| 76 Views

Popularitas, Bukan Kriteria Pemimpin

Penulis : Nurul Khotimah 
Ibu Rumah Tangga 

Suhu politik jelang pilkada serentak semakin panas. Berbagai langkah manuver politik dilakukan berbagai partai politik untuk mendulang suara.

Dadang Supriatna dipastikan maju kembali di pilkada 2024, dengan didampingi oleh sosok artis Ali Syakieb. Pengesahan secara resmi pasangan Dadang Supriatna dan Ali Syakieb dilampirkan melalui form B1-KWK dari DPP PKB melalui DPW PKB Jawa Barat, di kantor DPW PKB Jawa Barat, Rabu,(7/7/2024). (detik.com,18 Juli 2024)

Pasangan ini diusung langsung oleh koalisi Bandung Bedas yang beranggotakan PKB, Nasdem, Demokrat, Gerindra, PAN.
Koalisi ini meyakini bahwa pasangan Dadang Supriatna dan Ali Syakieb bisa melakukan percepatan dan akselerasi kepada masyarakat.  

Pasangan tersebut diharapkan dapat terus mengembangkan program yang telah digagas pada periode sebelumnya. Yaitu mempertahankan semua program yang sudah disetujui dan memberikan kemudahan pada masyarakat. Selain itu pasangan tersebut juga diharapkan dapat menambah lagi program- program yang bisa menuntaskan isu kesenjangan sosial, kesejahteraan, pengangguran, guru-guru ngaji, juga para petani.

Selanjutnya, cara menarik perhatian masyarakat adalah dengan menggandeng artis yang akan mendampingi kepala daerah. Dengan modal popularitas, tak perlu modal banyak untuk menarik simpati masyarakat.

Jika landasan pencalonannya  hanya sebatas dikenal khalayak tanpa memperhatikan kredibilitas dalam memimpin dan menjalankan amanat sebagai pengurus urusan rakyat, maka jangan harap kepemimpinannya akan mampu menyuarakan kepentingan rakyat. Apalagi jika artis yang dicalonkan tidak memiliki cukup pengetahuan tentang politik dan isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat. Sejauh ini hanya segelintir publik figur yang memiliki kapabilitas di dunia politik, sehingga benar-benar mampu menyerap dan mewakili aspirasi rakyat.

Pencalonan artis juga sebagai asas manfaat bagi partai politik untuk lebih memudahkan masyarakat memilih yang mereka kenal dan menjadi alternatif bagi masyarakat yang kebingungan dalam memilih caleg. Soal kapabilitas, kurang diperhatikan karena keterbatasan informasi tentang caleg yang tersedia.

Sementara bagi artis yang hanya mengandalkan popularitas dan materi, menjadi caleg adalah cara paling mudah untuk memperoleh jabatan dengan bayaran menggiurkan.

Saat ini, pemikiran kapitalisme telah lama merasuki masyarakat. Segala sesuatu harus ada keuntungannya. Bagi yang mempunyai modal besar untuk menjadi caleg, itulah yang berpeluang menang.
Semua proses politik ini terjadi akibat diterapkannya sistem kapitalisme yang lama bercokol di negeri ini.

Sistem kapitalisme yang berasaskan sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) meniscayakan seorang menggunakan berbagai cara agar mencapai tujuan tanpa mengindahkan aturan Islam. Maka wajar jika banyak  parpol yang menggandeng publik figur demi meraup suara rakyat. Lantas bagaimana menurut Islam?
            
Dalam Islam, pemimpin bukan hanya sekedar dikenal khalayak, namun pemimpin harus memiliki kredibilitas (Qudwah Hasanah) dalam menjalankan amanat kepemimpinan dan memiliki kemampuan dalam mengurusi urusan rakyatnya berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt..
Ketakwaan sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin.

Pemimpin yang bertakwa akan selalu berjalan lurus sesuai syariat Islam dan berusaha dengan segala daya, upaya untuk menerapkan hukum-hukum Allah Swt.. Karena ia memahami bahwa kepemimpinan adalah amanat yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Dalam kitab As Siyasah Asy-Syar'iyyah, imam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa kekuasaan/kepemimpinan memiliki 2 kriteria utama yaitu kekuatan (Al-Quwwah) dan amanah (Al-amanah).
Maksud dari Al quwwah adalah kapabilitas dalam semua urusan baik urusan peperangan, pemerintahan, serta kemampuan dalam menerapkan syariat.

Dalam Islam, kepemimpinan dijalankan sebagai tanggungjawab dunia dan akhirat. Ia akan menjaga agama rakyatnya supaya tetap dalam akidah dan ketakwaan kepada Allah Swt.. Ia juga wajib memelihara agar urusan sandang, pangan dan papan rakyatnya tercukupi. Termasuk kebutuhan akan pendidikan, kesehatan dan keamanan.

Oleh karena itu, pemimpin yang menerapkan syariat Islam kaffah saja yang dapat menjadi pelindung bagi rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya.
Sebagaimana hadist- hadist Rasulullah Saw 
"Imam adalah raa'in (gembala) Ia bertanggung jawab atas rakyatnya. (HR.Bukhari)

"Sesungguhnya imam (Khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud).

Demikianlah sosok pemimpin ideal yang harus kita wujudkan, dengan sistem kepemimpinan yang ideal juga yaitu sistem Islam kaffah yang menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.

Wallahualam bissawab.


Share this article via

100 Shares

0 Comment