| 28 Views
Prabowo: Evakuasi Pengungsi Gaza ke Indonesia , Solusikah?

Oleh: Santi Villoresi
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato di hadapan anggota Parlemen Turki, Ankara, Kamis, 10 April 2025. Telah menegaskan bahwa evakuasi seribu pengungsi Gaza ke Indonesia bukanlah tindakan relokasi seperti yang ramai disebutkan tetapi hanya bersifat sementara dengan tujuan kemanusiaan.
Ia mengatakan rencana evakuasi adalah tawaran dari pemerintah RI untuk membantu masalah kemanusiaan rakyat Palestina. Rencana evakuasi juga harus disetujui semua pihak.
“Nanti saya akan ketemu dengan pimpinan-pimpinan dari Palestina juga bagaimana cara nanti pelaksanaannya,” ucap Prabowo.
Menteri Luar Negeri Sugiono juga ikut membantah pemerintah Indonesia akan merelokasi warga Gaza. Ia pun meluruskan pernyataan Presiden Prabowo Subianto soal mengevakuasi rakyat Palestina yang terluka. Dia menegaskan evakuasi dilakukan untuk membantu anak-anak dan ibu hamil agar hidup aman. Tindakan itu dilakukan sebagai bentuk kemanusiaan dan bukan relokasi.
Dan harus mendapatkan persetujuan sejumlah negara yang berkepentingan mengenai perdamaian di Palestina. Karena itu, Presiden Prabowo Subianto akan menyampaikan rencana evakuasi warga Gaza dalam lawatannya ke sejumlah negara Timur Tengah. Prabowo akan berkonsultasi mengenai upaya membantu warga Palestina.
Sayangnya rencana baik presiden kita ini ditolak Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas. Ia menyebut rencana pemindahan warga Palestina untuk keluar dari Gaza merupakan ide Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang didukung Israel. "Pertanyaannya, untuk apa indonesia ikut-ikutan mendukung rencana Israel dan Amerika tersebut?" kata Anwar dalam keterangan tertulisnya pada Rabu, 9 April 2025.
Ia menyinggung soal keinginan Israel dan AS untuk mengosongkan Gaza sehingga Israel bisa lebih leluasa menduduki dan menguasai wilayah tersebut. Dengan demikian, menurut Anwar, Israel bisa menempatkan warga negaranya ke Gaza yang telah mereka duduki.
Ia juga khawatir jika dalam waktu tertentu Gaza akan menjadi bagian dari Israel Raya yang selama ini AS dan Israel cita-citakan. Ia mencontohkan apa yang terjadi pada Yerusalem. "Dahulu Yerussalem dikuasai oleh rakyat Palestina. Sekarang kota tersebut sudah diduduki oleh Israel," ujarnya.
Anwar juga mengingatkan soal klaim Israel yang menyebut Yerussalem sebagai ibu kota negaranya.
Nasib Palestina masih terus di ujung tanduk. Usai gencatan senjata Hamas dengan entitas Yahudi pada pertengahan Januari lalu, militer Yahudi masih melakukan serangkaian operasi militer. Kini mereka mengalihkan serangannya ke Tepi Barat. Sekitar 70 warga Palestina tewas dalam serangan beberapa waktu lalu. Serangan ini menandakan entitas Yahudi tidak pernah bersungguh-sungguh menjalankan perjanjian gencatan senjata.
Ancaman terhadap Palestina juga datang dari Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump berencana untuk menguasai Gaza dan merelokasi penduduknya ke sejumlah negara, seperti Mesir, Yordania, dan Indonesia.
Dilansir dari The Jerusalem Post, utusan Donald Trump untuk Timur Tengah, Steve Wifkoff, pada Minggu (19-1-2025) mengatakan bahwa Trump ingin merelokasi setidaknya dua juta warga Gaza ke Indonesia. Rencana relokasi warga Gaza ke Indonesia disebut sebagai upaya Trump untuk mempertahankan gencatan senjata Israel-Hamas.
Trump beralasan, Gaza sudah tidak bisa lagi dihuni oleh warga karena tidak aman dari peperangan. Mereka perlu direlokasi ke tempat lain secara permanen agar bisa bahagia. Ia beralasan, warga kembali ke Gaza karena penduduknya tidak mempunyai alternatif tempat hunian. Itulah sebabnya Pemerintah Amerika Serikat meminta agar ada negara lain yang bersedia menampung penduduk Gaza.
Tahap selanjutnya, Trump berencana untuk mengambil alih Gaza. “AS akan mengambil alih dan mengelola Gaza secara efektif. Kami akan memiliki kendali penuh dan bertanggung jawab untuk membersihkan semua senjata dan bom yang belum meledak,” ujar Trump.
Ia berfantasi bahwa Gaza akan menjadi kawasan hunian dan wisata untuk semua orang di dunia. Presiden AS ke-47 ini juga mengancam, ’neraka akan pecah’ di Gaza jika Hamas tidak segera membebaskan seluruh tawanan entitas Yahudi sebelum Sabtu, 15 Februari 2025. Ia juga mendesak agar entitas Yahudi membatalkan gencatan senjata.
Sebenarnya ambisi jahat AS dan Trump untuk mencaplok wilayah Palestina sudah berlangsung sejak pertama kali ia menjadi Presiden Amerika Serikat pada periode 2017-2021. Saat itu, Donald Trump secara tegas mendukung agar Yerusalem menjadi ibukota negara Yahudi. Kemudian untuk memberikan tekanan lebih besar lagi kepada penduduk Palestina, Amerika Serikat memotong semua pendanaan untuk badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA pada 2018.
Kemudian pada 2019, Trump membalikkan kebijakan AS selama puluhan tahun dan mengatakan bahwa Dataran Tinggi Golan yang diduduki adalah wilayah Israel. Melalui Menteri Luar Negerinya, Mike Pompeo, AS dengan keras menyatakan bahwa “pendirian permukiman sipil Israel di Tepi Barat tidak bertentangan dengan hukum internasional”.
Begitulah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan presiden-presiden mereka, terutama Donald Trump. AS secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap penjajah zion*s Yahudi untuk terus mencengkeramkan kuku tajamnya atas Palestina.
Evakuasi Bukan Solusi
Oleh sebab itu, rencana evakuasi penduduk Gaza adalah makar berbahaya yang wajib ditentang. Pandangan sebagian muslim bahwa penduduk Gaza memang wajib berhijrah dari negerinya karena teraniaya juga pendapat yang batil. Pendapat ini justru mendorong pencaplokan wilayah Palestina lebih luas lagi.
Sesungguhnya Allah Swt. telah mengizinkan kaum muslim untuk berperang mempertahankan diri, harta, dan negeri mereka dari serangan musuh. Allah Swt. berfirman, “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa untuk menolong mereka itu.” (QS Al-Hajj [22]: 39).
Setelah turun ayat-ayat jihad, kaum muslim diperintahkan untuk memerangi musuh-musuh mereka yang hendak menyerang dan merampas Tanah Air mereka. Kaum muslim pun diperintahkan untuk mengusir musuh-musuh mereka itu sebagaimana mereka mengusir kaum muslim. Allah Swt. berfirman, “Perangilah mereka di mana saja kalian jumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 191).
Perintah berjihad untuk mengusir penjajah bukan saja berlaku bagi penduduk yang terjajah, tetapi juga bisa meluas kepada kaum muslim di sekitarnya. Syekh Said bin Ali Wahf al-Qahthani dalam kitab Al-Jihâd fî SabîlilLâh menjelaskan, ”Jika musuh telah memasuki salah satu negeri kaum muslim, fardu ’ain atas penduduk negeri tersebut untuk memerangi musuh dan mengusir mereka. Juga wajib atas kaum muslim lainnya untuk menolong negeri itu jika penduduknya tidak mampu mengusir musuh. Hal itu dimulai dari yang terdekat, lalu yang terdekat.” (Al-Qahthani, Al-Jihâd fî SabîlilLâh Ta’âla, hlm. 7, Maktabah Syamilah).
Oleh karena itu, bentuk dukungan kaum muslim terhadap penduduk Palestina bukanlah dengan mendorong evakuasi apalagi sampai direlokasi. Kewajiban umat muslim yang mesti ditunaikan saat ini adalah membuka perbatasan negeri-negeri mereka untuk mengirimkan bantuan logistik, seperti pangan dan obat-obatan untuk warga Gaza. Juga menyediakan penampungan sementara untuk para lansia, wanita, dan anak-anak. Inilah implementasi perintah Allah Swt., “Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini, kalian wajib menolong mereka.” (QS Al-Anfal [8]: 72).
Rasulullah saw. juga mengingatkan kaum muslim untuk senantiasa membantu saudara seiman yang dilanda kesusahan. Sabda beliau, “Siapa saja yang menghilangkan satu kesulitan dari seorang mukmin ketika di dunia, Allah akan melepaskan ia dari kesulitan di akhirat.” (HR Muslim).
Berikutnya, kewajiban terbesar dan paling vital yang harus dilakukan kaum muslim adalah mengirimkan pasukan militer untuk membebaskan Palestina dari penjajahan kaum Yahudi. Perintah jihad telah diturunkan Allah Swt. untuk memerangi kaum kufur yang memerangi kaum muslim. Allah Swt. berfirman, “Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah ia secara seimbang dengan serangannya terhadap kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 194).
Langkah inilah yang harusnya dilakukan oleh para pemimpin negeri-negeri muslim. Inilah solusi tuntas atas persoalan yang terjadi di Palestina.
Umat harus memahami bahwa Palestina adalah persoalan kaum muslim. Bukan semata-mata masalah bagi penduduk Gaza maupun Tepi Barat. Krisis yang terjadi di sana bukanlah krisis bangsa Palestina, juga bukan semata-mata krisis kemanusiaan. Ini adalah musibah yang menimpa kaum muslim. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Perumpamaan kaum mukmin dalam perilaku saling mencintai, berkasih sayang, dan tolong menolong di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika ada satu bagian tubuh mengalami sakit, sekujur tubuh ikut merasakannya dengan tidak dapat tidur dan merasakan demam.” (HR Muttafaq ’alayh).
Tanah Palestina adalah Tanah Air kaum muslim sejak era Khilafah Umar bin al-Khaththab ra.. Haram membiarkan tanah ini dicengkeram oleh penjajah zionis Yahudi. Mengevakuasi apalagi relokasi pengungsi Palestina ke negeri-negeri lain adalah tindakan yang haram. Ini sama artinya dengan memberikan tanah kaum muslim secara cuma-cuma kepada kaum penjajah.
Kaum muslim juga harus menolak semua kebijakan yang menjadikan wilayah Palestina berada di bawah kendali pihak asing, termasuk PBB sekalipun. Resolusi PBB 181/1947 telah menjadikan Yerusalem sebagai wilayah yang berada di bawah kewenangan internasional. Keputusan PBB ini adalah makar dari negara-negara Barat yang ingin melepaskan status Yerusalem sebagai bagian dari negeri kaum muslim.
Ironisnya, hari ini para penguasa negeri-negeri muslim justru memperlihatkan sikap tunduk pada kecongkakan negara-negara Barat. Alih-alih mengirimkan pasukan untuk berjihad mengusir entitas Yahudi, para penguasa muslim malah merendahkan diri mereka sendiri di hadapan zionis Yahudi dengan menawarkan perdamaian. Padahal Allah Swt. telah mengingatkan dengan firman-Nya, “Janganlah kalian lemah dan meminta untuk berdamai, padahal kalian lebih unggul (di atas mereka). Allah pun bersama kalian dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amal kalian.” (QS Muhammad [47]: 35).
Dukungan Trump terhadap zion*s Yahudi seharusnya menjadi pelajaran bahwa umat membutuhkan kekuatan besar untuk menjaga dan melindungi mereka. Jelas, umat memang membutuhkan Khilafah yang dipimpin seorang khalifah. Khalifah inilah pemimpin kaum muslim sedunia yang akan menjadi junnah (perisai) untuk melindungi mereka. Rasulullah saw. telah bersabda, “Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakangnya kaum muslim berperang dan berlindung.” (HR Al-Bukhari Muslim).
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.