| 9 Views

Preman Berkedok Ormas: Utopia Keamanan Era Kapitalisme

Oleh: drh. Siska Pratiwi

Dilansir dari Tempo.co, Polres Metro Jakarta Pusat telah menangkap 9 tersangka aksi premanisme dari sejumlah organisasi masyarakat (ormas) pada 12 mei 2025. Salah satu modus premanisme di Thamrin City dan Monumen Nasional (Monas) yaitu meminta uang dengan memaksa para pengunjung  memarkirkan kendaraannya. Adapun salah satu ormas yang terlibat adalah Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya yang dipimpin Jaya Rosario de Marshal alias Hercules.

Kasus serupa terjadi di Jawa Tengah. Dilansir dari Kompas.com, Polda Jateng menangkap anggota hingga pimpinan ormas yang terlibat premanisme di wilayahnya. Salah satunya, penangkapan ketua ormas Pemuda Pancasila (PP) Kab. Blora, Mbah Mun, pada 17 mei 2025.

Maraknya aksi premanisme yang semakin "kreatif" dengan berkedok ormas ini, memunculkan keresahan dan tentunya mengganggu ekosistem bisnis di masyarakat. Dalam siaran persnya pada 9 mei 2025, Kemenko Polhukam RI menyebutkan bahwa dalam 10 hari Polda dan Polres Banten telah mengamankan 492 pelaku premanisme terafiliasi ormas, dengan 63 diantaranya diproses penyidikan dan sisanya diberikan pembinaan.

Lemahnya ketegasan hukum terhadap para pelaku premanisme dan realita kemiskinan struktural di masyarakat yang dibalut cara pandang kapitalistik, telah menjadi faktor menjamurnya aksi premanisme. Baik individu maupun masyarakat terdorong untuk menghalalkan segala cara demi mendapatkan materi secara instan. Sehingga bisa dikatakan bahwa rasa tenang dan aman adalah utopia di era penerapan kapitalisme.

Sementara dalam pandangan Islam, aksi premanisme tergolong dalam pelanggaran hukum syara' dan dapat dijatuhi sanksi yang tidak hanya tegas, tapi juga memberi efek jera, sehingga masyarakat tidak sekedar merasakan keamanan yang semu. Adapun peran ormas, bukanlah ajang untuk "mengintimidasi" masyarakat, melainkan wadah kemaslahatan dan koreksi atas penguasa.

Wallahu a'lam bishawab


Share this article via

10 Shares

0 Comment