| 81 Views
Pilpres Tamat, Negara Ruwet

Oleh : Gayda Khairunnida
Pilpres telah lama terlaksanakan dan tibalah waktu pergantian presiden. Siapalah yang memenangkan hasil pemilu, dialah yang dapat. Ketika masa pemilu para calon presiden dan wakilnya akan menyampaikan rencana dan program yang akan dijalankan bila dirinya terpilih. Hal ini semata-mata mereka lakukan untuk mendapatkan suara masyarakat.
Hingga pada akhirnya telah disahkan bahaa jabatan Presiden RI akan diduduki oleh pasangan capres Prabowo dan Gibran, yang akan dilantik 20 Oktober 2024 nanti.
Masihkah teringat akan janji mereka tentang program makan siang gratis yang akan dibagikan kepada masyarakat? Baru-baru ini sejumlah media menyoroti rencana pemerintah Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto yang berencana mengganti susu sapi dengan susu ikan untuk program makan siang gratis. Program ini yang sedikit dikalifikasi menjadi gizi gratis.
Hal ini mereka lakukan dengan dalih masih banyak generasi yang mengalami stunting. Hingga akhirnya program ini disolusikan, untuk mengurangi anak yang kekurangan gizi dan menjaga kestabilan ketahanan pangan dikalangan masyarakat.
Ketua kampanye Nasional, Burhanuddin menyampaikan, "Saya kira untuk sementara bisa dimungkinkan untuk susu sapi digantikan dengan susu ikan seperti yang sering dikatakan pak Prabowo, diganti dengan telur" (Kompas.id, 11/09/2024)
Susu sapi dianggap belum bisa dijadikan sebagai susu yang dibagikan kepada masyarakat, dikarenakan stok bahan yang masih terbatas, sehingga diambillah susu ikan yang baru-baru muncul. Susu ikan adalah minuman protein, yang dihasilkan menyerupai susu, produk ini adalah turunan dari hidrolisis protein ikan (HPI) yang diolah. Artinya produk ini bukan susu yang sebenarnya. Susu ini hanyalah susu analog, hasil dari proses yang panjang dari protein ikan. Berdasar hasil penelitian, proses pengolahan susu ikan menjadikan berkurangnya kadar gizi dari protein ikan itu sendiri.
Dari berbagai fakta yang ada, membuat kita mempertanyakan, apakah ini bisa menjadi solusi dari masalah pada masyarakat? Buktinya pemerintah masih saja tak bisa menjamin ketahanan dan kedaulatan pangan untuk masyarakat, yang mengakibatkan banyaknya yang mengalami stunting. Padahal apabila kita lihat kembali Indonesia sebenaenya adalah negeri dengan sumber daya alam melimpah. Negeri yang memiliki keluasan tanah yang subur untuk menghasilkan berbagai bahan pokok. Semua itu seharusnya mampu membuat masyarakat Indonesia mudah dalam merasakan kesejahteraan pangan.
Kebijakan yang seolah untuk rakyat, namun dibalik itu memberi peluang besar kepada pihak tertentu, membuka jalan usaha kepada korporasi dan oligarki. Sebab sistem saat ini membuat para pemimpin Sekuler demokrasi lepas tangan akan kepengurusan rakyatnya. Hilangnya jaminan pada masyarakat dalam kebutuhan pokoknya, yang seharusnya negara menjadi pensuplai sehingga masyarakat akan mememnuhi kebutuhan pokoknya dengan mudah.
Pemerintah saat ini, mereka tetap menjadi dirinya yang sebagai pengusaha, walaupun dalam perannya sebagai pemimpin rakyat. Mereka tetap mencari keuntungan bagaimana seorang pengusaha, bagaimana mereka melakukan segala teknik untuk mendapatkan besarnya keuntungan. Sehingga tak heran isu yang saat ini terjadi, menjadi peluang menyukseskan proyek industrialisasi mereka.
Berbeda halnya pada kepemimpinan dalam Islam. Ketika Islam menjadi peraturan yang diterapkan dalam mengatur umat akan kita jumpai, bagaimana Islam melayani umat dengan perhatian khusus pada jaminan kualitas generasi memenuhi hak dasar mereka dengan pemenuhan kebutuhan yang maksimal dan berkualitas. Bagaimana negara Islam menjaga para generasi dengan pemenuhan segala kebutuhan mulai dari hal pendidikan hingga kesehatan, sehingga dapat menghasilkan keberlangsungan generasi yang kuat fisik dan kepribadian yang baik. Itulah pentingnya peran generasi yang kuat dan kepribadian Islami untuk kemajuan suatu negeri.
Kemampuan negara Islam untuk menyejahterakan rakyat, menjadikan suasana tentram dan damai karena negara yang menjadikan aturan Sang Khaliq pencipta manusia dan alam semesta ini. Sehingga dengan sistem ini negeri Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, akan dapat memaksimalkan potensinya. Hal ini pun akan menjadikan negara memiliki baitul mal yang kuat. Negara akan memiliki baitul mal yang akan menjadi sumber bagi pemenuhan kebutuhan umat. Dan negara akan memantau kesediaan bahan pokok untuk umat. WalLahu a'lam.[]