnya mencari jalan pintas untuk bertahan hidup, termasuk dengan cara-cara yang melanggar hukum seperti pemerasan, ancaman, dan kekerasan fisik.

Premanisme erat kaitannya dengan dunia kriminal. Biasanya muncul karena gagalnya penyelesaian masalah secara damai, rendahnya kemampuan mengendalikan emosi, hingga akhirnya berujung pada tawuran, pemukulan, bahkan penyerangan dengan senjata tajam. Kini, premanisme berkembang lebih rapi dengan membentuk kelompok atau ormas yang seolah-olah legal, padahal di baliknya menyimpan ancaman.

Ada beberapa faktor yang memicu premanisme. Pertama, karena desakan ekonomi. Banyak orang mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang, mulai dari memalak, mencuri, hingga melakukan kekerasan. Ketika hidup terasa sempit dan pekerjaan sulit didapat. Sebagian orang yang lemah iman bisa tergoda melakukan kejahatan. Masalah perut sering kali membuat orang lupa diri. Maka, jika kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi, angka kejahatan pun bisa ditekan.

Kedua, lemahnya peran negara dalam memberikan rasa aman. Kadang, tindakan premanisme bukan hanya dilakukan oleh masyarakat biasa, tapi juga muncul dari kalangan berpengaruh—termasuk dalam proses penggusuran paksa yang tidak melibatkan pendekatan dialog, bahkan dilakukan secara kasar oleh aparat. Premanisme tidak memandang status; siapa pun yang menggunakan kekerasan untuk memaksakan kehendak, baik itu individu, ormas, atau aparat, tetap harus ditindak tegas oleh hukum.

Premanisme dan Akar Masalahnya

Meski pemerintah telah membentuk Satgas Penanganan Premanisme dan Ormas, banyak pihak meragukan efektivitasnya. Soalnya, premanisme bukan muncul tiba-tiba, tapi merupakan buah dari sistem hidup sekuler kapitalisme. Sistem ini telah menciptakan jurang kemiskinan, lapangan kerja yang sempit, serta kesenjangan sosial yang makin tajam.

Kapitalisme menempatkan negara sebagai pelayan kepentingan pemilik modal, bukan pelindung rakyat. Akibatnya, kebutuhan dasar masyarakat seperti pangan, pendidikan, dan kesehatan jadi mahal dan sulit diakses. Kondisi ini memaksa sebagian masyarakat mencari nafkah dengan cara instan, bahkan melanggar hukum. Ditambah lagi, kesenjangan ekonomi memicu stres dan rasa ketidakadilan yang bisa berujung pada kekerasan dan kriminalitas, termasuk premanisme.

Solusi Islam Berantas Premanisme

Islam menawarkan solusi komprehensif dan mendasar:

Pertama, membangun ketakwaan individu dan masyarakat lewat sistem pendidikan berbasis akidah Islam.

Kedua, menghidupkan budaya amar ma’ruf nahi mungkar agar masyarakat saling menasihati dalam kebaikan.

Ketiga, menerapkan sistem sanksi Islam yang tegas dan adil, baik dalam bentuk jinayah, qisas, maupun takzir, sesuai kadar kejahatannya. Penetapan sanksi takzir menjadi wewenang khalifah atau hakim yang mempertimbangkan kondisi pelaku dan konteks kejahatannya.

Keempat, negara juga wajib mengoptimalkan peran aparat hukum melalui lembaga khusus yang menjaga keamanan dalam negeri. Dalam sistem Khilafah, hal ini diatur oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri yang bertugas mencegah dan menindak segala bentuk gangguan keamanan.

Dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh, negara akan mampu menciptakan kondisi yang aman, adil, dan menyejahterakan rakyatnya. Premanisme pun bisa dicegah dari akar, bukan sekadar dipadamkan di permukaan.

Wallahualam bissawab


Share this article via

11 Shares

0 Comment