| 29 Views

Premanisme Meresahkan, Kegagalan Negara Dalam Memberikan Rasa Aman

Oleh: Mimin Aminah
Ibu Rumah Tangga, Ciparay Kab. Bandung

Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, menegaskan aksi aksi Premanisme berkedok Organisasi Masyarakat (Ormas) sudah menjadi sorotan Presiden Prabowo Subianto. "Jadi pak Presiden, pemerintah betul-betul resah" kata Prasetyo ketika ditanya terkait Satgas Terpadu Operasi Penanganan Premanisme dan Organisasi Kemasyarakatan(Ormas) di Komplek Istana Kepresidenan jum'at (9/5/25). Pasalnya aksi Premanisme yang dibungkus melalui Ormas ini sudah menciptakan keresahan, juga tidak menciptakan iklim bisnis yang kondusif alhasil, lanjut Prasetyo, Presiden sudah berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung dan Kepolisian untuk mencari jalan keluar terkait Ormas yang meresahkan, ia menyebut salah satu upaya yang akan dilakukan seperti melakukan pembinaan kepada Ormas (CNCB 9/5/25). 

Sementara itu Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni saat memimpin kunjungan kerja (kunker) Komisi III DPR ke Polda Metro Jaya meminta polisi menindak tegas berbagai bentuk premanisme sebab perbuatan tersebut dinilai sangat mengkhawatirkan dalam beberapa waktu belakangan ini (Metrotvnews.com 8/5/25). Masyarakat kembali dihadapkan pada fenomena premanisme yang meresahkan, terutama menjelang hari-hari besar keagamaan seperti hari Raya Idul Fitri, permintaan THR oleh Premanisme yang tadinya sukarela berubah menjadi keharusan membuat resah dan tidak nyaman karena tidak jarang mereka melakukan kekerasan, pemalakan, intimidasi, jika keinginannya tidak terpenuhi.

Premanisme kini mulai berkembang, makin kreatif, yang dulunya individual sekarang berkelompok bahkan dibungkus melalui Organisasi Kemasyarakatan (Ofmas). Penyebab premanisne adalah cara pandang masyarakat yang dipengaruhi ide Sekulerisme Kapitalisme yang menjauhkan agama dari kehidupan dan memandang kebahagian berdasarkan pencapaian materi menghasilkan masyarakat  yang egois dalam mencapai materi. Maka ketika lapangan kerja sulit didapat, sedangkan kebutuhan hidup mendesak, dan himpitan ekonomi semakin berat membuat banyak individu mencari jalan pintas untuk mendapatkan uang, diantaranya dengan melakukan pencurian, perampokan, memalak. Kesulitan mencari nafkah dan sempitnya lapangan kerja menjadi pemicu aksi premanisme dan kriminalitas merajalela, disamping itu tidak optimalnya peran negara dalam pengamanan dan melindungi masyarakat dari kejahatan ditambah dengan hukum yang lemah dan tidak menjerakan, semua itu akibat diterapkannya sistem Demokrasi Kapitalisme.

Berbeda dengan sistem Islam, yang memiliki konsep hidup komprehensip dalam menyelesaikan  persoalan kehidupan termasuk Premanisme, dimulai dengan ketakwaan individu, masyarakat sebagai kontrol sosial yang terbiasa melakukan amar ma'ruf nahi munkar saling menasehati dalam kebaikan dan juga menegur dan mengingatkan jika ada yang melanggar syariat Islam, optimalnya aparat penegak hukum dalam menjaga keamanan ketertiban masyarakat ditambah dengan sistem sanksi Islam yang tegas dan menjerakan dan sanksi untuk premanisme ditetapkan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya. Jika pelaku melakukan penganiayaan maka ia akan dikenai jinayah, jika pelaku melakukan pembunuhan bisa dijatuhi hukum qisos namun jika kejahatannya terkatagori takzir sanksinya ditetapkan berdasarkan intih khalifah atau qadi (MuslimahNews.com 12/5/25).

Dengan sistem sanksi yang tegas serta fungsi aparat hukum secara optimal, keamanan dan kenyamanan masyarakat akan terjamin. Negara menjalankan fungsi riayah dengan memastikan penerapan syariat Islam kaffah terwujud sempurna. Dalam sistem Islam, aksi premanisme dan tindak kriminal lainnya dapat dicegah dan ditangani dengan baik. Tidak ada sistem sanksi yang lebih baik dalam menangani kejahatan selain dari sanksi yang bersumber dari ketetapan Allah SWT. Dengan penerapan syariat Islam Kaffah aksi Premanisme dan tindak kriminal dapat dicegah dan ditangani.

Wallahu a'lam bish shawwab.


Share this article via

12 Shares

0 Comment